Haruka meringis ketika harus keluar dari mobil Nakazawa Naofumi. Pria dengan rambut panjang itu membantunya untuk turun dengan pelan-pelan. Haruka tidak tahu harus berekspresi seperti apa ketika turun dan melihat sebuah rumah besar dengan gaya tradisional berdiri di hadapannya. Ada beberapa pria yang juga memakai yukata membungkuk ke arah Nakazawa Naofumi, membuat Haruka yakin bahwa pria di sampingnya ini jelas bukan orang biasa. Apakah orang-orang kaya memang sudah bosan dengan hidupnya yang damai sehingga mereka melakukan hal-hal secara random untuk menghabiskan waktu mereka? Haruka benar-benar tidak paham.
“Haruka-kun, masuklah. Mereka akan mengurusmu, nanti temui aku di ruanganku, okay?”
Haruka mengangguk. “Baik.”
Haruka benar-benar diam dan tidak mengatakan apa-apa ketika dokter pribadi Nakazawa Naofumi mengobatinya. Lengan kiri Haruka patah dan membutuhkan penanganan lebih lanjut sementara lainnya baik-baik saja dan tidak parah. Ada banyak perban yang menutupi tubuhnya, terutama di bekas-bekas sayatan yang berdarah. Haruka juga mendapatkan beberapa obat dari dokter tersebut, bahkan surat keterangan dokter untuk ia gunakan apabila lukanya belum membaik dalam satu minggu. Gilá, Haruka bahkan tidak membayar apapun untuk seluruh pengobatan yang ia dapatkan. Mungkin benar, orang kaya seperti Nakazawa Naofumi sudah terlalu bosan dengan hidupnya yang damai sehingga suka melakukan hal-hal random untuk mengabiskan waktu.
Setelah dokter itu pamit keluar, dua orang yang membantunya masuk memberikan sebuah yukata berwarna kuning pucat kepada Haruka untuk mengganti pakaiannya yang kotor karena perkelahiannya. Sekali lagi, Haruka benar-benar tidak bisa menolak apapun yang diberikan. Ia juga tidak mau membuat masalah atau menyinggung orang yang sudah menolongnya tanpa imbalan apapun. Siapa pun Nakazawa Naofumi, Haruka pikir dia bukan orang jahat seperti para Bakuto.
Haruka kemudian diantarkan ke ruangan Nakazawa Naofumi. Rumah bergaya tradisional dengan banyak ruangan berpintu geser itu benar-benar membawa hawa berbeda untuk Haruka. Ada banyak orang yang Haruka pastikan merupakan pelayan atau mungkin penjaga rumah Nakazawa Naofumi. Mereka semua berpakaian yukata dan benar-benar menjunjung tinggi hal-hal berbau tradisional.
Ketika haruka masuk ke ruangan Nakazawa Naofumi, pria itu sedang duduk sembari meminum teh hijau. Yukata yang ia pakai telah berubah. Berbeda dengan sebelumnya yang hanya yukata polos, kali ini Nakazawa Naofumi memakai yukata berwarna merah jambu dengan motif bunga sakura di ujung lengan dan ujung bawah. Ia juga memakai haori polos berwarna merah hati di bagian luarnya. Penampilannya kali ini lebih terkesan mewah daripada sebelumnya.
“Permisi, Naofumi-san.”
“Ah, duduklah Haruka-kun, bagaimana dengan luka-lukamu?”
“Sudah lebih baik, Naofumi-san, Mikiya Sensei telah mengobatiku, beliau juga memberiku beberapa obat dan surat keterangan jika lukaku tidak sembuh dalam satu minggu. Um, terima kasih telah menolongku, Naofumi-san.”
Nakazawa Naofumi tersenyum lembut. “Tidak masalah. Jadi, ada apa sebenarnya Haruka-kun, mengapa kau bisa sampai terluka seperti itu?”
Haruka menggaruk tengkuknya pelan, ragu-ragu harus mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Ia tidak terbiasa berbicara panjang lebar dengan orang asing. Haruka juga tidak terbiasa berbagi cerita dengan orang yang tidak terlalu dekat dengannya. Selama ini yang banyak bicara dengannya hanya Ryunosuke dan Kakak perempuannya. Sisanya hanya anggota geng lainnya dan itu pun tidak banyak pembicaraan pribadi yang Haruka sampaikan.
“Jika kau tidak ingin menceritakannya maka tidak masalah, Haruka-kun.”
Ah sial, Haruka kembali merasa tidak enak ketika Nakazawa Naofumi mulai mengatakan hal seperti itu. Entahlah, nada lembut pria itu benar-benar membuat Haruka sulit untuk menolak permintaannya. Sebuah daya tarik yang benar-benar berbahaya.
“Sebenarnya, aku memiliki masalah dengan salah satu kelompok yakuza. Um, mereka ingin merekrut temanku sejak dulu, tetapi temanku tidak menginginkannya. Kupikir mereka sudah menyerah setelah lima tahun terus mengejarnya, ternyata mereka masih saja melakukannya. Mereka pernah menghajarku sampai pingsan berhari-hari di rumah sakit lima tahun silam.”
Haruka menggigit bibirnya pelan. Ia tidak nyaman menceritakan tragedi yang dialaminya lima tahun silam. Ia malu, juga merasa marah secara bersamaan. Harumi, Kakak perempuannya mengatakan bahwa wajar ia kalah karena lawannya adalah anggota Bakuto yang kejam. Lagipula Haruka dikeroyok. Sudah pasti ia tidak akan menang melawan sekumpulan anggota Bakuto yang kejam itu. Tetapi hingga sekarang Haruka masih saja kesal dan marah. Ia ingin sekali mengalahkan mereka dan membalas perbuatan mereka lima tahun silam. Namun kenyataan selalu menyadarkan Haruka. Ia baru saja kembali berhadapan dengan mereka, dengan jumlah yang lebih sedikit dan Haruka masih saja kalah dengan mengenaskan. Jika Nakazawa Naofumi tidak datang menolongnya, mungkin Haruka akan tidur di gang bau itu sampai esok hari.
“Bakuto? Kau dan temanmu bermasalah dengannya sejak lima tahun silam?”
Haruka mengangguk.
“Itu artinya kau dan temanmu berasal dari Asakusa? Mengapa sekarang kau bisa di Shibuya?”
Haruka menghela napas. “Aku belum lama pindah ke Shibuya. Temanku pergi ke Shibuya setelah aku tak sadarkan diri di rumah sakit. Dia bahkan tidak berpamitan denganku. Aku benar-benar sedih ketika bangun dan Kakakku mengatakan bahwa Ryu-chan telah pergi. Sialnya, Kakakku bahkan tidak mau mengatakan kemana Ryu-chan pergi sampai aku mengetahui sendiri. Kurasa dia bosan harus selalu menolongku setiap kali musuh-musuhnya mengincar aku.”
Nakazawa Naofumi tertawa kecil, membuat Haruka langsung mendongak menatapnya dengan ekspresi bingung.
“Ryu-chan?”
“Ah, Mamizuka Ryunosuke. Aku terbiasa memanggilnya seperti itu karena kami berteman sejak kecil.”
Nakazawa Naofumi mengangguk-angguk. “Berapa usiamu Haruka-kun?”
“Eh? Dua puluh tiga.”
“Hm, kau cukup polos untuk seorang pemuda seusiamu.”
“Eh?”
Nakazawa Naofumi menggeleng. “Tidak, bukan apa-apa. Jadi, di mana temanmu yang bernama Mamizuka Ryunosuke itu?”
“Dia bekerja di Daycare. Aku benar-benar tidak menyangka Ryu-chan yang sangat kuat dan initimidatif itu pindah ke Shibuya hanya untuk bekerja ke Daycare.”
“Aku rasa dia memiliki alasan lain yang tidak ingin dikatakan padamu, Haruka-kun.”
Haruka menghela napas panjang. Ia juga berpikir kemungkinan besar Ryunosuke memiliki alasan lain mengapa ia tiba-tiba meninggalkan Haruka dan pergi ke Shibuya. Ryunosuke bahkan benar-benar melarang Haruka berkelahi jika masih ingin bertemu dengannya. Sayangnya, Ryunosuke tidak pernah mengatakan alasan mengapa ia berubah seperti itu. Haruka tidak rela kemampuan Ryunosuke yang hebat itu dibiarkan sia-sia begitu saja. Kedatangan Haruka ke Shibuya untuk mencari tahu alasan mengapa Ryunosuke tiba-tiba memutuskan pergi, juga berusaha mengembalikan Ryunsouke seperti semula dan mengajaknya kembali ke Asakusa untuk kembali membentuk geng mereka yang sudah bubar.
“Naofumi-san, apa kau pikir Ryu-chan sedang berusaha memutus pertemanannya denganku karena ia malas berurusan denganku yang sering kalah dalam berkelahi?”
Nakazawa Naofumi menggeleng. “Ada banyak alasan, Haruka-kun, yang kau katakan bisa menjadi kemungkinan, namun masih banyak kemungkinan lainnya.”
“Tapi—“
“Bagaimana jika aku membantumu?”
“Huh?”
“Kau merasa dirimu lebih lemah dari Mamizuka Ryunosuke dan merepotkannya bukan?”
“Hm.”
“Datanglah padaku di waktu luangmu, aku akan melatihmu agar kau menjadi lebih kuat.”
Haruka melebarkan matanya. “Melatih? Eh?”
“Tunggu, Naofumi-sani, kau…”
Nakazawa Naofumi berdiri dan mendekat ke arah Haruka. Ia duduk di dekat pemuda itu dan mengusap pelan rambutnya. Haruka duduk dengan kaku setiap kali Nakazawa Naofumi mulai menunjukkan afeksi dari sentuhannya. Ia tidak bisa melawan, tidak pula menerima. Haruka hanya akan diam sampai pria itu selesai dengan sesi mengusap rambutnya. Entahlah, Nakazawa Naofumi sepertinya sangat suka menyentuh rambut orang lain. Atau ia sendiri memang sangat suka dengan rambut? Haruka tidak akan terkejut jika memang seperti itu. Nakazawa Naofumi memiliki rambut hitam berkilau yang panjang sampai nyaris sepinggang. Rambut itu selalu disisir rapi dan diikat menyamping pada bahunya. Ada beberapa bagian rambutnya yang pendek di sekitar wajah, tetapi sama sekali tidak ada kesan berantakan di sana. Entah perawatan rambut macam apa yang ia gunakan sampai rambutnya tampak begitu halus dan berkilau seperti itu.
“Apa yang kau inginkan, Naofumi-san?”
“Aku?”
“Kau tidak mungkin secara cuma-cuma menolongku bukan?”
Nakazawa Naofumi menghela napas. “Yeah, sepertinya aku tidak bisa merahasiakannya lagi. Aku tidak akan memaksamu, Haruka-kun, tapi kuharap kau mau untuk kulatih.”
Nakazawa Naofumi berdiri dan melepas haori miliknya. Ia juga secara perlahan membuka bagian atas yukata yang ia kenakan. Nakazawa Naofumi mengekspos tubuh bagian atasnya. Haruka terkejut ketika melihat tato bunga sakura besar di bagian punggung pria itu, juga beberapa tato kelopak sakura di bahu kiri sampai ke lengan atas. Meski berbeda dengan tato yang biasa Haruka lihat dalam tubuh-tubuh yakuza, Haruka tahu bahwa Nakazawa Naofumi adalah yakuza. Pria itu kemudian kembali memasang yukata miliknya termasuk memakai haori yang sempat ia jatuhkan.
“Jangan bilang kau juga mengincar Ryunosuke untuk anggotamu? Oh, menolongku adalah salah satu cara untuk menarik Ryunosuke kah?” Tanya Haruka.
Nakazawa Naofumi menggeleng cepat. “Aku tidak menginginkan temanmu. Kelompokku tidak merekrut paksa orang lain.”
“Jadi?”
“Aku tahu ini mungkin alasan yang cukup egois, tapi kurasa tidak masalah jika masing-masing dari kita mendapatkan keuntungan bukan?”
Haruka mendecak. “Cepat katakan.”
“Aku hanya ingin kau dan temanmu mengalahkan Bakuto. Datanglah padaku di waktu senggangmu, aku dan para anggotaku akan melatihmu sampai kau lebih kuat.”
“Naofumi-san, katakan sejujurnya siapa kau sebenarnya?”
“Tekiya.”
“Tekiya? Eh? Bukankah Tekiya berada di Kansai?” Tanya Haruka heboh.
“Oh, ternyata kau tahu mengenai Tekiya, Haruka-kun.”
Haruka mengangguk. Ia sebenarnya tidak begitu tahu secara pasti. Tetapi seperti Bakuto, Tekiya adalah salah satu organisasi yakuza yang terkenal kuat setara dengan Bakuto. Ada banyak desas-desus yang berembus sejak dulu. Kabarnya, Bakuto dan Tekiya bermusuhan sejak lama. Entah masalah apa yang membuat mereka bermusuhan dengan sangat sengit. Haruka tidak bertanya-tanya lebih banyak ketika teman-temannya bercerita karena merasa tidak terlalu penting. Lagipula Tekiya berada di Kansai yang jelas-jelas sangat jauh dari tempat mereka. Sekarang, siapa sangka Haruka akan bertemu dengan ketuanya langsung, saat berada di Shibuya pula.
“Kediaman utama Tekiya memang berada di Kansai, tetapi aku juga memiliki tempat ini di Shibuya dan beberapa daerah lainnya. Hanya Shibuya yang paling sering kukunjungi. Rumah-rumah singgah lainnya diurus oleh bawahanku. Jadi yang kau katakan mengenai Tekiya seharusnya berada di Kansai memang benar.” Jelas Nakazawa Naofumi.
“Lalu, apakah pertolonganmu benar-benar kebetulan, Naofumi-san?”
Nakazawa Naofumi tersenyum. “Aku berani bersumpah jika pertolonganku hari ini adalah kebetulan. Aku memang suka berkeliling di pertokoan Shibuya karena mereka menjual banyak benda-benda unik yang tidak ada di Kansai, lalu aku menemukanmu. Kukira kau mayat yang ditinggalkan, tapi ternyata kau masih hidup. Aku tidak tahu apapun mengenai masalahmu dengan Bakuto sebelum kau menceritakannya padaku. Jadi, percayalah padaku bahwa permintaanku adalah kesempatan yang mungkin bisa menguntungkan satu sama lain.”
“Ryu-chan, pernah bilang padaku untuk tidak pernah berhubungan dengan yakuza. Aku akan terikat, dan tidak lagi memiliki kebebasanku.”
Nakazawa Naofumi mengangguk. “Benar, itu jika kau memilih Bakuto. Tekiya tidak seperti itu, Haruka-kun. Yeah, aku tidak ingin terlalu bias menceritakan sisi baik Tekiya. Kau mungkin juga tidak akan percaya karena aku adalah pemimpinnya sendiri. Tekiya tidak mengikat siapa pun yang bergabung, Haruka-kun. Lagipula, aku tidak memintamu untuk bergabung dengan Tekiya. Anggap saja sebagai perjanjian temporal. Kita terikat satu sama lain hanya sampai Bakuto dikalahkan. Setelah itu, kau dan aku tidak ada lagi urusan satu sama lain dan bebas melakukan apapun. Bagaimana?”
Haruka sangat ingin mengatakan iya kepada Nakazawa Naofumi. Pria itu tampaknya lebih bisa dipercaya daripada yakuza lain yang pernah ia temui. Jika Tekiya bisa membantunya untuk mengalahkan Bakuto, Ryunosuke juga tidak akan diganggu lagi. Haruka bisa berkumpul bersama teman-temannya lagi, dan tidak ada Bakuto yang akan mengganggu mereka. Namun Haruka juga ragu. Ia terbiasa bertanya kepada Ryunosuke setiap membuat keputusan sulit. Tetapi selama lima tahun tanpa kawannya itu, Haruka selalu bertanya kepada Harumi, Kakak perempuannya. Masalah Tekiya tidak mungkin ia bawa dan tanyakan kepada Harumi. Wanita itu pasti akan mulai marah-marah dan nekat menyusulnya ke Shibuya jika tahu Haruka berhubungan dengan yakuza.
“Aku tidak akan memaksamu, Haruka-kun, pikirkan saja dahulu dengan baik. Jika kau setuju, datanglah lagi kemari. Aku akan menantikannya.”
“Arigato, Naofumi-san.”
Diskusi mereka berakhir usai keduanya selesai makan malam. Nakazawa Naofumi bersikeras memberikan tumpangan kepada Haruka meski pemuda itu sudah menolaknya berkali-kali. Haruka benar-benar merasa tidak enak kepadanya. Ia sudah ditolong, diberi pengobatan gratis, diperlakukan dengan baik, bahkan ditawari bantuan meski setengahnya juga menguntungkan pihak Tekiya. Haruka paham. Tidak ada yang gratis di dunia ini, dan mengambil keuntungan sudah menjadi hal yang sangat wajar dalam hidup manusia. Haruka ingin sekali langsung menyetujui perjanjian dengan Nakazawa Naofumi, tetapi apakah ia siap bekerja sama dengan yakuza?
Meski dari lain organisasi, Haruka tidak bisa memungkiri bahwa tragedi yang ia alami lima tahun silam juga karena yakuza. Ryunosuke mati-matian melarangnya berhubungan dengan yakuza manapun dan mengatakan bahwa mereka berbahaya. Jika Haruka melanggarnya dan bekerja sama dengan Tekiya, apakah Ryunosuke akan membencinya? Tetapi kerja sama itu juga untuk kepentingan Ryunosuke. Haruka tidak bisa membiarkan temannya terus-terusan diganggu oleh orang-orang Bakuto. Mereka semua gilá.
Ah sial, Haruka benar-benar dilema.
***