Bab XIII. Tidak Ada Yang Salah untuk Cinta

1077 Words
Pipi Yuri memerah dan ia memeluk Ryu dengan erat sambil mengucapkan terimakasih. Ryu yang dipeluk Yuri merasa jantungnya berdebar dengan cepat, iya darah mudanya bergelora, ini pertama kalinya ia merasakan hal itu. Ryu mencoba menahan hasratnya dan menenangkan pikirannya yang tidak-tidak dengan segera berpamitan ke Yuri. "Yur, saya harus kembali ke blok sekarang takut Bu Nelly tegur kalau kelamaan di blok wanita". Yuri masih memeluk Ryu, "Iya", lalu perlahan melepaskan pelukannya. "Kamu istirahat saja, besok baru berbenah". "Iya, kamu juga". Ryu meninggalkan kamar Yuri dengan masih berdebar-debar dan kembali ke kamarnya. Esok harinya, mereka berpapasan di halaman kost tapi di sana ada Bu Nelly yang memperhatikan. Mereka saling berbicara lewat bahasa isyarat yang membuat Bu Nelly bergumam, "Ehm...ehm....", dan mereka tertawa kecil. Di kampus seperti biasa Yuri mengajar di kelas. Ada saat-saat Ryu didekati teman mahasiswinya atau saat Ryu bermain basket di lapangan pasti banyak mahasiswi yang menyorakkinya, Yuri memasang wajah cemburu. Hari itu Yuri melihat Melisa mencoba mendekati Ryu, Melisa selalu menempel pada Ryu, itu membuat Yuri sedikit kesal kenapa Ryu begitu ramah pada semua mahasiswi. Tempat mereka bisa berbincang saat di kampus hanya di rooftop. "Senang ya jadi kamu selalu dikelilingin wanita cantik?" "Maksudnya apa?" kamu cemburu ya, goda Ryu. "Iya, aku cemburu". "Maaf....., saya gak pernah mau buat kamu cemburu, saya akan menjaga jarak dengan mereka. Kamu tahu kan cuma kamu yang ada di hati saya". "Iya, iya, aku percaya". "O, iya sabtu ini aku mau pergi fitting baju untuk pernikahan Sissy jadi mungkin bisa sampai malam". "Iya, kamu gak boleh macam-macam ya. " "Apaan sih, kamu yang jangan macam-macam". "Saya paling jualin snack di lampu merah, mana ada macam-macam". "Iya, iya". Hari sabtu tiba, Yuri berpamitan ke Ryu. Yuri mengendarai mobilnya menuju bridal. Disana sudah ada Sissy, Melisa, Dicky, orangtua Sissy dan orangtua Dicky. Yuri dan mereka sudah saling kenal baik karena Yuri sering main ke rumah sewaktu masih sekolah dulu. "Om, tante, masih ingat saya gak nih?" "Kamu... Yuri, wah makin cantik aja ya". "Tante bisa aja, tante juga awet muda". Mereka berbincang satu sama lain menanyakan kabar, menanyakan keadaan, banyak hal sambil fitting baju. "Yuri cepat-cepat nyusul Sissy, tante dengar kamu sudah ada calonnya?" Yuri hanya tersenyum. "Iya, Yur, selamat ya akhirnya punya pasangan, nanti kamu ajak ke pernikahan kami, sekalian kenalin", Dicky menimpali percakapan mamanya Sissy. Melisa yang tak jauh dari mereka dan mendengar hal itu menghampiri. "Mana mungkin dia cepat-cepat menikah, pasangannya aja masih kuliah, mereka gak bakal cocok lah". Mamanya Sissy yang tak mengerti maksud putrinya menjadi heran. "Koq Melisa bicara seperti itu ke kak Yuri, tidak baik". Mama Sissy menarik putrinya menjauh dari Yuri. Dicky jadi merasa tak enak. "Maaf ya, Yur". "Gak apa-apa d**k". Setelah selesai fitting baju, mereka makan bersama di sebuah restoran, menghabiskan waktu sampai malam dan baru pulang ke rumah. Sesampai di kost, Yuri mengechat Ryu "Baru pulang nih, cape banget, mau tidur awal". "Oke, selamat bobo sayang". Minggu paginya ada sebuah panggilan telepon dari kantor pemasaran yang memberitahukan bahwa hari ini berkas-berkasnya sudah siap dan Yuri bisa langsung menempati apartemen tersebut. Dan Yuri meminta Ryu untuk menemaninya, untuk bersih-bersih dan sedikit berbenah disana nanti. "Ryu, temenin aku ke apartemen, hari ini serah terima kunci, kita berbenah sebentar disana" "Oke, kamu kabarin aja kalau sudah siap". Mereka pun berangkat ke sana. Setelah selesai mengurus segala sesuatu di kantor pemasaran, mereka menuju kamar apartemen. Yuri menengok apa saja barang yang harus dibeli untuk melengkapi apartemennya. "Sepertinya kita harus beli sprei, sarung bantal, bedcover, piring, cangkir, teflon, panci, sendok, garpu, handuk, sabun, banyak banget yang harus dibeli, juga makanan, kita ke swalayan yuk". "Siap, sayang". Mereka berduapun ke swalayan yang ada di apartemen karena fasilitas di apartemen sudah lengkap, ada toko baju, elektronik, foodstreet jadi tak perlu keluar untuk membeli berbagai kebutuhan. Mereka juga makan dulu sebelum berbelanja. Setelah hampir 3jam, banyak sekali barang yang mereka beli sampai Ryu harus menjinjing di tangan kanan dan kirinya. "Lumayan ya, cape juga, belum berbenah, kita istirahat dulu. Nanti aku beresin bagian kamar, kamu tolong berbenah di dapur ya biar cepat selesai". "Iya, Yur", sambil membuka minuman kaleng yang mereka beli tadi". Ryu berbenah di dapur, ia menata letak piring, gelas, sendok, garpu, makanan dan minuman. Sedang Yuri memasang sprei, sarung bantal dan bedcover di kamar. Setelah selesai Yuri memutuskan untuk mandi. Tadi ia sudah membeli perlengkapan mandi dan beberapa setel baju. Selesai mandi, Yuri ke ruang tamu dimana Ryu sedang duduk, Ryu juga sudah selesai menata dapur. Ryu yang saat itu melihat Yuri dengan rambut yang digulung handuk, t-shirt putih dan celana pendek menatapnya dengan tak berkedip. "Kamu habis mandi, Yur, tanpa riasan kamu...Ryu berdebar. "Iya, gerah habis berbenah, kamu mau mandi juga, ada baju ganti dan handuk baru juga koq". "O, kalau gitu saya mandi juga biar wangi", Ryu terburu-buru ke kamar mandi karena ia takut kalau melihat Yuri terlalu lama seperti itu ia tak dapat menahan hasratnya. Ryu pun mandi dan Yuri membuat teh. Selesai mandi Ryu keluar dengan rambut basahnya dan hanya menutupi bagian bawah tubuhnya dengan handuk. Yuri dapat melihat dengan jelas d**a bidang Ryu dan itu membuatnya berdebar. "Maaf, saya lupa baju gantinya, bisa tolong kamu ambilkan". "Ada di kamar, sebentar aku ambilkan". Tak lama terdengar teriakan Yuri dari dalam kamar dan Ryu yang panik langsung menuju kamar. "Ada apa, Yur?" "Itu kecoa", sambil menunjuk ke arah lemari. Ryu tersenyum melihat Yuri yang terlihat imut saat takut dan tetiba kecoa itu terbang ke arah Yuri. Yuri beteriak dan memeluk Ryu. Seketika suasana menjadi hening, getaran-getaran tak mampu lagi menahan hasrat untuk tidak melakukannya. Dimulai dari bibir mereka yang saling berbalas lalu dengan perlahan Ryu melepas pakaian Yuri satu persatu. Ini adalah yang pertama bagi Ryu. Mereka saling menikmati hubungan intim tersebut. Mereka berpikir mereka saling mencintai meskipun mereka tahu sebenarnya hal ini salah tetapi tidak ada kata salah untuk yang namanya Cinta. "Yur, apa kamu marah?" tanya Ryu yang masih memeluk Yuri di tempat tidur dengan berbalut selimut. "Aku bahagia, Ryu", sambil memeluk Ryu dengan erat. "Saya janji akan segera mengenalkan kamu ke orangtuaku". "Iya, tapi ada satu hal yang aku belum cerita ke kamu", Yuri menatap Ryu dengan serius. "Apa itu, Yur?" "Ini bukan kali pertama aku melakukannya, tapi kamu yang ke-2, setelah cinta pertamaku dulu. Aku ingin kamu jadi yang terakhir Ryu". "Setiap orang punya masa lalu dan saya gak mempermasalahkan hal itu, saya juga bukan orang yang sempurna.Yang terpenting sekarang kamu bukan masa lalu kamu". Yuri bahagia mendengar hal itu dan akhirnya mereka sama-sama tertidur sepanjang malam sambil berpelukan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD