bc

The Bridge of Love

book_age18+
36
FOLLOW
1K
READ
opposites attract
pregnant
dare to love and hate
sweet
bxg
humorous
city
enimies to lovers
reckless
wife
like
intro-logo
Blurb

Pada suatu hari, Ranu Wibisana dan Ryn Malpika terbangun dari alam mimpi masing-masing. Anehnya, mereka sudah berbaring di atas satu kasur dan saling berpelukan. Baik Ranu dan Ryn sama-sama meyakini bahwa mereka berdua adalah musuh bebuyutan ketika keduanya duduk di bangku SMA. Tapi, kenapa mereka bisa tidur satu kamar?

"Apakah kalian sama-sama lupa kalau sudah menikah?"

Begitulah. Bu Anindya bisa berkata-kata dengan lancar hanya karena anak dan menantu tercintanya secara mendadak malah membuat keributan besar hingga merusak agenda sarapan bersama di kediaman Wibisana, bahkan sebelum dimulai.

Di sini, Ranu dan Ryn sebatas belum mengetahui kalau selama tiga bulan belakangan tubuh mereka dirasuki arwah dari sepasang kekasih bernasib menyedihkan karena malah sudah dipanggil Tuhan duluan sebelum keduanya sempat untuk menyelenggarakan pernikahan. Lalu, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah keduanya bisa menerima status terbaru mereka atau malah memutuskan untuk berpisah?

***

Cover : Canva + Hải Nguyễn from Pexels

chap-preview
Free preview
1. Satu Kasur dengan Musuh Bebuyutan
JENDELA di sisi ruangan sebelah timur memang terbuat dari kaca dengan ketahanan bagus karena mampu menangkal terpaan angin sejuk khas alam semesta sehingga tidak dapat masuk kamar. Ryn berusaha untuk memperbaiki posisi wajahnya, semakin ditempelkan ke sesuatu bersuhu hangat, sedangkan kedua tangannya mulai bergerilya ke mana-mana. Ketika memeriksa diameter dari salah satu lengannya, Ryn bertanya-tanya di dalam batinnya. "Aneh, sejak kapan lenganku menjadi besar begini?" Dia sudah memeriksa sekali lagi. Jawaban untuknya masih tetap sama. Yang mengherankan, suatu bentuk kejanggalan tahu-tahu hadir di dalam kepalanya dengan begitu lihainya. "Tapi, ketika kusentuh, kenapa aku tidak merasakan sensasi apa pun?" Perhatian Ryn dialihkan seketika. Dia mencoba untuk mempererat dekapannya ke guling besar di sampingnya. Meski keras, kehangatan dari benda tersebut dapat tersalurkan ke tubuhnya dengan sangat sempurna. "Bisakah kualitas gulingku meningkat secara tiba-tiba?" Kening Ryn berkerut samar. Percayalah. Akalnya menjadi bertambah kritis. Dia terus meloloskan pertanyaan berbobot dari dalam benaknya. "Tapi, kenapa terasa seperti daging manusia?" Meski baru bisa menarik kesimpulan secara garis besar, Ryn sudah mulai panik. "Wait. Wait. Ada ketidakberesan di sini." Jika Ryn tidak salah menebak, maka .... Tidak. Tidak. Biarlah sudah mengelak duluan. Pada nyatanya, Ryn tetap tidak bisa mengabaikan kemudian. Adanya kecurigaan menurut sudut pandangnya sendiri malah membuat otaknya seperti akan meledak. Yang bersamanya, apakah benar-benar manusia? Jantung Ryn berdegup dengan cukup kencang secara mendadak. Ketika melepaskan guling hidupnya dan bangun dari posisi tiduran miringnya hingga menjadi duduk dengan gerakan tergesa-gesa, kedua netranya terbuka dengan kedua pupil langsung membulat. "Aaaahh!" Teriakan Ryn terdengar menggelegar. Yang semula berperan sebagai gulingnya sampai terbangun karenanya. Pada akhirnya, mereka berdua tahu-tahu sudah bergerak kilat hingga posisi mereka berubah menjadi duduk berhadapan, tetapi masih cukup berjarak. Mereka saling menunjuk dengan muka sama-sama luar biasa terkejut seraya berucap secara bebarengan. "Kau!" "Kau!" Apakah mereka berdua sudah mengenal satu sama lain? Ya. Tidak ada keterasingan di antara keduanya. Ketika duduk di bangku SMA, Ryn Malpika dan Ranu Wibisana adalah musuh bebuyutan, tiga tahun terus satu kelas dan setiap mereka bertengkar bisa dipastikan selalu memicu kegaduhan hingga membuat orang-orang menjadi kesulitan untuk melerai. "Ryn?" "Ranu?" Lagi, mereka bersuara secara serentak tanpa harus janjian terlebih dahulu. Meski belasan detik berhasil bergulir dengan mulus dan runtut, kedua pupil mata mereka masih terlihat utuh. Adanya sorot cahaya mentari berkesan ramah dari ventilasi dan kaca jendela di balik tirai berwarna hijau pupus adalah bukti bahwa hari masih pagi. Akan tetapi, Ryn dan Ranu malah sudah dibuat bagaikan tengah dianiaya dengan tongkat pusaka karena mendapati sebuah kejadian langka, mereka berdua telah tidur satu ranjang dengan penampilan bisa dibilang awut-awutan, seperti habis bertempur hebat selama semalaman. "Kenapa kau bisa berada di sini?" tanya Ryn dengan suara bernada lumayan tinggi dan langsung dibalas Ranu dengan suara bernada serupa. "Yang harusnya bertanya bukanlah dirimu. Tapi, aku." "Ini adalah rumahku." "Ha?" "Rumahmu?" Mulut Ryn menganga lebar. Alisnya terangkat bersamaan. Yang dibutuhkannya sekarang adalah penjelasan logis. "Lalu, bagaimana aku bisa berada di sini?" Mendengar kalimat menggebu-gebu tersebut, Ranu langsung melontarkan jawaban mutlak, "Mana aku tahu!" Atas balasan sengit barusan, Ryn semakin terdorong untuk menatap penuh selidik ke arah laki-laki di depannya, sosok manusia berwajah menyebalkan dengan badan atas dibungkus kaus singlet berwarna putih. "Aku tahu. Kau masih terobsesi kepadaku." Yakinlah. Ryn bisa berpikir demikian karena masa-masa SMA-nya sering suram mengingat beraneka ragam gangguan dari Ranu seperti tidak pernah ada habisnya. "Tapi, tetap saja ... menculik adalah tindakan kriminal!" Ryn terus nyerocos seperti tidak mengenal kata lelah. Alhasil, Ranu tidak segan-segan untuk menyajikan tatapan risih. Wanita itu benar-benar menggelikan. "Kau sudah bertindak kelewatan." "Aku akan segera melaporkanmu!" Bukankah Ryn terlalu kepedean? Ranu sampai tercengang. Badan Ryn tidak cukup elok untuk dipandang maupun dipegang, bahkan bisa dipersamakan dengan papan kayu. Pastinya, Ranu tidak akan berminat untuk menjamah seorang wanita dengan kelakuan cenderung kasar dan tidak ada manis-manisnya. "Amit-amit, dah," ucap Ranu dengan ekspresi jijik. "Apakah kau tidak merasa kalau sudah terlalu besar kepala?" Tidak disangka-sangka, Ranu malah menjatuhkan pandangan ke daerah terlarang. Mendapati dua kancing teratas dari piyama biru di tubuh Ryn ternyata tidak menghuni lubang masing-masing, Ranu harus menelan ludahnya karena tengah menyaksikan keindahan dari aset berharga milik wanita itu. Astaga! Apakah Ranu salah melihat? Dia yakin benar. Dulu, Ryn bisa dipersamakan dengan tripleks. Tapi, sekarang? Yang didapati Ranu malah bagaikan sosok dewi kecantikan. Dia masih dikagetkan dengan satu realita lagi. Ada tanda kemerahan di sana! "Apakah disebabkan olehku?" tanya Ranu di dalam hati. Yang menemukan tanda kemerahan sebenarnya bukan cuma salah satu pihak. Ryn ternyata tidak ketinggalan. Aslinya, Ryn sudah cukup lama menemukan tanda kemerahan serupa di sekitar leher berwarna sawo matang kekuningan milik musuh bebuyutannya. "Apakah di sini banyak semut-semut nakal?" tanya Ryn di dalam hati sekian detik lalu, tetapi tidak dipikirkan dengan tegang. "Terus, semalam kita ...." Ketika mencoba mencari-cari kebenaran, Ryn mengamati kondisi fisik dari makhluk jantan berambut hitam dengan tatanan lumayan berantakan di depannya. Akan tetapi, laki-laki itu malah memandang ke arah dadanya, bahkan dilakulan dengan fokus sekali, seolah-olah tidak pernah diajarkan tentang bagaimana caranya berkedip. Ryn segera melihat ke arah dadanya sendiri dan terperanjat seketika. Meski mulutnya sudah terbuka lebar, satu kata apa pun masih belum diluncurkan. Dia akan mengamankan auratnya terlebih dahulu dengan mencengkeram bagian depan dari piyama bermotif mawar di tubuhnya. "Dasar. m***m!" Adanya maksud untuk memberikan pelajaran membuat salah satu tangan Ryn tergerak untuk menggapai sebuah bantal berwarna cokelat, secara cepat dan tepat untuk selanjutnya dilemparkan sampai mengenai muka dari kawan beradu mulutnya. Amat disayangkan, Ranu malah berhasil menghindar sehingga dapat menyelamatkan wajah rupawannya dari serangan tanpa persiapan tersebut. Dada Ryn bergerak naik dan turun secara bergiliran. Irama napas cepatnya merupakan faktor penyebab utamanya. Ryn segera memicingkan matanya setajam mungkin. Yang diingatnya selalu, Ranu adalah sosok manusia tengil dengan dibarengi keusilan tingkat tinggi. "Mengakulah. Yang membawaku kemari benar-benar dirimu, bukan?" ujarnya dengan benak tahu-tahu sudah kental akan perasaan curiga. "Yak! Apakah menurutmu aku terlihat bercanda?" Akibat tidak terima dengan tudingan tanpa dasar, Ranu tidak tahan untuk berucap tidak terima dan Ryn menolak untuk mengalah dengan langsung meneriakkan nama lengkap dari musuh abadinya. "Ranu Wibisana!" Yang dipanggil dengan suara lantang barusan memilih untuk bergeming dulu mengingat kedua telinganya tengah berdengung. Di antara mereka berdua, situasi sengit sudah susah untuk dielakkan. "Jujurlah sekarang." "Aku tidak suka dipermainkan, terutama olehmu!" Melihat Ryn tidak kunjung berhenti menghakiminya, Ranu mulai naik pitam dengan balas meneriakkan nama lengkap dari rekan bercekcoknya. "Ryn Malpika!" Yang habis diserukan namanya merasa tidak berkutik karena nyalinya malah langsung dibuat menciut dalam sekali bentakan, bahkan kedua telinganya seperti masih gemetaran layaknya detik-detik setelah mendengar dentuman keras khas suara ledakan bom. Mengetahui bahwa Ryn sudah bisa diajak untuk bekerja sama secara verbal, Ranu memutuskan untuk melanjutkan dengan lebih tenang, "Aku sungguh-sungguh tidak tahu mengapa kau bisa berada di kamarku." Ketika memerhatikan Ryn dan melakukan penilaian, Ranu berhasil membalikkan keadaan dengan beralih menaruh kecurigaan dan melontarkan tudingan. "Mungkin, kau memang sengaja mendatangiku." Ryn sedang difitnah! Atas dasar ucapan murahan dari mulut kotor Ranu, Ryn mengaku tidak terima sehingga lantas membantah dengan cepat, "Mustahil. Bahkan, aku tidak pernah tahu di mana alamat rumahmu!" Mereka tampak kompak sekali, sama-sama sedikit menunduk dengan kedua tangan diangkat dan digunakan untuk mencengkeram rambut di kedua sisi kepala mereka, geregatan sendiri karena sesuatu di dalam sana seperti sedang menggegerkan dunia. "Arrghh!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook