Jordi benar-benar tidak menyangka bisa bertemu dengan Rachel hari ini. Nama itu, memang sering dia dengar langsung dari mulut Alea, namun Alea sama sekali tidak pernah mempertemukannya dengan pemilik nama itu. Alea sama sekali tidak pernah menceritakan tentang keluarganya. Yang Jordi tahu, sang ibu sama persis bisa dirinya, wanita malam hingga enggan mennikah dengan siapa pun. Namun meski pun begitu, Alea berbeda dengan wanita yang melahirkannya itu. Wanita itu menjadi wanita malam dengan berganti-ganti pasangan, sedangkan Alea tidak. Alea hanya sesekali berganti pakaian, namun hatinya tetap pada satu lelaki yang bisa menjamin hidupnya dalam jangka waktu yang lama. Alea memakai hati, sedangkan wanita itu tidak.
Pertemuannya dengan Rachel masih saja membuat Jordi kaget bukan main. Jordi yang sejak satu jam lalu kembali ke dalam sel, sama sekali tidak bernapsu makan, mau pun tidur dan sekedar mengobrol dengan tahanan lainnya. Jordi terus memikirkan setiap ucapan Rachel. Salah satunya saat Rachel mengatakan keinginannya untuk mengajak Jordi bergabung membalaskan dendam pada keluarga Adit.
“Gue gak mau tau, mereka harus menderita!” ucap Rachel saat masih duduk di hadapan Jordi. “Mereka sudah membuat dunia kakak gue hancur, dia kehilangan Raymond, dia kehilangan akal sehatnya, bahkan dia kehilangan cinta pertamanya yaitu si Adit itu. Nisa sudah menghancurkan semua yang dia inginkan. Gue benar-benar benci sama wanita itu! Dia sudah merebut segalanya!”
Bisa dilihat dengan mata kepala Jordi, ada kemarahan di wajah Rachel yang cantik. Dia sangat cantik, bahkan lebih cantik dibandingkan Alea. Tubuhnya yang tinggi semampai dengan tatapan tajamnya, Jordi berhasil terkagum-kagum setiap saat mengingatnya. Namun saat ini, Jordi lebih mengingat setiap ucapan kasar yang ke luar dari bibir merah muda karena polesan pewarna bibir. Bibirnya yang terbentuk sempurna, ternyata tidak sesempurna ucapan yang ke luar dari sana. Dia begitu sadis, hingga membuat Jordi terdiam setiap kali mendengar kalimatnya.
“Di mana Raymond?” tanya Jordi kembali mengingat pertemuan itu.
Rachel menggelengkan kepala, “Gue tidak tau gimana kabarnya sekarang, yang gue tau, dia tertempel Alea, dan dilarikan ke rumah sakit di luar negeri. Tapi gue gak tau dia di rumah sakit negara mana.” Rachel menghela napas kasar. “Alea itu pun termasuk wanita bodoh, bukannya bersyukur dengan adanya Raymond yang sangat mencintainya, dia malah terus menerus mengejar laki-laki seperti Adit yang sudah jelas-jelas mencampakkannya. Kalau gue jadi dia, gue gak mau lagi mengejar Adit, gue bakalan bertahan dengan Raymond, meski pun gue sendiri tidak terlalu cinta sama lelaki kaya itu. Terkadang kakak gue itu buat geram!”
Jordi sangat menyetujui apa yang dikatakan Rachel saat itu. Seharusnya Alea bisa menerima Raymond dan melupakan Adit selamanya, hidup bahagia dan pergi sejauh mungkin bersama lelaki yang berniat mengajaknya pindah ke luar negeri. Namun sayangya, dendam di hari Alea tidak akan pernah sembuh, meski pun dia sudah tidak menginginkan Adit lagi, tapi niat untuk membalaskan dendamnya pada Nisa tidak akan pernah pudar sampai kapan pun.
“Dia malah masih saja nyebut nama Adit dan Nisa saat di rumah sakit jiwa, rasanya gue ingin menghantam kepalanya biar bisa lupa sama Adit, dan mulai menata hidupnya lebih baik ke depannya. Namun sayangnya, gue gak mungkin ngelakuin hal itu,” tambah Rachel lagi dengan ekspresi wajah yang masih menahan emosi.
Rachel menarik tatapannya ke Jordi yang masih saja diam seribu Bahasa. Jordi tertunduk mencoba memikirkan sesuatu, sedangkan Rachel yang melihatnya, langsung menarik pikirajn jahatnya yang sebelum datang, sudah dia rencanakan dengan matang. Dia butuh rekan untuk membalaskan dendamnya pada keluarga Adit, termasuk Nisa orangnya. Dan Rachel yang hanya mengenal Jordi walau melalui cerita dan foto yang dikirimkan Alea dulu kala, namun dia yakin, bersama Jordi, Rachel bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.
“Loe bebas tinggal hitungan hari, bukan?” tanya Rachel yang kembali berhasil menarik tatapan Jordi ke arahnya, mengangguk pelan yang langsung membuat Rachel tersenyum penuh kemenangan. “Gue akan jemput loe langsung dengan fasilitas yang sudah gue siapkan buat loe, asalkan… loe mau bekerja sama dengan gue membalaskan dendam sama mereka.”
Jordi menatapnya bingung. Semula, dia ingin menjadi lebih baik agar bisa menebus semua dosa yang telah dia perbuat dulu pada Audy. Dia merindukkannya, dan bodohnya dia malah terhasut dengar ucapan Melody yang terus saja memintanya menjerat Audy agar bisa bersamanya. Andai saja dia bisa bersikap normal mencintai Audy saat itu, dan tidak mengikuti apa pun yang diperintahkan Melody padanya, mungkin saja dia tidak berada di penjara, dan bisa saja saat ini dia sudah bersama Audy. Bahagia dalam pernikahan dengan rencana bahagia yang dirinya dan Audy rancang ke depannya.
“Loe gak perlu mikir kembali ke rumah loe, atau malah berpikir kembali bersama Audy,” ucap Rachel seolah bisa membaca apa yang dia pikirkan. “Cewek yang loe cintai itu, sudah mencintai orang lain saat ini. Dan mungkin, akan menikah sebentar lagi.”
“Loe bohong!” ucap Jordi tidak terima dengan apa yang dikatakan Rachel barusan. “Audy itu sangat mencintai gue, mustahil dia bisa ngelupain gue secepat itu. Audy tetap jadi milik gue sampai kapan pun. Dia pasti lagi nungguin gue bebas, dan berdiri di depan gerbang depan buat ngejemput gue saat bebas nanti.”
Rachel tertawa mendengar ucapan Jordi. Seolah sebuah lelucon, dia tertawa terbahak-bahak. Bahkan tawanya membuat Jordi bukannya ikut larut tertawa, malah menatapnya tajam dengan penuh emosi.
“Sekarang gue tanya sama loe, selama loe di penjara, apa pernah sekali aja dia datang ngejenguk loe?” tanya Rachel yang membuat Jordi bukan. Jordi mencoba mengingat hari-harinya selama di penjara, bahkan mencoba mengingat siapa-siapa saja yang datang mengunjunginya. Dan Rachel benar, tidak ada Audy di antara tamu yang datang mengunjunginya. Jordi menarik napas panjang, lantas mengembuskan perlahan napasnya.
“Dia lagi sibuk, makanya gak pernah datang,” ucap Jordi yang kembali membuat Rachel tertawa mendengarnya. “Tapi gue yakin, dia pasti masih nungguin gue bebas sampai hari ini.”
“Bodoh kok dipelihara, cocok loe sama kakak gue, sama-sama bodoh!” maki Rachel yang membuat Jordi menundukkan kepala malu bukan main. “Sesibuk-sibuknya perempuan, pasti bakalan datang ngunjungi laki-laki yang dia cintai di dalam penjara, tapi dia… kagak pernah!”
“To the point aja, loe mau apa dari gue?” tanya Jordi mulai jengah dengan kehadiran Rachel.
“Kurang jelas ya apa yang gue bilang dari tadi?” tanya Rachel sembari mendekatkan wajahnya dengan Jordi yang masih duduk di hadapannya. “Gue mau loe jadi rekan gue, buat ngebalas semua perbuatan orang-orang yang jahat sama kakak gue.”
“Apa yang gue dapat kalau gue ngebantuin loe?” tanya Jordi.
“Apa pun, terserah loe maunya apa. Gue bakalan kasih,” ucap Rachel seolah menantang Jordi.
“Tubuh loe,” ucap Jordi yang langsung membuat Rachel terdiam. Tak ada senyuman di bibir Rachel yang semula tergaris sinis. Dia hanya menatapnya tajam, tanpa berkata apa-apa. Dan kali ini, gentian Jordi yang tersenyum sinis melihat wanita di hadapannya berhasil dia bungkam mulut sadisnya.