3. Mencuri Perhatian

875 Words
Hari demi hari berlalu, perhatian Mark Adrian terhadap Erlita tidak mereda, melainkan menguat, berubah menjadi sebuah obsesi yang dikendalikan. Selama seminggu berikutnya, Mark mendapati dirinya sering kali berdiri di ambang pintu ruangannya, pura-pura menerima panggilan penting atau sekadar melihat pemandangan kota, namun pandangannya selalu berakhir di area yang disinggahi gadis itu. Di sana, ia akan melihat Erlita. Erlita bergerak dengan efisien namun tanpa gemerlap. Tampilannya cukup sederhana dan ini membuatnya menjadi sedikit ada rasa penasaran, gadis yang bekerja di perusahaan ini banyak yang cantik tapi tak semenarik Erlita. Rambut hitamnya diikat rapi, fokus matanya yang bulat tertuju pada nampan atau tumpukan berkas. Tugasnya sebagai office girl memang bukan pekerjaan yang membutuhkan penampilan yang wah atau glamor. Yang dilakukan, seperti kebanyakan pekerja lainnya, membersihkan meja, membuang sampah kecil, mengisi ulang persediaan alat tulis, dan yang paling menarik perhatian Mark, merapikan kekacauan meja-meja para staf. Gadis itu, benar-benar mencuri perhatiannya. Ia sadar betul ini cukup buruk jika ia terus melakukannya. Sementara Erlita dia cukup bersyukur dapat pekerjaan yang lumayan menyenangkan. Bisa bertemu banyak orang yang berpendidikan tinggi dan juga baik. Erlita terbiasa hidup di pemukiman yang padat penduduk dan banyak mengalami kesenjangan sosial. Ketika di rumah, Erlita hanya bisa makan dengan lauk seadanya saja. Ibunya cuma buruh tukang cuci, sedangkan Ayahnya bekerja serabutan. Ia memiliki dua orang adik yang kecil-kecil, dan masih butuh banyak biaya. Ketika pulang kerja, ibunya menerima tamu dari Bandung. Kerabat mereka datang untuk membawa salah satu adiknya yang berusia lima tahun. Ibunya merelakan adiknya untuk dibawa ke rumah kakaknya yang tidak mempunyai anak. Erlita memanggilnya Budhe Gina. Adik laki-lakinya tak rewel ketika digendong dan diajak ke Bandung. “Er, Budhe bawa adikmu. Kamu masih ada Erla disini, Erka akan bersama Budhe jadi tolong hibur Erla dan juga ibumu ya, biar mereka nggak sedih,” Erlita mengangguk, ia mengantar mereka pergi sampai ke depan pintu. Tangisan ibunya dan juga Erla membuatnya sedih. Tekadnya bulat, ia akan mencari kerja untuk bisa membantu orang tuanya mencari uang dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. ** Di kantor, ia memang cukup rajin dan rapi melakukan sesuatu. Mbak Rina juga senang kalau dia sudah memegang satu pekerjaan karena semua akan beres tanpa harus disuruh. Seperti saat ini, Erlita tengah berada di ruangan yang mejanya cukup berantakan. Ia membereskan semuanya. Saat itu, Mark keluar dari ruangannya dah melihat yang dilakukan Erlita. Mark mencuri pandang saat Erlita membungkuk sedikit untuk menyusun tumpukan draft di meja seorang manajer. Pria itu sering sekali melakukannya, kadang ketika Erlita tengah beberes dengan cukup hati-hati memisahkan cangkir kotor. Mark melihat Erlita bekerja dengan cukup giat. Erlita dengan ketulusan dan kepolosan yang dimilikinya, sama sekali tidak menyadari sepasang mata tajam dari ruangan direktur mengawasinya. Mark selalu tersenyum sendiri saat melihat tingkah gadis itu. Bahkan ketika Erlita sesekali bersenandung kecil saat menyeka meja, ia terlihat benar-benar tenggelam dalam dunianya yang sederhana. "Aku harus menjauhkan pikiran dari pekerjaan," gumam Mark suatu sore, mengutip kata-kata istrinya. Sandra memang terus mendesaknya untuk menyelesaikan lebih banyak pekerjaan operasional agar ia punya lebih banyak waktu untuk urusan sosial dan keluarga. Tiba-tiba, sebuah sebuah ide muncul di benak Mark. Ia tersenyum sendiri dan ingin segera menuangkan ide itu sekarang juga. Ruangannya sudah lama membutuhkan Asisten Pribadi (PA) yang baru. Posisi ini menuntut seseorang yang teliti, terpercaya, dan yang paling penting... dekat dengannya. Ia punya sartu nama, Erlita. Yah, sepertinya gadis itu cocok. Keterampilan office girl adalah tentang ketelitian dalam detail dan kerapian. Keduanya adalah pondasi yang baik. Selain itu, menaikkan jabatan seorang gadis lugu dari office girl menjadi PA Presdir akan membuat Erlita akan sangat terikat dan tampak berhutang budi kepadanya. Itu adalah cara sempurna untuk bisa mengatur keberadaan gadis itu di sisinya, sambil memberinya alasan logis kepada Sandra dan dewan direksi lainnya. Pikirannya cukup licik meski hanya untuk sekedar membutuhkan asisten pribadi. Mark menekan interkom, memanggil sekretaris utamanya. "Tolong panggil Erlita, office girl yang baru, ke ruanganku. Sekarang." Beberapa menit kemudian, Erlita berdiri di tengah karpet tebal ruang kerja Mark, gugup hingga telapak tangannya berkeringat. Perasaan canggung dan aneh terlihat dalam gelagat gadis polos itu. Mark duduk di sofa tunggal, tidak di belakang meja kerjanya, sebuah upaya sadar untuk mengurangi jarak kepemimpinannya. Namun, jas tuxedo abu-abu gelap dan aura dominasinya tetap membuat Erlita merasa seolah ia sedang diadili. "Erlita," Mark memulai, nadanya formal dan terkontrol, nyaris tidak meninggalkan jejak gairah yang ia tunjukkan belakangan ini. "Aku perhatikan kinerjamu. Kamu ... cukup teliti dan juga cekatan. Itu bagus." Erlita menunduk, pipinya sedikit memerah karena pujian yang tak terduga itu. "Terima kasih, Tuan." "Aku membutuhkan seseorang untuk posisi baru," lanjut Mark, menyilangkan kaki. "Posisi Asisten Pribadi. Ini tugas yang jauh lebih besar dari yang kamu lakukan sekarang. Kamu akan mengelola jadwal, mengatur komunikasi, menyiapkan laporan, dan sesekali mengurus keperluan pribadi." Erlita terperanjat, matanya membulat. "Asisten... Pribadi? Tapi Tuan... saya hanya lulusan SMA. Dan saya..." Ia tidak berani menyelesaikan kalimatnya, ...saya hanya seorang office girl. Mark tersenyum tipis, senyum yang mencapai mata namun terlihat licik. "Aku tahu latar belakangmu, Erlita. Tapi yang kubutuhkan adalah kepercayaan dan kesetiaan. Dan kamu sudah menunjukkan itu dalam caramu bekerja di sini." "Aku ingin kamu menjadi tangan kananku. Kamu bersedia?" Erlita terdiam. Asisten Pribadi Presdir. Itu adalah loncatan karier yang gila, gaji yang akan menyelamatkan keluarganya. Tetapi itu berarti ia akan selalu berada di samping pria yang tatapannya membuat jantungnya berdebar tidak nyaman.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD