3. Seukijeu!

1266 Words
•• "Ya! Maria! Ihh, cakep-cakep kok b***k ya?" Maria terkekeh sambil menenteng tasnya. Hari ini dia banyak janji. Jadi, dia nggak mungkin nungguin Nora lama-lama, yang tadi udah dihadang sang pacar saat di koridor. "Kalo pacaran ya pacaran aja, Ra. Jangan dibawa jaim. Eh, gimana si babang asdosmu itu? Jadi kalian tunangan?" sambutnya setelah Nora mendekat. Nora mengangguk,"Jadilah. Kalo batal, gue pites tuh asetnya si Rino!" Maria kembali tergelak. Dia menepuk-nepuk pahanya sendiri. Saking gelinya atas kata-kata absurd sahabatnya. "Sori. Aku lagi mode penonton Stand Up Comedy nih, ketawa mulu..." Nora mengerling. Nggak dinyana cewek yang betah enam tahun jadi sahabatnya itu mendadak nggak waras. Hiyy! "Katanya mau nongkrong di cafe abangmu itu, Ya. Jadi?" Maria mengangguk,"Jadi dong. Kata Marvel bakal ada calon penyanyi gitu. Kamu tau kan seorang Marvel punya obsesi jadi produser gitu," "Trus kenapa ngafe? Bukannya buka usaha recording, misalnya." "Tau. Otak dia otak bisnis, Ra. Sumpah, capek ngadepin orang perfeksionis kayak dia. Ugh!" Maria bergidik. Nora terkekeh, geli ngebayangin kalo aja kakak-beradik itu masih gontok-gontokan kayak dulu. "Btw Ra, kamu tau Abeen nggak? Emh...Zabidin! Ya, Zabidin. Tau?" Nora merengut, mengetuk dagunya seolah mikir keras. "Seangkatan waktu SMA kan? Yang wakil OSIS? Si anak pendek itu?" Maria menyenggol lengan Nora,"Lemes banget tuh mulut Ra. Dikata pendek. Nggaklah, segitu mah tinggi Ra. Cukuplah..." "Hm, trus?" "Dia kuliah di sini juga loh. Baru ngeh seudah empat semester di sini. Aje gile! Kemana aja gue ya?" racau Maria riang. "Bentar, dia di sini? Masak sih?" "Hey, jangan bilang kamu nggak tau juga." "Swear, I don't know. Hebat dong dia bisa tembus ke sini!" decak Nora. "Yup! Dia cukup briliant loh. Aku curi denger dari anak-anak senat sih gitu, dapet beasiswa juga." Nora manggut-manggut. "Trus, kenapa?" "Ya nggak kenapa-napa sih." Tadinya Maria pengen cerita soal Abeen yang ternyata suka ngamen dan menyulap dirinya jadi seorang waria. Tapi Maria kuatir kalo Abeen jadi bahan cemoohan di kampus. Walau kemungkinan besar kayak gitu nggak akan terjadi. Tapi, who knows? Waktu Maria mendapati Abeen diledek abis-abisan sama anak-anak komplek aja, Maria benar-benar marah. Apalagi kalo nanti teman-temannya pada nge-bully Abeen. Habis riwayat cowok itu. Nggak. Maria nggak mau hal memalukan itu terjadi. Matanya mengerjap demi melihat si tokoh yang tengah dighibahin, melintas di depannya. Tengah tersenyum dan ngobrol dengan temannya, Han, sangat antusias. "Abeen..." desisnya riang. Cowok itu menoleh ke arahnya. Sepersekian detik mereka bertatapan. Lalu Abeen memilih memutus atensi duluan. Mencoba tersenyum malah yang tampil sebatas seringai kaku. "Hai, Maria..." Itu suara Han. "Hai, Han, Been..." Abeen mengangguk, nggak berani walau cuma tersenyum. Sangat amat canggung! "Kalian mau kemana? Kok buru-buru?" tanya Maria. "Kita ada perlu," masih Han yang bersuara. Han tahu, netra coklat terang milik Maria menelisik sahabat di sampingnya. Ingin rasanya Han menonjok muka sok imut tapi amit-amit Abeen. "Oh, kupikir kalian ada waktu kosong. Tadinya akan kuajak ke cafe abangku." papar Maria. "Urgen nih. Next ya? Nggak apa-apa kan?" "Tentu aja, next time." sahut Maria. Abeen cuma mengangguk. Maria menatapnya sampai keduanya naik motor di parkiran dan berlalu. "Lo suka Abeen, Ya?" "Eoh? Ng-nggak, bukan gitu Ra..." Tapi telat! Nora seakan punya radar deteksi kebaperan atau kebohongan di kepalanya. Hingga tahu isi hati juga kepala sahabatnya yang lima menit lalu cengo natapin Abeen sampai cowok itu menghilang dari pandangan. Nora geleng-geleng kepala. Tapi nggak urung gadis itu terbahak. Merasa kalo sahabatnya itu terlihat sangat lucu tadi. "Nyadar nggak sih lo, Ya? Tadi kalian tuh sama canggungnya. Trus kompakan pula pada pake kacamata. Emang jodoh nih kalian..." seru Nora masih terkikik. • Maria mendengkus kesal. Rencananya untuk datang ke cafe Marvel, batal, gatot, gagal total! Gimana nggak kesal, coba? Udah Nora mendadak dijemput sang pacar. Dan dia malah ketemu sang mantan nyebelin! Virgo! Moodnya mendadak terjun bebas kayak yang bungee jumping. Merosot drastis. Berkali direject panggilan dari abangnya itu. Pasti dia nanyain kenapa adik kesayangannya itu nggak jadi dateng. Padahal Maria excited banget saat Marvel ngabarin bakal bikin live music di cafenya. Maria mendukung 100% malah. Banyak bantuin juga agar rencana abangnya goal! Maria menatap cermin. Mukanya masam. Cemberut. Untuk melambungkan kembali moodnya, Maria nonton acara di tv kabelnya. Apalagi kalo bukan acara talk show kesayangannya, di TVK, atau acara musik Korea. Dia bisa puas fangirl-an nonton cogan-cogan itu. Dulu, dia nggak suka, bahkan sempat berpikir picik kalo mereka itu plastik. Karena termakan rumor bahwa mereka terbiasa operasi plastik. Kejam banget nyinyirin sesama ciptaan Tuhan. Padahal mereka main trik di make-up. Itu yang Maria tau belakangan. Eh, sekarang dia malah jadi jatuh cinta berat sama boyband yang bikin dag-dig-dug duerr! Maria termasuk multifan. Tapi dia saat ini lagi suka StraightKids. Dengan nonton mereka, setidaknya rasa kesalnya terobati. StraightKids emang mood booster buat Maria. Apalagi dengan melihat adek-adeknya di layar kaca tersebut, terlebih I.N. Maknae yang sangat cute, kesayangan nuna-nuna seperti dirinya. Maria sempat kesal sama Lee Minho dan Woojin yang mengerjai habis I.N dengan memecahkan telur-telur yang harusnya I.N lindungi sekuat tenaga. Tapi tak urung, Maria bisa kembali ceria, tertawa-tawa lagi walau hanya menertawakan biasnya yang super duper cerewet. Siapa lagi kalo bukan Changbin? Lagi enak-enaknya nonton, ponselnya berdering. Gangguan apa lagi? Marvel? "Yup?" "Bukain pintu. Si Bibi kemana?" "Tau. Gue lagi di kamar, fangirl-an." "Fangirl-an apa? Cepet buka!" "Iye! Gue turun dulu nih, kan pake kaki. Emang gue Jinny ditelpon langsung tring, nongol?" sewotnya kesal. Klek! Pintu terbuka dan di sana menampilkan tiga sosok cowok yang Maria kenal. Maria tercekat, tangannya reflek menutup mulut. "Eoh, kok kamu di sini, Ya?" itu Han yang menunjuknya bingung. "Ini rumah lo atau pacar lo, Vel?" sambungnya. "Dia? Pacar? Ya adeklah! Kenapa? Cakep ya adek gue? Naksir lo?" racau Marvel sambil cengengesan. "Boleh tuh, kalo Maria-nya mau. Tapi dia keburu suka yang lain," sahut Han. Abeen menoleh, Maria suka yang lain? Siapa? Di bilang gitu sama Han, pipi Maria auto merah. Malu. Ngapain juga Han bilang kayak begitu? Di kira beneran lagi. Marvel menyuruh Maria mengambilkan minuman untuk mereka. Maria sih udah deg-degan. Jantungnya loncat-loncat nggak mau diem. Apalagi saat Maria menaruh gelas berisi lemon squash itu di meja. "Loh, Marvelnya kemana?" "Katanya mau ke kamar dulu." Maria duduk, hadap-hadapan kan sama cowok yang menurutnya imut itu. Zabidin. Sedang Abeen berasa mati gaya, nervous, dan nggak tahu mesti ngapain saat ini. Semua di luar dugaannya bakal ketemu Maria. Sungguh nggak ada kecurigaan saat Marvel mengajak mereka ke rumahnya. Padahal ia tahu ini adalah lingkungan tempat tinggalnya juga. "Minum dulu. Emh, jadi kalian yang digadang-gadang Marvel penyanyi di cafenya?" Maria memilih nggak berlama-lama dalam kecanggungan. Aneh banget kalo gitu. Han mengangguk,"Iya. Lagian Abangmu gapek banget. Kita bertiga kayaknya cocok kalo kolaborasi," Maria ikut manggut-manggut. Dia nunggu Abeen ikut berkomentar, tapi jangankan komentar, sekedar suara nafasnya saja, Maria nggak mendengarnya. Jangan-jangan cowok itu dari tadi menahan nafasnya! Maria menoleh ke arah Abeen karena asumsinya. Tapi hal itu malah membuat keduanya saling berpandangan. Maria tersenyum, dia senang binar itu masih terlihat nyata di mata cowok yang dikenalnya waktu SMA. "Ntar lo bantu kita ya?" Tahu-tahu Marvel udah duduk di samping Maria. "Eoh?" Maria yang saat itu nggak konsentrasi mendadak menoleh. "Lo bantu kita. Sering-sering ke cafe, ikut ngumpul, ikut rembuk soal ide dan lain-lainnya." kata Marvel. "Guys, adek gue ini dia oke kalo dijadiin manager. Idenya tuh brilian. Salah-satunya live music di cafe gue. Dia ini pencetusnya," imbuh Marvel. "Apaan sih lo," sikut Maria. "Dih! Giliran dipuji malah cembetut gitu. Lo suka musik, apalagi oppa-oppa Koriyah lo itu. Siapa tuh? Changbin, Seukijeu. Taulah apa," "SKZ, StraightKids Bang!" ralat Maria. "Ohh, senengnya type-type kayak gitu ya Ya?" Han kembali menginterupsi. "Ah nggak juga," "Si Abeen kan mirip-mirip tuh sama Changbin.." Maria udah kayak balado kepiting nih. Awas lo ya Han! •• tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD