menuju halal

976 Words
setelah acara hitbah kemarin, yang berlangsung cukup panjang dan melelahkan bagi gendis, keputusan finalpun sudah di sepakati. dari perbincangan para orang tua dan dengan saran dari para guru besar yang hadir, mereka membuat kesepakatan jika pernikahan akan di gelar 3 hari lagi. gendis yang dari awal sudah tidak habis fikir sekarang bahkan sudah tak bisa berfikir, kepalanya terasa berat seperti ada gumpalan kabel besar yang melilit kepalanya. pagi itu setelah solat subuh gendis kembali merebahkan tubuhnya lagi, dia tidak tau mau melakukan apa hari ini, dia seperti sudah tidak punya hak atas dirinya sendiri, saat jam dinding sudah menunjukan pukul 6:00 pagi lamunannya tersadar karna bunyi notif dari handponenya kembali berbunyi. ting... satu pesan kembali masuk di aplikasi pesan warna hijau. setelah acara kemarin handopnenya memang tidak berhenti berbunyi, dari notif pesan bahkan panggilan masuk se-olah2 berlomba mendapat respon darinya. semuanya bermula dari kebiasaan sang adik yang selalu saja menjadikan segala kegiatannya untuk intastori, karna kebanyakan dari temannya berteman juga di media sosial sang adik, maka mereka di buat penasaran atas unggahan sifa tentang prosesi lamarannya kemarin. dia teramat malah bahkan hanya untuk sekedar membaca pesan mereka, tapi notif pesan pagi ini membuat gendis segera beranjak duduk dari tidurnya, dia memindai nama yang sudah mengirimnya pesan pagi ini. from arif (selamat untuk pertunangannya dek, suatu kebodohan bagi mas yang sudah terlalu percaya diri, karna kita hampir tiap hari berada dalam satu pijakan bumi yang sama, sehingga mas menganggap remeh jika tidaklah perlu mengungkap rasa) satu pesan dari mas arif yang mampu membuat degup jantungku berpacu tidak normal, ada sedikit rasa sesak yang entah dari mana datangnya, mas arif adalah ketua sekaligus pengurus dari majelis solawat di mana selama ini aku bergabung, dia yang mengajariku dari nol. yang selalu sabar mendidik dari aku belum apa2, hingga sekarang banyak orang mengenalku karna gemma solawat yg kita bawakan selalu menjadi trending di canal media sosial apa saja. aku yang awalnya ragu untuk menyalurkan bakat menuliskupun jadi mulai berani menulis dari cerpen2 kecil hingga novel. dia adalah sumber inspirasi dan segalanya bagiku, aku terlalu nyaman menjalani hari di sisinya, tanpa mempersiapkan diri untuk apa yang akan terjadi sperti sekarang. "kenapa, kenapa takdir begitu rumit ku pahami, aku mengagumimu sedari dulu, mungkin lebih dari rasa kagum, tapi aku selalu menyadarkan diriku di mana posisiku, aku yang selalu memenej hatiku untuk tidak terbawa dengan suasana yang tercipta setiap kita bersama, tapi kenapa?!!! kenapa?!!! dia sekarang mengungkapkannya tuhan" hatiku menjerit, tidak terima dengan permainan takdir saat ini, aku yang mengagumi seseorang, tidak berniat mengungkapkan atau segera mengahiri masa lajangku, kini di suguhkan dengan sebuah pernikahan yang sudah di depan mata. to arif( terimakasih untuk ucapannya mas, tidak ada yang perlu kita sesalkan, semua ketentuan telah di takdirkan, semoga alloh akan mempertemukanmu dengan seorang yang lebih baik untukmu) haaaaaah, kuhela nafasku dalam2 sebisa mungkin ku reda sesak yang begitu dahsyat mendera ulu hatiku, tapi bilir bening tak mampu ku tahan, cairan itu begitu saja lolos dari netraku tanta ku izinkan. saat aku sedang begitu kacau dengan perasaanku, pintu kamar tiba2 di ketuk. tok,,, tok,,,, tok,,, seketika aku menoleh ke arah pintu dan segera ku hapus bulir bening yang tadi mengalir di pipiku. "siapa?" triakku dari dalam kamar. "mamah ka, buka dlu pintunya sayang" akupun turun dari ranjang membukakan pintu untuk mmahku. "loh belum siap2?" tanyanya sembari meneliaik penampilanku yg masih mengenakan piyama tidurku. " siap2 untuk apa?" tanyaku bingung. " loh kan kemarin sudah di kasih tau toh sma bu nyai sri lestari, kalo hari ini kamu di ajak fiting baju pengantin?" " kaka lupa mah, emang harus pake acara fitting segala?" " kamu ini, ya iyalah kan meski terkesan buru2 kami semua tetap ingin mempersiapkan yang terbaik" " sama siapa mah?" tanyaku lagi. " sama mbaknya nak askari & suaminya mas aji" "oooh iya ya" aku hanya mampu ber-oh tanpa ingin membantah apapun . "ndok, kamu ikhlas menerima pernikahan ini kan" mamahku tiba2 menggenggam kedua tanganku, memindai raut wajahku, mungkin beliau paham dengan apa yang anaknya rasakan. aku menghela nafasku dalam, memnghembuskannya perlahan, ku genggam lebih erat jemari lentik yang telah membesarkan dan merawatku selama ini. "mah, insyaalloh kaka ikhlas, mamah doakan saja, semoga keikhlasan yang kaka lakukan sekarang akan menjadi awal dari kebaikan kaka kedepan" meski berat tapi aku tak mungkin tega mengecewakan dua malaikat tak bersyapku yang selama ini sudah membesarkaku dengan segenap kasih sayangnya, aku menganggap ini adalah baktiku yang tak seberapa di banding dengan pengorbanannya. genggaman tangan itu kini sudah beralih memelukku erat " termikasih nak, terimakasih untuk segalanya, semoga pernikahan ini akan membawamu pada kebahagiaan dunia juga akhirat" "amin mah" ku sunggingkan senyum seraya mengurai pelukan dari wanita hebatku itu." ya udah kaka siap2 dulu, nanti kalo gus askari kesini aku belum siap kan tidak enak" " ya sudah mamah tinggal dulu ya nak" **** sekarang aku sudah siap, dengan gamis cream yang ku padukan dengan hijab instan berwarna coklat, aku bergegas keluar kamar & menuruni tangga, belum sampai di lantai bawah adikku sifa sudah berlari ingin memanggilku. " eh itu orangnya sudah lagi turun" tuturnya dengan cengiran di bibirnya. " kenapa sih fa, lari2an kaya anak kecil" grutuku padanya. "ish kaka, udah di tungguin calon tuh" dia tersenyum nakal sembari mengedipkan sebelah matanya. " ish bocah ini" akupun bergegas mengekori adikku ke ruang tamu, di sana sudah ada gus Askari dengan mas aji juga istriny. "sudah siap" tanya istrinya mas aji ramah. "sudah ning" ku jawab dengan anggukan dan senyum kecil. " eh, ning? kenapa terdengar jauh sekali, panggil saja mbak ndis" " iya ning, eh mba", " ya sudah mari kita berangkat sebelum hari semakin siang" mas aji mengintrupsi kami semua untuk segera berangkat, setelah aku pamit pada kedua orang tuaku kamipun menuju mobil yang mereka bawa. " bu, saya pinjam putrinya dulu sebentar ya. tenang aman ko sma kami, nanti kami balikan lagi" canda mba nur pada mamah, yang di iringi tawa dari kami semua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD