Pov dali
Setelah jam kerja habis, aku turun kelantai bawah bergegas pulang, tak lupa mampir ke tempat kerja dini yang terletak di kantai bawah.
Terlihat dini lagi merapihkan barang barangnya bersiap untuk pulang, setelah berpamitan kepada teman temanya, dia pun berjalan menghamiri ku.
"Udah selesai din" tanyaku sambil menatapnya.
"Udah, emang kenapa kak?" Dini balik nanya
"Ayo, aku antar pulang, nanti keburu magrib" ajak ku.
"Aku pulang naik busway aja kak, gak enak ngerepotin kakak terus" jawabnya seperti biasa pandanganya menuju ke arah lantai, beda dengan mataku yang tak pernah bosan memandanginya.
Mendangar jawaban itu, tanpa sepatah kata keluar dari mulutku, aku langsung menarik lembut jemarinya, dan menutun ke arah parkiran, dini yang tak bisa disentuh pria, mukanya mulai memarah padam sambil tetep berjalan mengikuti tarikan ku.
Sesampai di parkiran aku memasangkan helm ke kepala dini lalu mengikatkan talinya.
Kita pun pergi meningalkan parkiran, sebelum nyampe kontrakan aku membeli dua nasi bungkus untuk di makan setelahnya nyampe kontrakan.
Setelah makan dikontrakan dini, aku pamit pulang dan berjanji besok pagi aku jemput lagi.
Sesampainya dikontrakan, setalah memberesihkan badan aku bergegas menuju masjid untuk melakukan shalat berjamaah.
Sepulang dari masjid terlihat bapak bapak sedang ngopi di tempat penjual pukis,
"Mampir dulu sini dal, udah lama gak ngobrol ngobrol" tawar pak RT
Ditawari mampir rasanya enggan untuk menolak, meski rencananya mau menelepon ibu, aku pun menghampiri mereka, setelah menyalaminya aku pun duduk di dekat pak RT.
"Mau ngopi apa dal, pesan aja nanti pak andra yang traktir" tawar pak RT. sambil melirik ke arah pak andra
Yang dilirik pun mengguk memberikan tanda setuju,
"Wah kayanya ada yang ulang tahun nih, pake traktiran traktian segala" ledek ku.
"Iya pak andra lagi ulang tahun, rencanya mau ke resto sunda tapi kemalaman" sahut pak reihan
"Ulang tahun apaaan, gak neraktir salah, ditraktir masih aja ngeledek" ujar pak andra sambil mendengus kesal.
aku pun memesan satu kopi hitam, tak selang berapa lama kopi instan pun jadi, lalu pak RT. Mengabil sebatang rokok, lalu memberikanya padaku, aku menerimanya lalu membakar dan menghisapnya, meski sebenarnya aku gak merokok tapi untuk mengahrgai mereka akupun mengikutinya.
"Nah kalau ngeroko gitu kan makin cakep" ledek pak RT.
"cowok emang seharunya meroko" timpal pak andra
"Yah kalau udah di keroyok gini, pasrah aja deh" jawabku sambil mengambil kue pukis lalu memasukanya kemulut, tanpa menghiraukan meraka.
"Rumah di gang masjid itu katanya mau di jual, semenjak ditingal suaminya ibu itoh sering sakit sakitan, dia pengen pulang kampung biar bisa diurus sama keluarganya, soalnya disini dia tidak punya siapa siapa" tutur pak RT.
"Kalau urusan janda, selalu up to date RT. Kita satu nih" ujar pak ali.
"Bukan begitu sebagai RT. Yang peduli terhadap warganya, RT. Wajib mengetahui kondisi warganya, makanya saya suruh istri saya untuk menjenguknya" sanggah pak RT.
Pak RT. kita ini emang orangnya sangat ramah jangankan ke warga asli, sama pendatang pun beliau selalu ramah, makanya kata warga sini RT. Forever.
"Emang katanya mau di jual berapa" tanya pak andra.
"Kata istri saya mau di lepas murah sekitar 300 sampai 400 juataan, kalau pak andra minat nanti bisa antar menemui bu itoh" jawab pak RT.
"Harga segitu untuk ukuran ibu kota sangat murah, sayang lagi gak ada uang nya" sahut pak andra, sambil meneguk kopinya.
Mendengar percakapanya aku yang sedari tadi menyimak mulai tertarik.
"Rumah bu itoh itu yang sebelah mana pak?" Tanyaku sambil menatap pak RT.
"Gang masjid, kalau dari rumah saya terhalang empat rumah" jawab pak RT.
"Luasnya berapa ya?" Tanyaku lagi.
"Kalau enggak salah sekitar 80 meteran, kalau punya duit harga segitu rasanya beli tanah dikasih rumah" jawab pak RT.
"Beli aja dal kalau ada duit sayang tau, apalagi kamu disini udah kami anggap sebagai saudara" saran pak raihan
"Amin, saya pengen lihat, kalau tidak keberatan pak RT besok pagi pagi tolong antar saya melihat rumah bu itoh" pintaku.
"Nah gitu dong, masih muda, tapi duitnya udah banyak, hebat kamu dal" sahut pak RT. Terkehkeh.
"Gimana pak bisa gak besok antar aku menemui bu itoh" tanyaku lagi.
"Bisa bisa" jawab pak RT. Sambil mengisi mulutnya dengan kue.
Kami pun melanjutkan obrolan sambari diselingi makan kue pukis, adzan isya berkumandang kami segera bubar, lalu bergegas menuju masjid.
Sesampai di kontrakan aku mengabil ponsel lalu melihat ada notif pangilan tak terjawab dan pesan masuk.
Penasaran aku pun membukanya, ternyata yang meneleponku adalah pak wahyu, dia adalah klien pembeli yang aku kenalkan kepada team broker kami, aku mengulirnya ke samping kiri ternya pak wahyu pun mengirim pesan.
(Selamat sore pak dali, maaf mengagngu, saya hanya mau bilang terimakasih atas bantuan pembebasan lahan kemarin, sekaligus mau mengundang makan malam, di kediaman kami semoga pak dali berkenan)
Beliau pun mengirimkan lokasi yang akan di jadikan tempat makan malam.
(Selamat sore juga pak wahyu, maaf tadi telepon bapak tidak terangkat, yang harus berterimakasih itu saya karna bapak telah memberikan kesempatan team kami berkerja sama dengan bapak, soal undangan insya allah saya akan datang) balas ku lalu mengirimkan nya.
Tring.
(Sama sama pak dali, ditunngu kehadiranya)
Balas pak wahyu.
Setelah itu aku menelepon ibu, memberikan kabar bahigia yang ku dapat hari ini, lalu mengirimkan uang untuk keperluan adik dan pegangan orang tua ku.
********
Setelah sholat subuh aku sama pak RT. di tamani pak reihan pergi menuju rumah bu itoh.
Sesampainya di depan rumah bu itoh, pak RT. Mengetuk pintu pagar sembari mengucapkan salam,
Tak selang berapa lama keluarlah seorang ibu ibu menghampiri kami,
Setelah menjelaskan maksud dan tujuan datang kerumahnya, bu itoh pun mempersilahkan kami masuk.
Setelah masuk aku perhatikan ternyata tanahnya sangat luas, meski bangunanya udah tua tapi masih kokoh, tingal renovasi sedikit yakin bagus lagi.
Aku pun mengutarakan minat, untuk membeli rumahnya kepada bu itoh, dengan senang hati bu itoh pun meminta ku untuk segera membayarnya.
Berhubung waktu masih pagi, kita sepakat untuk melakukan pembayaran di siang hari setelah kantor notaris buka.
Setelah itu kami pun pulang dan berjanji untuk kumpul kembali agar bisa berangkat bareng menuju kantor notaris.
Sesampai dirumah aku menghubungi stela fatner kerja ku di coffe untuk meminta tuker ship, dengan sedikit rayuan akhrinya windi pun meng iyakan nya dengan catatan aku harus mentraktirnya makan, akupun menyanggupi permintaanya.
Setelah menelopon stela aku menelopon dini. mengabari bahwa hari ini tidak bisa menjeputnya, dini pun meng iya kannya.
Sesuai waktu yang kami janjikan aku bersama pak RT, pak raihan dan ibu itoh bergegas menuju kantor notaris.
Tidak ada halangan semuanya berjalan lancar, setelah bu itoh menerima uangnya beliau pun memberikan sertipikat rumahnya kepadaku, dan Bu itoh juga meminta waktu agar iya bisa mengosongkan isi rumahnya.
Sebelum pulang kami berkumpul di rumah pak RT. Aku memberikan uang lelah kepada pak RT. dan pak raihan awalnya mereka menolak, katanya bisa melihat aku punya rumah sendiri aja mereka udah bahigia lagian kata mereka udah mendapat bonus dari bu itoh, dengan sedikit paksaan mereka menerimanya.
"Terima kasih ya dal, oya bapak kalau boleh tau kamu dapat uang segitu banyak dari mana, bukan apa apa bapak cuma takut kamu macam macam, atau terjerumus kejalan yang salah, bapak tidak mau kamu kenapa kenapa, kamu udah bapak anggap seperti anak sendri, bapak tidak rela kalau di kemudian hari kamu ada masalah" tanya pak RT.
"Iya dal, bukan kami mau ikut campur urusan kamu tapi kami sebagai sahabat sekaligus orang tuamu kami bertanggung jawab juga, apa saja yang dilakukan sahabatnya" timpal pak raihan.
Mendengar pertanyaan seperti itu, mata ku pun berkaca kaca senang rasanya banyak orang peduli terhadapku, meski jauh dari orang tua aku tidak kekurangan kasih sayang.
Aku pun menjelaskan dari mana uang itu berasal.
Mendengar penjelasanku akhirinya mereka pun lega, dan mendoakan ku agar segera memilik istri karna umurku udah pas untuk menikah bahkan bisa lebih.
Setalah ngobrol aku pamit pulang, karna aku harus bekerja mengatikan windi.
*******
Sesampai di tempat kerja, aku mampir dulu untuk melihat dini dari kejauhan takut menggau pekerjaan, rasanya udah lama sekali padahal baru kemarin kita terakhir ketemu.
Setelah memastikan dini baik baik aja, aku bergegas naik ke lantai tiga menuju tempat kerja.
Melihat stela yang sedang sibuk banget, aku pun bergegas membantu menyaipkan pesanan kostumer.
Setelah pesanan mulai sepi aku menghampiri stela, dan mengeluarkan uang merah tiga lembar lalu menyerahkannya kepadanya, melihat uang mata stela pun membela lalak kaget.
"Maksudnya apa nih, pake ngasih uang gue segala?" Tanya stela heran.
"Katanya tadi minta traktiran, aku gak tau kamu mau ditraktir apa, biar kamu sendri aja yang langsung membelinya" ujarku sambil masih memegang uangnya.
"Eiiiit gue minta di traktir ya, bukan minta uang, sekarang lu masukin lagi duit lu atau gue, black list lu dari daptar temen" kata stela sambil membulatkan matanya.
"Terus mau di traktir apa, nanti aku kabulin, maaf ya bukan bermaksud gitu" tanyaku lirih muka ku merah padam karena malu mendapat perkataan seperti itu, tak seharusnya aku mengukur pertemanan dengan uang.
Aku dan stela sudah berteman lama, cuma beda ship jadi jarang ngobrol.
"Masukin dulu duit lu, asal lu tau duit segitu tidak ada apa apanya di banding pertemanan" seru stela yang masih menekuk wajahnya.
Aku pun menurut lalu kumasukan lagi uangku ke kantong celana.
"Sekali lagi aku minta maaf ya stel" sambil merapatakan kedua tangan ku lalu menaruhnya di atas kepala persis seperti sahaya meminta ampun dari rajanya.
"Gue akan maafin lu, kalau lu besok malam jemput gue, buat makan malam" ketus stela.
Mendengar permintaan nya aku pun setuju.
"Siap tuan putri, udah ya jangan ngambek lagi, meski belum memaafkan, setidaknya mukanya jangan di tekuk, nanti cantikmu hilang loh" ledek ku sambil menegakan badan lalu menaruh tangan kanan di pelipis.
"Awas kalau lu gak datang, nanti beneran gw black list lu" ancamnya sembil mengepalkan tangan lalu meninju dadaku.
Aku cuma seyum kecut menahan rasa sakit.
"Itu baru pemanasan, kalau gak datang akan kupatahkan sampe tulang rusukmu" kata dini sambil meningalkan ku yang masih meringis kesakitan.