BAB 32

1962 Words

Malam mulai menuruni kota Arsemaya dengan perlahan, membawa angin dingin yang membuat lampu-lampu minyak di jalanan mulai dinyalakan. Adiwangsa masih berdiri tegak di salah satu sudut yang cukup tinggi dari pasar, menunggu dengan kesabaran yang bahkan jarang ia miliki. Ia menatap setiap bayangan yang bergerak, berharap salah satunya adalah Mahesa. Dan akhirnya—di antara kerumunan yang mulai sepi itu—muncul sosok yang ia kenal. Mahesa. Namun langkahnya tidak seperti biasanya. Jalannya tidak stabil, napasnya berat, dan pada bahunya tergantung tubuh seorang pria yang jelas tidak sadarkan diri. “Mahesa!” seru Adiwangsa, berlari mendekat. Mahesa berhenti dengan wajah pucat. Ada goresan panjang di lengan kanannya, darahnya mengalir menuruni jemarinya. Bagian kain di sisi perutnya pun sobek

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD