Amanda POV
Setelah melihat Leo tertidur, aku melihat berkas-berkas yang dikatakanya tadi. Semua file itu hampir semuanya dapat aku mengerti. Sejak sekolah aku suka membantu ayahku dalam mengurus perusahaan. Setelah selesai aku mendapat telepon dari ayah Leo untuk menemuinya.
Aku melirik sekali lagi kedalam kamar dan masih mendapati Leo tertidur lelap. Saat melewati meja sekretarisnya, Jeny melihatku dengan pandangan sinis. Oh yeah. Sepertinya hanya keluarga dekatnya yang mengetahui kalau Leo telah menikah.
Pengawal Leo memberi hormat kepadaku dan membukakan pintu mobil. 20 menit perjalanan, aku tiba di mansion orangtua Leo. Aku melangkahkan kakiku menuju kantor utama. Pengawalnya membukakan pintu kantor untukku. Freddy terlihat sedang bekerja dan menghentikan aktivitasnya begitu melihatku masuk. Di bukanya kacamata bacanya.
“Duduklah, Nak.”
Aku mengikuti dengan hormat dan duduk di hadapannya. Kami duduk di sofa dan kemudian pelayan mengantarkan minuman untuk kami. “Papi ingin berdiskusi tentang apa?”
Freddy menghela napas panjang dan menatapku lama. Aku bisa merasakan ada masalah berat yang sedang di hadapinya. “Bagaimana penikahanmu sejauh ini?”
Aku tidak ingin membuatnya kecewa, “Sejauh ini baik.”
“Leo memperlakukanmu baik?”
“Ya. Kami baik.”
Freddy kembali menghela napas, “Dokter mendiagnosa diriku memiliki penyakit jantung akut dan kapan saja bisa membahayakan diriku.” Aku terkejut mendengarnya. “Aku sudah mendatangi dokter terbaik di seluruh dunia dan tidak ada yang sempurna, Nak. Kapanpun waktunya pasti akan tiba.” Freddy bersandar di sofa. “Istri dan anakku tidak mengetahui ini karena aku tidak ingin membuat mereka kuatir. Aku sudah menganggapmu sebagai anakku sendiri meski membawamu kesini bukan dengan cara yang baik.” Freddy tersenyum lemah. “Aku mengenal baik istri dan anakku. Meski mereka berbohong aku tahu pasti mana yang benar. Aku tahu Leo tidak memperlakukanmu baik. Tetapi kamu tidak ingin mengatakannya karena takut aku akan mencelakakan orangtuamu. Bukan begitu?”
Aku tergagap mendengarnya, “Maafkan aku, pi.”
Freddy kembali tersenyum lembut. “Kamu sangat berdedikasi dengan keluargamu meski usiamu masih muda. Itu yang jarang terjadi saat ini. Aku ingin kamu menganggap Leo sebagai keluarga saat aku tidak lagi didunia ini.”
“Pi… Hentikan… apa yang papi maksud. Papi terlihat baik-baik aja.”
Freddy menggeleng, “Perlahan dengan berjalan waktu, kamu akan tahu alasan mengapa Leo dan istriku tidak menyukaimu tetapi aku ingin kamu tetap setia. Maukah kamu berjanji, Nak?” Aku menatapnya lama, apa maksudnya? Aku memilih untuk mengangguk. “Aku mencintai anak dan istriku tetapi kita tidak akan pernah mengira apa yang akan terjadi di kemudian hari.” Setelah percakapan itu banyak hipotesis terlintas di pikiranku. Ada apa dengan Clara dan Leo?
“Apa semudah itu Papi mempercayaiku?”
“Aku tidak memiliki orang lain yang bisa kupercaya sedekat ini selain dirimu.”
“Aku baru beberapa bulan menikah dengan Leo.”
“Apa kamu tidak percaya diri?”
“Ada hal yang harus kita terima dengan lapang d**a. Aku tidak bisa mengubah perasaan Leo terhadapku, Pi. Aku memang berusaha yang terbaik, tetapi aku pesimis suatu saat dia akan menerimaku sebagai istrinya.” Kataku lirih.
“Itu benar… Tetapi kamu lupa, Nak. Segala sesuatunya bisa berubah dimasa depan.”
1,5 tahun kemudian.
Aku takjub akan diriku sudah melewati tahap ini hingga tahun pertama. Tidak ada yang berubah. Aku masih terkurung di mansion kami dengan pengawalan ketat. Aku hanya dapat keluar mansion saat Leo menginginkanku mengikutinya ke kantor. Aku tidak pernah keluar mansion untuk berbelanja atau berlibur. Semua sudah tersedia dari baju hingga kebutuhanku lainnya. Selama waktu ini pun Leo tidak ada niatan untuk mengajakku menikmati honey moon kami atau sekedar jalan-jalan. Dia pun jarang tidur di mansion kami. Dia hanya ada di rumah dari senin-rabu dan sisa harinya dia tidak pernah ada. Setiap aku menanyakan, dia akan marah dan mengatakan itu bukan urusanku.
5 bulan lalu, Freddy mengalami serangan jantung dan harus di rawat intensif. Sepertinya penyakitnya mulai menunjukkan reaksi yang dominan. Secara berkala aku menjenguknya. Dengan itu seluruh urusan perusahaan di bebankan kepada Leo. Aku meminta kepada Clara untuk di ijinkan merawat Freddy. Meski awalnya dia sangat tidak setuju tetapi Freddy memberikan ijin secara langsung. Aku tidak punya kerjaan lain bukan selain menunggu Leo hanya di hari senin-rabu, sisanya aku tidak punya kegiatan apapun.
Setengah tahun kemudian.
Aku baru saja selesai memberi makan Freddy. Aku berniat mengambil baju di mansion. Baju yang kukenakan tidak sengaja kotor. Aku memasuki halaman parkir dan melihat mobil Leo terparkir di sana. Aku melirik jam yang menunjukkan pukul 3. Apa Leo melupakan berkasnya?
Aku melangkah masuk dan menuju kamar utama kami. Saat aku meraih ganggang pintu di situlah aku melihat Leo sedang berada di atas seorang wanita. Mereka tidak mengenakan apapun. Mereka b******u dengan buasnya. Airmataku tiba-tiba mengalir dengan deras. Ini kamar kami, bagaimana bisa Leo membawa seseorang kesini? Mereka masih terus b******u, erangan dan desahan memenuhi kamar kami. Aku bisa melihat jelas wajah wanita itu. Aku tidak tahan lagi. Aku berlari kencang menuju mobil dan meminta driverku kembali ke mansion orangtua Leo. Disepanjang jalan aku terus menangis. Itukah wanita yang di cintai Leo? Tetapi mengapa harus di mansion kami? Di kamar kami?
Aku masih terus menangis di dalam mobil bahkan saat kami sudah memasuki halaman mension. “Nyonya…kita sudah tiba.”
Aku hanya mengangguk dan menyuruh driverku turun. Aku ingin menangis sendirian di dalam mobil. Tak lama mobil terbuka, Donna melihatku dengan wajah simpatik. Tanpa mengatakan apapun, di peluknya tubuhku erat. “Oh Amanda…”
Aku terus menangis, aku meluapkan semuanya. Aku mencintai Leo dan tidak pernah memprotes apapun tetapi kenapa dia harus membawa wanita itu di rumah kami? Bahkan melakukannya di kamar kami? Aku berpikir hanya di sanalah aku bisa sedikit memiliki bagian dari diri Leo.
Donna masih memelukku dan kemudian melerai pelukan kami. Aku menerima dan meneguk air yang di berikannya. “Feel better?”
Aku mengangguk, “Thanks.”
“Ceritakan apa yang terjadi? Aku banyak memiliki spekulasi tetapi aku ingin mendengarnya secara langsung darimu.”
“Wanita itu… mereka melakukannya di kamar kami.” Airmataku kembali mengalir. “Di tempat di mana seharusnya hanya untukku dan Leo. Bagaimana mungkin?” isak kembali menguasaiku.
Donna menungguku hingga kembali tenang, “Amanda… itulah yang sebenarnya.”
“Apa maksudmu?”
Donna menghela napas, “Ini tahun kedua pernikahan kalian, wanita itu… Sarah ingin mengukuhkan posisinya. Leo dan tante Clara sangat mendukungnya. Terlebih om Freddy sedang sakit, kesempatan itu yang di carinya.”
“Aku tidak mengerti.”
“Leo sudah ingin menikahinya sejak dulu, mereka sudah berpacaran 2 tahun sebelumnya tetapi om Freddy tidak menyukai Sarah. Itulah mengapa om Freddy menikahkanmu dengan Leo. Dan Leo menikahimu karena ingin membahagiakan ayahnya terlebih lagi, om Freddy tidak akan memberinya warisan penuh jika dia tidak menikahimu.” Mendengar itu airmataku semakin mengalir deras, jadi aku hanya alat dari awal. “Amanda… om Freddy tulus mengasihimu sebagai anaknya itulah mengapa dia memilihmu untuk menjaga putera satu-satunya.”
“Tetapi Leo tidak memiliki perasaan yang sama.”
“Karena dia di butakan oleh cinta semunya, dia berpikir Sarah yang sebaik. Wanita ular itu hanya memanfaatkannya. Pria bodoh.” Dengus Donna.
“Aku tak sanggup, Don.” Kataku kemudian.
“Apa yang kamu katakan! Kamu sudah berjanji dengan om Freddy bukan? Beliau berharap banyak terhadapmu.”
“Aku mencintai Leo tetapi dia tidak mencintaiku. Yang di inginkannya adalah Sarah. Aku tidak bisa melihatnya di pelukan wanita lain.” Aku menggeleng kuat.
“Dengar Amanda… jika kamu mundur, wanita jalang itu menang. Om Freddy dan aku akan ada di belakangmu.” Donna menggenggam tanganku erat. “Selamatkan Leo.”