bc

I Love You Mbul

book_age18+
19
FOLLOW
1K
READ
possessive
family
goodgirl
drama
sweet
bully
campus
first love
spiritual
actor
like
intro-logo
Blurb

Arta anugrah, sosok artis yang tengah naik daun. Kiprahnya di dunia perfilman membuat dirinya di kenal banyak orang. Banyak wanita cantik nan seksi yang ingin bersanding dengan laki-laki bertubuh proposional, dengan wajah tampan, namun sayang, hatinya sudah terlampau jatuh pada sosok gadis yang bertubuh gemuk. Gadis gendut yang mampu membuat dirinya jatuh pada pandangan pertama. Pertemuan pertama yang menjadi awal pertemuan-pertemuan lain hingga berujung pada pernikahan ketika gadis itu lulus SMA. Akankah Relly mampu mempertahankan rumah tangga mereka, yang selalu ada masalah ketika dia membaca berita tentang kedekatan laki-lakinya dengan wanita cantik nan seksi yang menjadi lawan mainnya. Relly yang gampang cemburu, Apalagi ketika melihat bentuk fisiknya yang menurutnya tidak sempurna itu merasa tak pantas bersanding dengan pangeran tampan. Hal itu membuat Arta harus extra dalam mempertahankan hubungan mereka.Apa lagi banyak orang yang menghina bentuk tubuhnya membuat kepercayaan dirinya kerap kali menurun dan merasa tak pantas menang pendamping Arta.

chap-preview
Free preview
BAGIAN 1 (PERNIKAHAN)
Arta menatap seseorang yang berada di sampingnya dengan senyum merekah. Acara sakral pertanda jika dirinya telah memiliki dan dimiliki seorang gadis telah selesai. Saat ini acara akad sang superstar berlangsung dengan hikmat, hanya ada sanak keluarga yang datang. Statusnya yang menjadi publik figur menyakinkan sang gadis untuk tidak mempublikasikan pernikahan mereka. Arta Perlahan mendekatkan bibirnya pada dahi Relly--istrinya. Mengecupnya cukup lama membuat pipi istrinya itu memerah malu. Momen itu tak urung diabadikan oleh fotografer profesional. Perlu di garis bawahi, jika seseorang yang tengah menyandang gelar sebagai istri seorang Arta anugrah itu adalah gadis yang bukan berasal dari kalangan artis atau konglomerat, dia hanya gadis panti yang mampu memikat sang pangeran hingga tunduk akan cintanya. "Terima kasih sudah menerimaku menjadi suami-mu," ujar Arta tulus, sesaat setelah melepaskan kecupannya di dahi Relly. Relly tersenyum dan mengangguk. Dia tidak bisa berkata apa-apa, jujur saja ini bagai mimpi untuknya, menikah muda, di usia delapan belas tahun dengan laki-laki idaman kaum hawa. Jika ditanya bahagia atau tidak, Dia bahagia, tentu saja. Penghulu menyerahkan surat nikah dan mempersilahkan untuk menandatanganinya. Bukti jika mereka telah sah, Secara hukum dan agama. *** Acara resepsi yang di hadiri keluarga besar dan sahabat yang di yakini tidak akan membeberkan siapa istri dari Arta. Arta sempat marah pada sang kekasih karena tidak mau pernikahannya di ketahui oleh banyak orang, namun selalu dia kalah dengan tatapan sendu yang di miliki istrinya itu. Acara resepsi tidak diadakan di gedung mewah atau pulau indah, acara ini digelar di halaman rumah baru yang begitu luas milik mereka berdua. Di singgasana, duduk mempelai yang saling tersenyum. Jemari yang saling bertaut, membuat siapa saja iri melihat kebersamaan mereka. Yang menghadiri pesta ini pun tidak ada yang membawa ponsel atau alat perekam, hanya fotografer sewaan Arta yang mengabadikan momen sakral mereka. "Mbul?" Panggilan sayang dari sang mempelai pria kepada sang mempelai wanita itu membuat Relly menoleh. "Iya?" Arta dibuat terkesima dengan senyuman teduh itu. Dia ikut tersenyum seraya mengeratkan genggamannya. "Kamu bahagia?" Relly mengangguk menatap suaminya. Arta yang mendapat anggukan segera mendekatkan wajahnya, ingin dia mencium istrinya itu, jikalau sang ayah tidak menarik kerah kemejanya dan menariknya kebelakang. "Jangan cium-cium mantu ayah! Enggak lihat para tamu udah mau naik ke pelaminan!" Sentakan sang ayah membuat Arta mendengus kesal. "Kan Relly udah sah milik Arta. Jadi Arta apain aja udah enggak apa-apa," jawabnya kesal. Rama-- ayah Arta mendengus mendengar jawaban sang anak. "Mesumnya nanti aja. Heran punya anak enggak tahu malu! Bun anakmu nih! Masa istrinya mau dicium di depan umum!" Tania yang mendengar hanya terkekeh geli. Anak dan ayah itu jika bersama tidak akan pernah bisa akur, sang ayah yang selalu menganggap dirinya benar dan sang anak yang selalu menjawab dengan santai dan terkesan kesal dengan sang ayah. "Udah, kalian ini kalau bertemu tidak pernah akur. Tidak malu sama istri dan mantunya?" Relly hanya tersenyum melihat interaksi ketiganya. Dulu dia sempat ragu menjalin hubungan dengan Arta, hal itu sirna seketika saat dia diajak Arta untuk mengunjungi ayah dan bundanya. Bukan hinaan yang dia dapat tetapi tatapan kagum Bunda saat melihat kecantikan natural dari Relly dan tutur katanya yang begitu lembut membuat Bunda Arta langsung menyukainya. Sungguh dia beruntung mendapatkan keluarga yang mau menerimanya tanpa memandang dari mana dia berasal dan bagaimana bentuk fisiknya. Dia sungguh beruntung. Satu persatu tamu naik ke pelaminan. Mengucapkan selamat pada pengantin baru tersebut. Hingga datang seorang gadis cantik nan seksi yang datang dengan tatapan menusuk pada Relly, dia tahu siapa itu, dia adalah Sandra-- lawan main Arta yang di gadang-gadang menyukai suaminya. Relly merasa takut, dia menggenggam lengan jas yang digunakan suaminya. Arta yang melihat gelagat aneh dari istrinya menoleh. "Ada apa?" Relly menggeleng. namun tatapannya tetap tertuju pada wanita yang berjalan ke arahnya. Arta menoleh melihat apa yang sedang di tatap istrinya. Arta menatap kesal pada wanita itu, darimana dia tahu kalau hari ini dia menikah, siapa yang mengundangnya. Sandra berdiri di hadapan Arta. "Apa bagusnya dia dari pada aku Arta? Aku lebih seksi dan Lebih cantik dari dia. Tapi kenapa kamu memilih dia." Relly menunduk. Benar yang dikatakan Sandra, fisiknya tidak ada apa-apanya dari pada Sandra. Arta yang mendengar itu mengepalkan tangannya. Ingin dia memukul mulut itu dengan kepalan tangannya, namun dia sadar, lawannya perempuan. "Jaga ucapanmu!" "Apa Ta? Benar kan kataku? Lihatlah! tubuhnya saja tertimbun lemak!" Arta sudah tidak tahan akan ucapan Sandra. Sungguh dia tidak pernah mempermasalahkan bentuk tubuh istrinya. Dia mencintai Relly apa adanya, tidak memandang fisik atau apapun itu, toh juga tidak segemuk apa yang dikatakan oleh Sandra. Dia tulus mencintai Relly. Semua tamu undangan menatap mereka dengan tatapan tidak percaya jika Sandra berkata seperti itu. Tamu undangan yang banyak dihadiri oleh sahabat-sahabat Arta pun menggeleng mendengar ucapan Sandra. "Danu!" Panggilnya pada bodyguard kepercayaan. Danu segera berlari menghampiri sang tuan. "Seret dia keluar. Jangan Biarkan dia masuk lagi!" Danu mengangguk. Dengan segera meraih pergelangan tangan Sandra. Sandra berontak namun sia-sia karena kekuatannya tidak sebanding. Arta menoleh ke samping. Dia merangkul bahu gadisnya yang bergetar. "Jangan menangis." Relly tetap menunduk. Dia tidak mau menatap suaminya itu, hingga Arta menangkup wajahnya dengan lembut agar mau menatapnya. "Hei. Senyum manis kamu mana?" Relly tetap terisak. Arta yang melihat istrinya sedih pun segera memeluk tubuh berisi sang istri. "Jangan dengarkan apapun yang akan membuat hati kamu sakit, sayang. Biarkan mereka berkata apa, yang terpenting kamu tahu aku mencintaimu kamu dengan tulus. Aku tak pernah memandang fisik saat mencintai kamu, karena fisik bisa berubah seiring berjalannya waktu. Tapi aku tak ingin kamu merubah diri kamu, aku tidak ingin, sungguh. Aku mencintai kamu apa adanya. Tak perlu mendengarkan mereka, cukup dengarkan irama jantungku saat berada di dekat kamu." Relly mengeratkan pelukannya, meremas punggung Arta dengan kuat. Isakkan Relly tak urung membuat Arta sakit. Dadanya begitu sesak mendengar isakkan tersebut. "Bun, Yah, bapak, ibu, Arta ajak Relly ke dalam, enggak apa-apa kan?" Mereka semua mengangguk setuju. Melihat gadis itu yang tertekan membuat mereka tidak tega jika membiarkan Relly tetap di sini. Arta mengurai pelukannya dan tanpa persetujuan dari sang istri, dia mengendong istrinya itu, segera dia menuju ke dalam rumah mewah mereka. Helaan nafas terdengar kala dia sampai di lantai dua, bukan karena dia merasa berat membopong tubuh sang isteri tetapi istrinya itu tetap menangis dengan memeluknya erat. "Mbul, udah jangan nangis terus," ujarnya lirih. Air mata Relly mampu membuat dirinya lemah. Jemari-nya mengelus punggung Relly dengan lembut. "Mbul, buat apa kamu nangis kayak gini, hmm? Enggak ada gunanya, mbul. Mau kamu nangis kejer kayak gimana pun, mereka yang enggak suka sama kamu, akan tertawa senang. Hei? Kamu harus yakin sama aku, mbul. Aku cinta kamu enggak ada alasan yang mendasari, sungguh. Jika kamu menganggap aku sama kayak mereka yang menilai kamu berdasarkan fisik saja, kamu salah. Aku sayang kamu, aku cinta kamu, Mbul. Jangan nangis, aku pengen nangis lihat kamu nangis kayak gini. Udah dong, berhenti nangisnya, nanti cantik kamu ilang kalau nangis terus. Mbul, udah ya, Jangan nangis, nanti meong kamu ikut nangis loh. Udah ya mbul, cup cup cup cup, jangan nangis. Ya mbul ya, jangan nangis. Mbul--" "Diem bisa Enggak sih! Nyerocos Mulu dari tadi, Enggak capek apa ngomong mulu? Ya, kalau suara kamu kayak Afgan gitu Enggak apa-apa nyerocos, udah suara kayak petasan banting, ngomong mulu!" Kesal Relly. Arta yang mendengar suara Relly yang sudah seperti biasa, walaupun pun sedikit serak, arta tersenyum lebar. Relly memang tidak akan tahan jika suaminya itu mengomel terus menerus, bukan apa, telinganya bisa berdengung jika mendengar ocehan suaminya yang tidak akan berhenti Jika tidak di hentikan. "Nah, gitu dong. Istrinya Arta kan cantik kalau udah enggak nangis. Sini, sini, peluk lagi." "Enggak mau!" "Lah, kenapa coba?" Relly menatap suaminya dengan tatapan tajam. Hidungnya dia sumpat dengan ibu jari dan jari telunjuk. "Kamu bau! Pergi! kentut kamu bau!" Inilah kebiasaan sang idola para kaum hawa yang tidak diketahui siapapun kecuali Relly. Arta memiliki kebiasaan buruk kentut dengan bau yang sangat menyengat. Arta tertawa terbahak-bahak, dia mendekati istrinya yang semakin mundur. "Artaaaaa!" Teriaknya saat Arta mendekapnya dan menarik jemari Relly yang ada di hidung. Al hasil Relly mencium bau tidak sedap milik suaminya. "Artaaaa jelek! Awas ya. Udah dibilangin kalau kentut tuh sana di kamar mandi, hirup sendiri jangan kasih ke orang lain." "Enggak sengaja, Mbul. Udah terlanjur juga." "Pokoknya nanti kamu tidur di luar. Aku enggak mau tidur sama kamu!" "Eh, Jangan gitu dong!" Protesnya. "Terserah, salah sendiri jorok." Arta menatap istrinya dengan mimik Wajah yang dibuat semenyedihkan mungkin, bibir bawahnya mencebik, Persis seperti anak kecil jika sudah merengek. "Maaf ya, janji Enggak akan ngulangin lagi. Nanti kita tidur berdua ya, udah lama aku ngebayangin tidur pelukan sama kamu, masa udah sah tetep aja enggak bisa? Apa kata orang kalau tahu? Ya ya ya, jangan Suruh aku tidur di luar ya?" Relly menatap suaminya dengan jengah, memang benar semenjak mereka menjalin hubungan, Arta tidak pernah neko-neko kepada dirinya. Mungkin hanya sebatas pelukan dan gandengan tangan selebihnya tidak, ciuman di kening dan pipi pun tidak pernah dia lakukan karena dia menghormati dirinya. Mengingat itu tak urung membuat kekesalannya menguap, dia mendekat dan memeluk tubuh tegap sang suami dengan erat. "Iya." Arta tersenyum dan membalas memeluk istrinya itu. Dia teramat bahagia sekarang, seseorang yang dia dambakan menemani dirinya saat ingin terlelap dan saat ingin membuka mata telah mampu dia raih, dia berjanji tidak akan membuat Relly sedih, dia akan berusaha untuk membahagiakan orang yang dia cintai.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
95.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook