Embun pagi masih melekat di dedaunan taman istana ketika Sekar perlahan membuka matanya. Cahaya lembut mentari mulai menyelinap masuk melalui celah jendela kamar, menyingkap tirai halus yang bergoyang pelan diterpa angin. Ia terdiam sejenak, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, suara gamelan, cahaya lentera, Raja yang tiba-tiba menyebut nama Pangeran Adiwangsa, dan gelombang panik yang membuat seluruh tubuhnya kehilangan daya. Sekar menarik napas panjang. Tubuhnya terasa ringan namun jantungnya masih berdegup kencang, seolah perasaan semalam belum sepenuhnya reda. Saat hendak beranjak, pandangannya jatuh pada sosok di sisi ranjangnya. Mahesa. Ia tertidur di lantai, masih mengenakan pakaian prajuritnya yang kini tampak kusut. Kepala Mahesa bersandar pada tepi ranjang, sementara ta

