BSB 60

1154 Words
Jordi duduk sendirian di kursi teras belakang. Dia sudha kehabisa cara untuk membujuk Audy datang ke rumah. Sebenarnya dia tidak ingin berbohong, namun dia tahu, Audy tidak akan mau datang kalau bukan dengan alasan seperti itu. Di satu sisi Jordi memang berharap banyak dari Audy untuk bisa menemui Mikha. Mengingat dulu saat Mikha sakit dan harus dirawat di rumah sakit pun, Mikha meminta Audy untuk menemaninya siang malam. Kedekatan keduanya memang tidak bisa dianggap kedekatan biasa. Bahkan tidak jarang Audy datang hanya untuk bertemu dengan Mikha, bukan dengan dirinya. Namun di sisi lain, Jordi juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau dia pun ingin bertemu a Audy. Jordi ingin sekali saja bisa mengobrol berdua dengannya. Sekedar meminta maaf atau malah mengensng masa lalu berdua. Walau pun Jordi sendiri sadar, Audy tidak akan bisa kembali seperti dulu. Akan selalu ada jarak dan pembatas di antara keduanya yang membuat Jordi takkan bisa berbicara santai dengan Audy seperti sebelum wanita itu dinikahi oleh Rasya. Jordi masih ingat dulu, saat Audy menangis akibat sikapnya yang terlalu kelewatan. Audy yang begitu setia dan tulus, harus menelan pil pahit akibat mengetahui perselingkuhan yang dilakukan Jordi bersama Alea. Bahkan Jordi sempat menikah dengan Alea tanpa sepengetahuan Audy. Hal itu membuat Audy sempat jatuh sakit berminggu-minggu sampai akhirnya dia memutuskan semua komunikasi dengan Jordi secara sepihak. Bukannya menyesal, saat itu Jordi malah selalu memanas-manasin Audy dengan bermesraan dengan Alea setiap kali bertemu dsngannya. Dan saat ini, semua seolah terbalik. Audy lah yang berhasil membuatnya panas dan cemburu bukan main. Rico hadir. Rico yang baru saja pulang kuliah, meletakkan tasnya ke kursi lantas duduk di kursi di mana tasnya berada. Jordi melirik nya, lantas menyalakan sebatang rokok yang semula masih dia pegang sembari melamunkan penyesalannya tentang masa lalu. "Hari ini jadi Dokter Lydia datang, Bang?" tanya Rico hanya hanya dijawab Jordi dengan anggukan kepala. "Jam berapa katanya?" "Kemungkinan nanti malam," jawab Jordi setelah mengisap rokok dan menghembuskan asapnya ke udara. "Papi sama Mami ke mana?" tanya Jordi yang berhasil mengerutkan kening Rico. "Dari tadi gak kelihatan." "Kok nama gue, bukannya abang yang dari tadi di rumah. Seharusnya abang yang lebih tau Mami dan Papi ke mana." "Tadi abang ke luar sebentar," jawab Jordi. "Ke mana?" tanya Rico sedikit kesal karena mengetahui Jordi pergi meninggalkan Mikha bersama para pembantu di rumah. Padahal sebelum pergi kuliah, Rico sudah berpesan untuk tidak ke mana-mana lagi selama dirinya ke kampus. Rico sangat mengharapkan Jordi terus di rumah menemani Mikha setelah bebasnya dia dari penjara. Namun Rico malah harus mendengsr Mikha kembali ditinggal di rumah. Hal itu membuatnya sedikit menaruh kesal pada Jordi. "Ke rumah sakit jiwa," jawab Jordi santai. "Nememuin wanita itu?" tanya Rico yang langsung dijawab Jordi dengan anggukan kepala pelan. "Ngapain lagi sih, Bang. Bukannya dijauhin malah dijumpain. Nanti gak bisa lepas lagi baru tau rasa." "Abang cuma mau nolak ajakan Rachel untuk gabung, itu aja." "Gabung buat apa lagi? Balas dendam?" tanya Rico yang kali ini sama sekali tidak dijawab Jordi. "Gak ada habisnya. Udah tau keluarga Kak Audy sekarang udah tenang, masih aja diusik. Udah kakaknya gila, sekarang adiknya pula yang mau balas dendam." Rico mengomel sendiri yang sama sekali tidak dibalas Jordi. Jordi malah asyik dengan rokoknya. "Rachel menganggap kondisi Alea jadi seprti ini karena keluarga mereka, Raymond meninggal pun karena mereka." "Tapi kan kita semua tau juga kalau yang ngebunuh Raymond itu Alea sendiri, kenapa malah jadi mereka yang disalahkan," ujar Rico seolah terkesan tidak Terima dengan pernyataan itu. "Alea sendiri yang datang ke pesta Ameliya, terus ngerusak segalanya. Dan sekarang adiknya datang sok-sokan jadi pahlawan kesiangan, dan bilang mau balas dendam. Tuh yang hilang akal siapa sih sebenarnya, kakaknya atau dia." Jordi hanya diam. Dia seakan tidak Ingin berkomentar banyak tentang hal yang memang dirinya sendiri mengakui kalau Rachel salah besar. Alealah yang salah dalam kejadian itu, bukan Audy mau pun Adit beserta keluarganya. Namun percuma saja, Rachel saat ini tertutup dengan dendam. Dia terlihat tidak bisa Terima melihat kondisi sang kakak jadi seperti itu. "Mas!" Sebuah seruan terdengar yang membuat Jordi dan Rico menoleh. Ada si Mbok Atun di sana yang terlihat tersenyum lebar sembari berdiri di dekat pintu belakang rumah, tempat keduanya asyik nongkrong. "Ada apa, Mbok?" tanya Rico. "Mbak Mikha udah sadar, dia nyariin Mas Jordi!" serunya lagi yang langsung membuat Jordi terperanjat kaget. Jordi spontan langsung berlari masuk ke dalam hingga hampir saja membuat tubuh Mbok Atun limbung. Beruntung Rico dengan sigap menahannya, jika tidak, Atun yang sudah berusia lima puluh tahunan itu pasti terjatuh ke lantai. *** Benar saja, Mikha sudah sadar. Dia tersenyum tipis saat melihat Jordi sudah duduk di sampingnya. Jordi langsung menggenggam tangan Mikha erat, menngecup tangan Mikha berulang kali seolah ingin menunjukkan bahwa selama ini, dia benar-benar khawatir melihat Mikha yang belum juga sadar. Dan kini, Kedua mata Mikha akhirnya terbuka dengan senyuman menghiasi bibirnya. "Akhirnya kamu sadar, Dek," ucap Jordi lega bukan main. "Abang udah pulang?" tanya Mikha dengan nada suara lemah. "Gimana kerjaannya di Kalimantan, gara-gara Mikha ya abang jadi resign dari sana?" "Kerja di Kalimantan?" tanya Jordi bingung. Mikha menganggukkan kepala, "Mami bilang, abang ke Kalimantan buat kerja, makanya belum bisa pulang. Terus pas Mikha mau coba telepon, Mami bilang di tempat kerja abang gak ada sinyal, makanya nomor abang gak aktif terus." Dengan wajah polosnya Mikha menceritakan apa yang dia dengar dari sang Mami. Jordi sesaat mengalihkan pandangannya ke Rico yang sudah berdiri di hadapannya. Tanpa sepengetahuan Mikha, Rico mengangguk kan kepalanya sekali seakan ingin membenarkan cerita Mikha. Jordi paham maksud dari isyarat kepala itu. Jordi kembali tersenyum saat tatapannya beradu dengan Mikha. "Abang kerja apa di sana?" tanya Mikha lagi. "Sampai gak bisa dihubungi, padahal Mikha pengen cerita banyak sama abang." "Abang ikut kerja di pabrik teman abang di sana, sinyal memang gak ada, karena pabrik tempat abang kerja sedikit masuk ke daerah dalamnya." Mikha mengangguk pelan, "Jadi abang sekarang udah gak kerja lagi?" "Iya, abang resign dari sana." "Karena Mikha ya?" tanya Mikha sedih. Jordi bisa melihat ekspresi sedih itu hadir di wajah sang adik. Jordi mengusap kepala Mikha, menggelengkan kepala berusaha menenangkannya. "Bukan karena Mikha, tapi karena memang abang ingin pulang, udah lama banget abang di sana, jadi abang putusin untu resign biar bisa di sini sama Mikha. Kan Mikha sendiri yang dulu pernah bilang, kalau abang harus di sini pas Mikha lulus-lulusan SMA. Dan abang di sini, untung masih setengah tahun lagi, jadi abang kan gak telat buat hadir nanti." Jordi tersenyum lebar. Namun anehnya, Mikha malah rampak semakin sedih hingga meneteskan air mata yang langsung jatuh ke bantal yang jadi alas kepalanya. Jordi memudarkan senyumannya lantas mengusap air mata Mikha dengan lembut. "Kenapa nangis, Dek?" tanya Jordi. "Mikha udah gak bisa ngerayain lulusan lagi, Bang, Mikha terancam dikeluarin dari sekolah." Mikha menangis sejadi-jadinya. Jordi sendiri tampak kaget bukan main mendengar kabar terbaru tentang hidup Mikha selanjutnya. Mikha langsung bangkit dan memeluk Jordi erat. Jordi mengarahkan tatapan nya ke Rico yang kini hanya tertunduk tak tahu lagi harus berbuat apa untuk pendidikan Mikha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD