BAB 23

2421 Words

Langit mulai berwarna kelabu ketika pasukan Mahesa bergerak perlahan menuruni lembah. Kabut pagi belum sepenuhnya terangkat, membuat pandangan di depan mereka tampak samar. Suara derap kuda beriringan dengan dentingan zirah yang saling beradu. Mahesa menunggang di barisan depan, matanya waspada menatap tiap bayangan di antara pepohonan. Di sampingnya, Sekar memegang kendali kudanya dengan tenang, pedang Mahesa tergantung di pinggangnya, pedang yang kini menjadi simbol kepercayaannya. Di belakang, Aria menghentikan kudanya. Ia menarik napas panjang dan menatap Mahesa dan Sekar. “Aku akan memimpin pasukan belakang. Kita akan mulai bergerak sesuai rencana. Kalau semuanya sesuai, kita bisa menutup jalan keluar mereka dari arah utara.” Mahesa mengangguk mantap. “Hati-hati, Aria. Jangan biar

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD