3. A Glass Of Water (part 1)

1523 Words
=================== 4 h : 38 m : 55 s AFTER THE ABDUCTION A Glass Of Water =================== (4jam 38menit 55detik. Setelah penculikan. Segelas air) ######## "Diculik?!" Manager Kim memekik terkejut setelah mendengar penjelasan dan cerita dari Namjun pasal penculikan salah satu member. Sigh! Manager Kim semakin mendengus kesal ketika melihat beberapa member mengangguk menanggapi pertanyaan darinya. "Aku tau kalian senang bercanda tapi, kali ini benar-benar tidak lucu!" Kembali ia memegangi tengkuknya, menahan diri dan berharap ini hanya guyonan artis asuhannya. Yunki berjalan mendekat, sementara yang lain saling menunduk tak bisa menyembunyikan perasaan mereka yang berkecamuk. Pria putih pucat itu lalu meletakkan laptop di meja kerja Manager Kim dan menunjukan potongan video rekaman CCTV dan juga foto yang mereka temukan. Untuk semakin meyakinkan sang manager. Foto yang ditemukan oleh para memberi adalah foto sebuah gelas dengan berisi air. Lalu terdapat tulisan 48 h: 38 m. Jelas itu adalah waktu menunjukkan 48 jam 38 menit atau lebih dari dua hari . Manager Kim melihat video dengan serius. Ia bisa mengetahui kini video di mana Jeon-gu terikat di sebuah kursi. Matanya tertutup sebuah kain dan tangannya terikat. Member lain menatapnya dengan was-was. Menanti bagiamana reaksi atasan mereka ketika tau bahwa ini bukan sebuah bualan. "Akh, apa ini?!" Manager Kim duduk kembali ke tempat duduknya sambil memegangi kepalanya yang mendadak sakit. "Bagaimana jika presdir mengetahuinya? Ah, penculik b******n itu! Bagaimana dengan jadwal kalian? Akh, aku akan mati!" "Biarkan kami tetap menjalankan semua show dan promo album. Kita bisa katakan jika Jeon-gu tidak bisa mengikutinya karena kecelakaan saat latihan," saran sang leader Namjun, mencoba memberikan pendapat. Tentu saja semua harus berjalan seperti biasa, selama mereka juga ikut mencari Jeon-gu. Memenuhi permintaan sang penculik. "Apa kalian sengaja melakukan ini hah?!" bentak Manager Kim ia masih belum bisa menerima kenyataan yang kini ada di hadapan. "Manager, apa kau pikir kami akan melakukan hal bodoh semacam ini?" tanya Yunki ia kesal kugs karena terus saja di tuduh sebagai pembual. Manager Kim menatap Yunki dengan tak kalah kesalnya. Seojin sepertinya bisa melihat aliran listrik yang mulai terkait di antara tatapan kedua orang itu . Ia mendekati Yunki membekap mulut pria pucat itu agar berhenti bicara. Menurutnya semua tak bisa diselesaikan dengan emosi, semua harus di rembukan dengan kepala dingin. "Lalu bagaimana dengan Jeon-gu? Apa kita akan melakukan semua tanpanya? Apa kita juga harus menghubungi polisi, FBI atau semacamnya? Apa yang akan terjadi?! Akh, aku akan mati!" Manager Kim mengacak-acak rambut, juga bergerak tak beraturan terlihat ia sangat frustasi dengan hal yang baru saja ia ketahui ini. "Untuk sementara jangan hubungi siapapun. Kami akan mencoba memecahkan kode. Jika kami benar kami akan menemukan Jeon-gu." Sahut Namjun. "Bagaimana kalau ia membunuh Jeon-gu?!" tanya manager Kim kini pikiran buruk mulai merambati otaknya. Semua tersentak dan menatap Manager Kim. Pertanyaan yang sama sekali tak pernah mereka harap terjadi tentu saja. Walaupun itu sempat terpikir tapi semua ditepis jauh-jauh. Karena akan selalu ada jalan keluar bagi setiap masalah. "Itu—" Namjun tidak memikirkan sejauh itu. Yang ia pikirkan adalah bisa kembali bersama ke-tujuh member melakukan aktivitas seperti biasa. "Aku rasa ia tidak akan membunuh Jungkook. Setidaknya —" ia terhenti mencoba menepis pikiran buruk akibat ucapan yang didengar. "Setidaknya untuk saat ini." lanjutnya. "Jeon-gu akan selamat jika kami berhasil memecahkan clue dan menemukannya." Tambah Heosok mencoba meyakinkan. Manager Kim menatap keseriussan anak-anak asuhnya. Ia menghela nafas panjang. "Aku percayakan pada kalian." ucapnya. *** Namjun dan Yunki berada di ruang tengah dorm mereka duduk di sofa dan merebahkan ke kepala sofa. Hari ini tak terlalu banyak kegiatan tapi rasa lelah terasa lebih berat dari sebelumnya. "Apa tujuan penculik itu sebenarnya?" tanya Seojin penasaran ia berjalan dan duduk di sofa lain di sebelah kanan Namjun. Lalu merebahkan tubuh ke sandaran sofa, tubuhnya terasa begitu lelah. Yunki dan Namjun menggelengkan kepala mereka bersamaan. Mereka tak tau tentu saja, kejadian ini masih terlalu cepat untuk diambil garis kesimpulannya. Tak ada klue tak ada pesan yang jelas. Semua masih samar dan tak bisa diterka. "Hyeong, apa kalian mengingat ucapan penculik itu tadi?" tanya Namjun. Seojin dan Yunki menggeleng. Lalu ketiganya coba mengingat apa yang diucapkan penculik tadi. Yunki menggerakkan tangan meminta Namjun untuk mengambil alat tulis tak jauh dari sofa. Pria itu mengambil dengan segera dan meletakan di meja. Yunki segera mengambil dan bersiap menulis sementara Seojin dan Namjun berusaha mengingat detail percakapan mereka dengan penculik. Ia mencatat setiap kalimat tang terlontar dari kedua orang yang bersamanya kini. ______________________ Aku akan bermain dengan kalian. Ikuti perintahku aku akan memberikan kalian kesempatan menemukan teman kalian. Atau bisa saja kalian menemukan ku. Aku mungkin masih di tempat yang sama dengan kalian dan aku akan segera membawa teman kalian. Bersikaplah baik. Dan minta maaf. Atas semua kesalahan sekecil apapun itu. Pikirkanlah! *Jeon-gu hilang pukul 1 siang. *Penculik menghubungi pukul 1. 30 *Memberitahu klu *40 menit waktu tang diberikan untuk mencari klu. ______________________ "Aku rasa ini percakapannya." Yunki memberikan kertas yang telah ia catat pada Namjun yang kemudian membaca seraya sesekali mengangguk. "Ini melelahkan, bahkan ketika kita belum memulainya," keluh Seojin. "Jimmy, Tae dan Heosok akan sangat lelah nanti. Aku harap pemotretan mereka berjalan baik." Yunki mencemaskan para member yang saat ini harus menjalani pemotretan ditengah perasaan mereka yang tak baik. "Aku benar-benar berharap ini keisengan Jeon-gu. Aku akan memaafkannya jika ia mengaku sekarang." Namjun berujar sedih. "Apa kalian lapar?" tanya Seojin coba mengalihkan percakapan. "Nafsu makanku sudah hilang," jawab Yunki, padahal sejak tadi ia yang paling ribut lapar dan ingin makan. "Setidaknya kalian harus makan. Kegiatan kita menumpuk, masalah ini juga menguras pikiran kita. Tenaga kita semua harus cukup untuk menghadapi cobaan ini." Seojin mencoba mengingatkan semua berbicara dengan menatap semua member, ia ingat posisinya sebagai member tertua dan kewajibannya menjaga yang lain. Namjun tersenyum menunjukan lesung pipi miliknya dan mengangguk menatap Jin. "Terima kasih banyak hyeong." Yunki si pucat mengerti sekali, jika Seojin juga sama lelahnya tapi tetap mencoba menyemangati. "Nasi goreng dengan sosis aku rasa akan enak untuk malam ini." Seojin tersenyum mendengarnya. Setidaknya baik untuk saling menyemangati saat ini. "Aku lihat nafsu makanmu sudah kembali, ayo kita keluar dan berbelanja bahan yang kita butuhkan." ajaknya Yunki mengangguk segera bangkit dari duduknya. Ya, ia berpikir jika mereka harus tetap menjaga diri baik-baik karena tak tau apa yang mungkin akan mereka hadapi ke depan. Namjun baru saja beranjak dari sofa ia ingin ikut berbelanja, mungkin bisa membantunya melepas penat. Yunki melarangnya dengan menahan pundak sang leader. "Istirahatlah, otakmu lebih dibutuhkan kali ini," pintanya lalu menepuk pundak Namjun. Namjun menurut saya ia mengangguk dan kembali duduk. "Ayo kita berangkat," ajak Seojin sambil berjalan keluar bersama Yunki meninggalkan Namjun. *** Di tempat pemotretan Jimmy berkali-kali harus diingatkan sang juru foto agar tenang dan tersenyum. Namun, raut wajahnya masih saja terlihat tegang dan sedih. Tentu saja masalah hari ini membuat pikiran semua menjadi tak tenang dan cemas. Heosok menatap Tae yang sesekali menghela nafas berat. Ia kemudian melangkahkan kakinya ke arah Jimmy ia meminta waktu pada fotografer untuk bicara pada rekannya. Heosok duduk dekat dengan Jimmy, ia menepuk pundak pria itu. "Aku tau kau sedih dan memikirkan masalah ini tapi, pikirkanlah pengemar kita dan berikan yang terbaik untuk mereka." Jimmy menatap Heosok lekat, kemudian mengangguk. Yang dikatakan sang rekan, benar bahwa ia harus tetap profesional saat ini. Pemotretan di lanjutkan. Jimmy kali ini lebih santai, membuat pemotretan berlangsung cepat. *** Yunki dan Seojn berada di minimarket jaraknya tak terlalu jauh dari dorm. Seojin berjalan di depan Yunki yang membawa keranjang belanjaan. Seojin memasukan beberapa ramen, nasi cup, sosis, kue ikan dan kue beras juga daun bawang. "Bukankah kau akan masak nasi goreng hyeong? Mengapa kau mengambil ramen?" tanya Yunki sambil memegang bungkus ramen dan membaca tulisannya. "Aku akan masak itu nanti jika Tae, Jimmy dan heos6 pulang pemotretan," jawab Jin. "Aah, begitu! Kau, memang pengatur rumah tangga yang baik. Jika, kau wanita kau pasti tipe idealku," ucap Yunki asal lalu terkekeh. Seojin membalikan tubuhnya dan menatap Yunki heran, ia menggelengkan kepala mendengarkan ucapan si putih pucat barusan. "Ada apa,?" tanya Yunki bingung. Seojin kembali berjalan ia menghela nafas ada rasa lega ia rasa. "Aku sedikit merasa lega. Bahwa kau masih bisa bersikap tenang sampai saat ini. Aku rasa itu penting karena semua pasti merasa sangat kacau sekarang." Pria pucat itu tersenyum sekilas, ia bukan tenang. Sebenarnya ia juga merasa cemas. Ia hanya berfikir jika ia terlalu cemas sama seperti yang lain. Semua akan lebih kacau? Bukankah, saat seperti ini butuh seseorang yang bisa mencairkan suasana? Dan ia hanya berharap bisa melakukan itu. "Mendengar mu bicara seperti itu aku rasa aku akan memikirkan untuk benar-benar mendengarkanmu lain kali," sahut Yunki Seojin tersenyum kecil mendengar ucapan Yunki. Dreeet dreet Ponsel keduanya bergetar bersamaa, dengan segera mengeluarkan ponsel dari kantung pakaian masing-masing dan saling tatap. Pesan masuk dari ponsel Jeon-gu penculik mengirim sebuah pesan ke grup chat BTL. Sebuah pesan suara, Seojin membuka pesan suara begitu juga Yunki mereka penasaran dengan isi rekaman yang mereka terima. Pesan itu hanya rekaman akhir lagu ELO-MONSTERZ. ___________________________ Tae: katakan bagaimana keadaan Jeon-gu? Pesan suara diterima ____________________________ "Aku baik-baik saja Hyeong, hanya aku tak bisa melihat apapun. Tolong aku tolong, aku mohon." Suara Jeon-gu terdengar bergetar dan sangat ketakutan. Buat yang mendengar lirik dan semakin sedih Dengan ini. "b******n!!" maki Yunki kesal. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD