Bau Sakura Dari Raion

1126 Words
Devilihs Ultra Club Distrik 21 Setelah memastikan jika tunangan sang Tuan meninggalkan area club, Raion kembali ke dalam dan berjalan sambil sesekali menghindar kala seseorang hendak menabraknya. Ia berjalan dengan tangan menekan sebuah tombol di telinganya, menjawab dengan singkat kala perintah dari sang Tuan terdengar. Perintah untuk ke ruang VIP yang beberapa saat lalu ditinggalkannya untuk memesan minuman dan mendatangi seorang wanita. Dengan begitu langkahnya semakin dipercepat, setelah melirik sudut lainnya dan menemukan rekannya yang menjaga sambil bersenang-senang. Sudut bibirnya mengulas senyum miring, sebelum akhirnya menaiki anak tangga dan mengacuhkan pasangan b******u di sepanjang ia naik ke atas sana. Ia tidak peduli, bahkan ketika sampai suaranya membuatnya mengernyit pun, ia tetap berjalan menuju sebuah pintu dan membukanya tanpa mengetuk. Ceklek! Hal yang pertama dilihatnya adalah sang Tuan yang sedang memangku seorang wanita, dengan bagian bahu kiri terbuka dan wanita lainnya menari di depan sang Tuan yang menoleh ke arahnya. “Rai, dari mana saja kau?” “Ada sedikit masalah, Tuan,” jawab Rai sambil menutup pintu dan berjalan menghampiri sang Tuan yang mengayunkan tangan seakan memerintah untuknya mendekat. Ia pun berdiri di sisi sofa belakang dimana sang Tuan duduk, menatap lurus ke arah dinding dengan pantulan beragam warna dari bola lampu di depan sana. “Masalah?” beo Anggasta penasaran sambil mendongakkan wajah, sehingga ia bisa melihat wajah penjaganya dari bawah sini. Ia melihat jelas hidung mancung penjaga pribadinya, juga saat wajah itu menunduk dan menatapnya datar. “Nona Aureta,” ucap Raion sebelum akhirnya membawa tatapannya ke atas kembali. Anggasta yang mendengarnya ikut membawa wajahnya kembali lurus menghadap para wanita, sedangkan tangannya yang semula memegangi pinggul salah satu wanita dibawa membentang sepanjang sofa. “Lalu, kali ini apa yang membuatnya pergi?” “Hanya pertemuan,” jawab Raion santai. Ck! Anggasta yang mendengarnya berdecak, meskipun tidak marah karena ia merasa tidak masalah juga jika hanya pertemuan, yang penting wanita berisik itu tidak membuat ribut di saat ia ingin bersantai. “Kau atur saja” Dan pada akhirnya sang Tuan hanya membalas pasrah, menuai senyum miring Raion yang ditegur segera oleh Anggasta meski tanpa melihat. “Jangan menyeringai, kau senang sekali melihatku menerima kemarah tunanganku.” “Hm….” “Cih! Kau menyebalkan Yre-Rai, dari dulu selalu senang membuatku berdecak seperti ini,” cibir Anggasta dengan decihan di awal. Raion hanya mengangkat bahu, melirik dan segera melengos ketika sang Tuan sedang memainkan salah satu ‘squisy’ wanita yang duduk di samping Tuannya. Aku ingin keluar dari sini, batinnya mencoba untuk tetap biasa. Anggasta dengan santai minum ditemani oleh para wanita, membiarkan sang pengawal berdiri sambil berusaha untuk tetap stay calm ketika mendengar berbagai suara tidak asing baginya di ruangan ini. Cukup lama Anggasta menikmati kesenangannya bersama tiga wanita yang menuangkan minum atau memanjakan tangannya. Ia menoleh ke belakang dan mengangkat sebelah tangan, menarik kemeja yang dikenakan sang pengawal. “Rai.” “Ya Tuan?” “Aku akan membawa mereka ke villa, kau ikut dan seperti biasa. Mengerti?” imbuh Anggasta tanpa melirik. “Tentu, biarkan aku mempersiapkan mobil, Tuan.” “Hn.” Setelah menerima sahutan berupa gumaman dari sang Tuan Raion meninggalkan ruangan, ke bawah sana dan memerintah rekan lainnya untuk menyiapkan mobil. Ia berdiri bersama Eizi di sebelahnya, merangkul bahunya dengan akrab meskipun ia sudah berulang kali menepis tangan rekannya itu. “Singkirkan tanganmu, Ei,” geram Raion sekali lagi menyingkirkan tangan kurang ajar Ei yang mendengkus saat menyerah. “Ck! Hanya merangkul, lagian tenang saja aku menyukai wanita berbadan seksi, Rai-chan,” ledek Eizi dengan senyum menyebalkan. “Jangan panggil aku dengan tambahan itu, kau mau merasakan sesuatu menebas tanganmu saat ini juga, heh?” Eizi sontak mengangkat tangannya ke udara saat mendengar ancaman Raion yang tidak pernah main-main. Kemudian mundur perlahan dengan bulu kuduk merinding, saat ingat duel kendo saat menentukan level pengawal di keluarga Arash. Sial baginya mendapat lawan pria di depannya ketika babak penyisihan, kalau tidak mungkin ia sudah menjadi level 5 di antara lainnya. “Kau terlalu sensitive seperti wanita, Rai. Bagaimana kalau kita berendam bersama?” ajak Eizi mengalihkan pembicaraan, tanpa peduli dengan perubahan raut wajah Raion yang kembali datar. “Tidak, terima kasih.” Ck! Eizi kembali berdecak, sebelum akhirnya diam saat Raion menghubungi sang Tuan melalui earpeace dan meninggalkannya sendiri, menatap punggung tinggi si pengawal pribadi Tuannya dengan pandangan sulit ditebak. “Aku bisa mencium bau sakura dari tubuhnya, manis dengan sesuatu yang membuatku bingung,” gumam Eizi sebelum akhirnya berdiri tegak sambil membukakan pintu, ketika sang Tuan tampak berjalan dengan beberapa wanita dan Raion di belakangnya. “Silakan Tuan!” imbuhnya mempersilakan. “Hn.” Anggasta masuk ke dalam mobil lebih dulu, baru kemudian tiga wanita yang bergantian dan pintu kembali ditutup oleh Eizi dengan debaman menggema di sana. Brakh! Setelahnya ia menghadap Raion yang ekspresi wajahnya sama sekali tidak berubah, masih datar dan menatapnya lurus seperti tidak pernah merasakan kesal sebelumnya. “Kau ikut lagi, Rai?” tanya Eizi. “Ya, aku akan menghubungi kalian untuk besok, tetap stay di sambungan,” jawab Raion menjelaskan. Eizi mengangguk mengerti, membiarkan saat rekannya yang akan mengawal sang Tuan meninggalkannya dan menaiki motor besar. Brum! Mobil melaju meninggalkan area halaman club, disusul dengan motor yang dikendarai oleh Raion ikut mengekori. *** Villa Pribadi Arash Mobil limousine berwarna hitam tampak memasuki area khusus keluarga Arash dengan pegunungan tampak sebagai backround. Dari dalam sana keluar tiga wanita yang terkikik senang, menanti seorang pria yang akhirnya keluar dengan kepala memutar, mencari keberadaan sang pengawal yang tampak berjalan menghampiri. “Kami sudah memeriksa sekitar, sudah menyiapkan semuanya juga di dalam, Tuan,” lapor Raion ketika sampai di hadapan sang Tuan yang mengangguk. “Hn, aku ke dalam,” sahut Anggasta dan meninggalkan Raion sambil memeluk bahu dua wanita di kanan-kirinya, berjalan memasuki villa dengan penerangan yang benderang. Raion sejenak menghembuskan napas, melihat ke sekitar dan mengangguk kepada rekannya yang berjaga. Ia juga memberikan kode dua jari bergerak bergantian, yang diangguki oleh kedua rekannya yang paling dekat dari tempatnya berdiri, baru setelahnya ikut memasuki villa tempat biasa sang Tuan menghabiskan malam panas dengan para wanita penghibur. Pintu ganda yang dilaluinya segera ditutup dengan suara derit dan debaman kencang, meninggalkan kesunyian di luar sana serta para rekan yang menjalankan tugas darinya. "Jaga berkeliling dengan satu per satu bergantian." Kembali pada Raion yang saat ini berjalan menuju kamarnya, tepat di samping kamar sang Tuan yang berisik dengan berbagai macam kegiatan. Ia tidak polos seperti dulu, tapi ia berusaha untuk tidak peduli dengan membuka kemeja yang dikenakannya untuk berganti pakaian. Ia tidak bisa segera istirahat, harus kembali memastikan keamanan di dalam dan memastikan sang Tuan pun istirahat sesuai waktu. Dan kemeja pun kini terbuka, dengan sebuah tato kupu-kupu menghiasi bahunya, tato yang sama dengan miliki sang Tuan meski diikuti gambar tato lainnya, tepatnya tato yang dibuat atas kepemilikan sang Tuan terhadapnya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD