Chapter 03: Pertama Ngajar
....
Sesuai janji dengan Sean kemarin, Hazel sekarang udah ada di rumah lelaki kaya itu. Ga heran sih kemarin Hazel ditransfer 3 juta untuk gaji pertama, orang ini rumahnya aja mirip mansion anjir. Hazel sampe cengo dong.
"Gusti, koneksinya Chaeryl ga main-main," kata gadis itu. Sehabis ini Hazel harus mentaktir Chaeryl cireng goreng, harus. Soalnya Chaeryl suka cireng. Meskipun yah Hazel ga yakin Chaeryl nerima, soalnya dia kan anak holkay juga.
Hazel diajak masuk sama maid yang ternyata udah nunggu dia. Untung aja Hazel datengnya ga telat.
"Ayo Non, Den Deon ada di ruang tamu," katanya sembari berjalan ke ruang tamu. Sedangkan Hazel hanya mengekor dari belakang.
"ENGGAK BIII! DEON GA MAU BELAJARRR!"
Hazel kira di ruang tamu dia akan disambut dengan senyuman lucu khas bocah SMP, eh dia malah dapet lembaran buku yang bikin Hazel mau ga mau ngikutin maid buat tiarap.
'Bangst,' batinnya. 'sumpah kalo gajinya ga gede, gua out!'
Anak yang bernama Deon itu masih ge tenang, mau kabur tapi tangannya ditahan dua maid. "Ga boleh Den Deon, Aden muda harus belajar."
"GA MAUUU HUEEEEEE!"
Yah malah mewek.
Hazel segera berdiri menghampiri Deon. "Halo," sapa Hazel dengan senyum 45. Karena Hazel tau Deon mau bakalan ngamuk, Hazel segera mengeluarkan 3 batang permen milkita dari ranselnya. "mau milkita ga De?"
Oke sogokan sih, Hazel ga yakin ini berguna juga soalnya si Deon ini anak orang kaya. Rasanya ga mungkin bange dia mau. Tapi takdir berkata lain bung, "MAUUUU!"
Mata Deon tampak berbinar seketika. Kebetulan milkita adalah permen favoritnya.
Hazel tersenyum cerah, "Tapi saya bakal ngasih permennya satu-satu. Dan kamu harus kenalan sama saya. Deal enggak?"
Deon menepis tangan maidnya dan menyalami tangannya Hazel. "Deal."
Kalo kalem Deon manis dan lucu juga.
"Oke," Hazel lantas duduk disamping Deon. "kan ada pepatah, tak kenal maka tak sayang. Makannya sekarang kita kenalan dulu ya?"
"Apa Ibu guru privat matematika Deon?" tanya anak cowok manis itu.
"Iya tapi kamu ga perlu manggil Ibu," kata Hazel. "panggil aja Teteh. Soalnya saya orang sunda dan saya ga tua-tua amat."
"Oke Teteh!" kata Deon ceria, entah kenapa anak ini berubah total setelah dijanjikan akan diberi milkita. "nama aku Deon Alvarino Natama, tapi panggil aja Deon. Salam kenal ya Tehh."
"Salam kenal juga Deon, nama teteh Hazel Zhafran Bayanaka," gadis itu tersenyum lebar, abisnya Deon ngegemesin. Dia lalu memberikan Deon satu batang permen sesuai janjinya tadi.
"Oh iya kayanya kamu ga suka matematika ya Deon," kata Hazel sembari melihat buku di meja ini. Nampaknya ini semua buku pelajaran Deon tapi Deon malah mencorat-coretnya dengan crayon.
"Iya, Deon ga suka banget. Matematika itu nyusahin! Nanya mulu! Ga mandiri!" katanya meluapkan kekesalannya.
"Teteh juga ga suka matematika sih," ujar Hazel yang membuat Deon heran. "apalagi cara yang dikasih sama guru teteh. Ribet semua, ga bisa dihafal kan?"
"Iya bener!"
"Makannya teteh suka ngutak-atik angka, biar ga usah pake rumus dan bisa ngerjain secara singkat," Hazel lalu mengelus kepala Deon. "dan teteh disini bakal ngajarin kamu cara biar matematika enggak jadi susah lagi. Mau ga?"
Deon tampak berpikir sebentar, dia laku melihat Hazel dari atas sampe bawah. Tubuhnya Hazel tinggi, wajahnya cantik bersih, kulitnya cukup putih, badannya enggak gemuk, termasuk goals malah. Dia cantik. "Boleh deh, asal yang ngajar Teteh Cantik."
"Okeedee."
.....
Sean baru pulang dari kantornya pada pukul 10 malam. Hari ini dia banyak pekerjaan, jadi harus pulang telat.
"WAH KOK GAMPANG TEH?!"
Lelaki itu berhenti berjalan, netranya melihat Deon yang sedang belajar matematika di ruang tamu.
Sepertinya gadis yang direkomendasikan Chaeryl kemarin tidak salah, buktinya ga perlu waktu lama anak semata wayangnya bisa akrab dengan Hazel. Bahkan sampai tidak menyadari keberadaan Sean.
Bagus lah.
Sean bisa mandi dengan tenang tanpa recokan anak semata wayang itu.
Tapi pas mandi, Sean sedikit bingung, ‘Kok bisa Hazel akrab sama Deon? Dikasih pelet apa si Deon?’
Disisi lain, Hazel ngerasa bego. Dia lupa kemarin ga nanya jam berapa batas ngajarin Deon. Sekarang udah jam 10 malem lebih, dan Deon masih asik ngegosipin temennya yang nyungseb ke selokan gara-gara dikejar bebek.
Lambe dasar.
Kayanya Deon ini tipikal anak yang udah biasa bergadang, keliatan jam segini dia belum ngantuk.
Hazel sih ga masalah, tugasnya juga udah selesai tadi siang. Cuman yang jadi masalah, ini bapaknya Deon bakalan marah ga?
"Wah, anak Daddy asik banget belajarnya, sampe ga nyadar Daddy udah pulang."
Hazel lantas ngangkat kepalanya, ternyata udah ada Sean yang EH TUNGGU KENAPA DIA PAKE BAJU TANPA LENGAN?! RAMBUTNYA JUGA KENAPA BASAH?! ASTAGA ASTAGA ASTAGA! HOMINA HOMINA HOMINAAA!
"Daddy!!" Deon malah langsung berdiri dan menghambur ke pelukan ayahnya.
Membuat Sean yang semula berdiri dibelakang sofa jadi meloncat kedepan dan duduk ditengah Deon dan Hazel. Lelaki itu lalu menarik anaknya kedalam pelukannya sekali lagi.
Hazel mau nangis aja, sumpah dia jadi awkward sendiri pas Sean duduk disampingnya. Mana aroma maskulin tubuh Sean menggelitik hidungnya.
Gadis itu menangis dalam hati, 'MAMAH TOLONG BANTU HAZEL BIAR GA JADI PELAKOR DONG! INI BAPAKNYA DEON CAKEP BANGET, HAZEL GA KUAT!'
Setelah puas mengobrol dengan anaknya, Sean menoleh, jelas dia mendapati Hazel yang sedang menatapnya. Lelaki itu mengusap rambutnya sampai poninya terangkat dan jidatnya terlihat, dia lalu tersenyum ke arah Hazel. "Eh Bu guru."
INI ORANG SENGAJA BIKIN HAZEL MATI APA GIMANA SIH?!
Hazel misuh inside, but try to be kalem outside. "Eh iya Pak?"
"Masih betah ngajarnya?"
Eung, ini pengusiran secara tidak langsung atau gimana?
"Masih kok," jawab Hazel sembari tersenyum.
"Deon juga betah kok belajar sama Teh Hazel."
"Tapi ini udah malem Deon," Sean mengusak rambut Deon. "Teh Hazel harus pulang dan bobo."
Deon cemberut, dia ga suka hal itu. Abisnya Hazel menyenangkan, dia ingin Hazel disini saja, ga usah kemana-mana. "Teh Hazel bobo disini aja. Bareng Deon sama Daddy!"
Hazel auto batuk. ANJIR!
"Ga bisa Deon, besok teh Han masuk pagi," tolak Hazel. Ya kali ngindep, apa kabar jantungnya Hazel?
Kemarin Pak Sean ga sebangsat ini, sekarang ga usah ditanya. Penampilannya Sean ga baik buat kesehatan jantungnya Hazel.
Akhirnya setelah ngebujuk, Hazel bisa pulang juga. Itu pun Hazel harus pulang Sean, kata Deon ayahnya harus nganter Hazel selamat sampai rumah.
Awalnya Hazel mah iyain aja, toh dia kira yang nganterin bakalan supir. Bukan Sean.
Tapi ternyata, Sean yang masuk ke mobil dan menyuruh Hazel duduk disampingnya. "Ayo Bu guru."
Sial, Hazel ga bisa nolak. Tubuhnya seolah dipaksa masuk kedalam mobil mewah itu.
Hazel cengo mulu kalo disamping Sean terlalu kobam kayanya. Makannya Sean berinsiatif memasangkan sabuk pengaman Hazel.
"Sabuk pengamannya dipake ya. Safety first."
Hazel nahan napas. Iya safety first, tapi jantungnya ga sehat. Gimana mau sehat, orang pas mau masangin sabuk pengaman tubuhnya dekat banget sama tubuh Hazel. Ditambah aroma maskulin Sean sangat menggodanya.
"DADDY HATI-HATII! JAGAIN TEH TEH HAZELNYA!" teriak Deon.
Aduh Deon bilang Daddy pula. AAAAA OTAK HAZEL KOTOR! Harusnya Hazel jangan sering baca cerita kotor buatan Sakura yang ada unsur daddy kinknya. Sekarang pas ngalamin malah deg-degan sendiri.
'Sial!'
....