Karyna mendapatkan segalanya. Tentu saja. Dia mendapatkan limpahan perhatian dari kedua mertuanya, Hayana dan Duta, yang sudah seperti kedua orangtuanya saja. Tidak bisa Karyna bayangkan lebih jauh lagi, apa skenario terbaik selain menjadi menantu serta istri orang kaya yang bukan hanya terlihat kaya saja, tetapi memang benar-benar kaya. Sayang, orang kaya sebenarnya malah menyembunyikan kepemilikan mereka. Contohnya, sudah tentu keluarga Dave ini. Entah sekaya apa keluarganya sampai menyewa tempat yang biasa digunakan untuk konser sebagai acara pesta pernikahan. Belum lagi fakta bahwa memang ada panggung seperti tempat konser yang dikhususkan bagi pengisi acara. Lebih gila, keluarga Dave benar-benar memanggil artis-artis kenamaan dengan range harga tak murah untuk menjadi bintang tamu.
Pembawa acaranya? Jangan ditanya, Karyna sungguh merasa beruntung karena setidaknya, pengalaman fairytale yang dia tonton bisa dirinya rasakan sendiri. Toh, Karyna memang merasa seperti dinikahi oleh pangeran. Dave setampan itu sampai pantas disebut pangeran, meski pembawaannya terlalu kaku. Namun, setidaknya pria itu tahu cara merayu perempuan. Itu melegakan. Ketimbang Karyna harus melalui skenario gila lain, dimana pangeran yang menyukai pangeran, menikahi Karyna hanya untuk status saja.
Gila! Untung Dave normal.
"Kamu mikirin apa?" bisik pria yang sedang Karyna pikirkan itu.
"Aku mikirin kamu."
Dave mengerutkan dahi. Dia menoleh kanan dan kiri untuk mengamati situasi sebelum mengecup bibir Karyna dengan cepat.
Tak seperti perempuan kebanyakan yang akan memprotes jika dicium di tempat umum karena malu, Karyna justru memprotes karena alasan lain. "Kalo bapak nyium saya dan lipstick nya berantakan, saya benar-benar akan minta penata riasnya memakaikannya ke bapak saja!"
Dengar, kan? Karyna juga bukan perempuan seperti biasanya. Dia itu memiliki daya tarik tersendiri yang membuat Dave menginginkan hal itu dimilikinya sendiri.
"Saya akan pakai, Ryn. Tapi nanti, di kamar. Saya janji akan memakainya sampai kamu puas
ditandai. Warna merah sangat cocok di kulit kamu."
Karyna langsung membalas, "Jangan lupa, Pak. Dua hari lagi saya baru bersih." Sengaja Karyna menyampaikannya dengan berbisik rendah. Memancing pria itu sekaligus menjatuhkan harapannya.
"Awas kamu, dua hari lagi!" ancam Dave dengan sama berbisik rendahnya.
"Sssttt!! Masih lama malam pertamanya! Kenapa malah udah bisik-bisikkan!?" Omel Hayana yang antara senang dan tidak habis pikir dengan anak serta menantunya.
"Ma, biarkan saja mereka. Mama seperti tidak pernah muda." Duta menarik lengan istrinya untuk tetap menatap ke depan karena mereka menyewa videographer
sekaligus photographer
mahal untuk mengabadikan momen resepsi hari ini.
Bukan hanya wanita yang di zaman sekarang ini banci kamera. Nyatanya, Duta juga menjaga image nya betul begitu kamera berputar ke arahnya. Padahal, belum tentu mengambil shot
dirinya.
"Papa, mereka harus dikasih tahu. Kalo nggak nanti malah—"
"Senyum, Ma! Kameranya ke arah kita!" seru Duta dengan mendesis, sebab pria itu sudah memasang gigi rapi.
Karyna yang melihatnya menoleh pada sang suami. Iya, suami. Mereka resmi menjadi suami
dan istri.
"Papa kamu sering norak begitu kalo ketemu kamera?"
"Bukan sering, Ryn. Tapi selalu."
"Kenapa beliau begitu?"
"Papa bilang, semasa kecil dia selalu difoto disaat waktu tidak tepat. Hasilnya selalu aneh.
Wajahnya sampai tidak dikenali seperti wajah papa. Dari foto zaman SD sampai kuliah S3-nya, dia selalu sial ketika akan dipotret. Makanya dia balas dendam ketika memegang kendali di perusahaan. Foto yang menurutnya jelek, akan terus diminta diganti sampai papa bilang 'oke'. Itu juga yang menyebabkan papa siap siaga setiap ada pergerakan kamera, takut diambil sewaktu pose nya jelek."
Karyna kembali membatin. Orang kaya selalu punya kebiasaan aneh . Kelihatannya saja begitu sempurna dari luar, tetapi jelas banyak keanehan didalamnya. Karyna sudah harus terbiasa, sebab Dave juga aneh. Kaku, egois dan narsistik dengan kelebihan yang ia miliki. Karyan tidak akan memprotes, sebab Dave memang memiliki hampir segalanya. Hanya saja cinta dan perasaan mungkin absen saat pembagian begitu Dave ditiupkan ke dalam perut ibunya.
"Habis ini acara salam-salaman. Gate-nya
baru dibuka setelah makan siang. Kamu mau makan apa? Biar orang saya segera mengantarkan ke sini."
Ya, saking kaya keluarga mereka bahkan ada jadwal mengalami pengantin. Karyna sebenarnya terkejut tapi berusaha membiasakan. Tingkah aneh orang kaya dari banyak keanehan lainnya.
"Saya mau makan bapak, boleh?" Sengaja Karyna menggoda pria itu. Walau ekspresi wajahnya teramat datar dan seolah sedang bertanya biasa.
"Ryn, saya tidak akan peduli dengan datang perginya bulan kamu jika menggoda saya seperti
ini!" bisik pria itu tepat di depan bibir istrinya.
Karyna membiarkannya beberapa saat, tidak membalas ancaman Dave sampai Hayana kembali memperingatkan. "Astaga! Kebelet sekali, sih kalian ini!"
Hanya mereka yang tahu betapa hasrat liar keduanya menggebu melebihi kadar cinta yang hampir tak ada dalam hubungan itu. Bagi Hayana, Duta, maupun pihak yang datang di acara resepsi mereka pasti mengira karena rasa cinta yang besar makanya tak bisa menahan bersikap mesra. Namun, baik Karyna maupun Dave akan terus melancarkan setiap kepura-puraan mereka. Entah sampai kapan. Mungkin hingga mereka tidak merasakan semua yang dijalani adalah pura-pura.