Memasuki rumah Dave yang begitu megah, bukan hal mengejutkan bagi Karyna. Sudah berkali-kali dirinya menyambangi rumah tersebut, meski bukan untuk mengamati saja dan selalu berhubungan dengan perkerjaan. Kali ini dia memiliki kesempatan yang leluasa untuk mengamati bagaimana kediaman tersebut sangat mewah untuk ditinggali oleh satu orang saja untuk menghabiskan waktu disana.
"Kamu bisa ambil atau buat sendiri minum yang kamu mau." Dave membawa kaleng soda dalam genggaman dan membuat Karyna melirik pria itu.
"Bapak juga suka minum soda di rumah?" tanya Karyna membuat Dave memandangi
kalengnya sendiri.
"Ya. Saya suka soda, seharusnya saya minum alkohol bukan ini."
"Dua-duanya nggak bagus buat kesehatan bapak."
Pria itu mendecih. "Sekarang kamu peduli dengan kesehatan saya, Karyna?"
"Saya nggak peduli dengan kesehatan bapak, yang saya pedulikan adalah kelangsungan s****a bapak. Kalo bapak sehat, kualitas spermanya akan sangat bagus dan menghasilkan calon anak yang bagus juga."
Dave sudah memuntahkan sodanya dari mulut karena balasan Karyna.
"Karyna... kamu mulai kurangajar dengan atasan---"
"Bapak bukan lagi seutuhnya atasan saya sekarang. Karena bapak sedang bernegoisasi dengan saya mengenai kesediaan saya untuk mengandung anak bapak."
Meski ingin sekali mengumpat didepan wajah Karyna yang dengan santainya berkata seperti itu padanya, Dave tidak bisa melakukannya karena keputusan perempuan itu memengaruhi kedudukannya dalam keluarga dan tahtanya.
"Ikut saya!" kata Dave tanpa menunggu apapun lagi. Dia sudah enggan berbasa-basi dengan perempuan yang terlihat biasa-biasa saja itu dengan otak dan mulut luar biasanya. Dave semakin yakin jika Karyna melahirkan keturunannya, anak itu akan sangat cerdas dengan kualifikasi pendidikan ibu semacam Karyna. Dave tahu, diam-diam Karyna begitu menyayangi anak-anak. Fakta tersebut Dave dapatkan ketika ada anak salah satu klien merajuk dan tidak bisa dikendalikan tangisnya tapi dengan sikap Karyna semuanya terkendali. Rapat berjalan mulus, dan tidak ada kendala apapun selama Karyna yang mengurus segalanya.
Intinya, Dave memercayai Karyna.
"Masuk!" titah Dave menyuruh Karyna sepenuhnya masuk ke dalam kamar luas pria itu.
Karyna tidak membalas dengan apapun untuk sekarang. Dia masuk dan membalikkan tubuh menghadap Dave yang dengan cepat dan tangkasnya menutup pintu. Pria itu berjalan cepat kearah Karyna dan segera memagut bibir perempuan itu. Sudah jelas sedari awal Dave menyerang tanpa ampun. Karyna yang pada dasarnya bukan perempuan polos dengan pengalaman nol persen membalasanya. Ketika blazer-nya diturunkan dengan gerakan rakus Dave, perempuan itu tetap tenang mengikuti ritme permainan Dave. Sekali, Karyna sengaja menggigit bibir Dave. Pagutan mereka terlepas, Karyna mengusap mulutnya perlahan.
"Kita bisa main lebih santai, Pak. Saya nggak akan pergi kemana-mana."
Dave paham bahwa Karyna tak menyukai tipikal permainan kasar dan terburu-buru, karena mereka memang harus mengenali momen berdua Dave memilih tak keberatan. Pria itu berniat membuka kemejanya sendiri, tetapi Karyna menahannya. "Saya bilang... kita bisa main lebih santai, Dave Mahendra. Itu artinya, nggak harus kamu yang harus membuka kemejamu sendiri, dan kita nggak perlu buru-buru selesai." Bisik Karyna membuat Dave langsung menurut.
Saat itu, Dave tahu jika Karyna cukup berpengalaman untuk pandai bermain juga.
*
Dave terkejut dengan fakta yang dirinya dapatkan dengan kegiatan mereka tadi. Karyna belum menyerahkan tubuhnya pada lelaki manapun. Sempat tertegun, Dave ingin menyudahi percobaan mereka dengan fakta tersebut. Namun, Karyna memaksa Dave melanjutkan dengan berkata, "Kamu harus bertanggung jawab untuk hal ini, Dave."
Sebab itu sepanjang persetubuhan mereka usai, Dave tak bisa memejamkan matanya. Sedangkan Karyna berlagak semuanya biasa saja. Mereka lebih seperti tak mengalami apapun setelahh itu.
"Kamu bohong, Karyna. Kamu membohongi saya."
"Saya nggak membohongi bapak untuk apapun."
Dave mengusap wajah dengan kasar. Pukul lima pagi, Karyna terbangun dan mendapati Dave sudah terduduk dipinggir ranjang tanpa pakaian masih seperti semalam. Sempat terkejut, tetapi akhirnya Karyna bisa menyesuaikan diri kembali. Dia tidak bersikap bak perawan yang kehilangan harta berharganya dengan terpaksa. Justru Karyna kebingungan dengan semprotan yang Dave berikan saat ini.
"Seharusnya kamu bilang ke saya soal ini!"
"Bapak nggak sedikitpun membahas hal ini dari awal. Yang bapak perintahkan sedari awal hanyalah saya yang harus melahirkan keturunan untuk bapak dan menurut bapak saya adalah calon ibu paling pas untuk anak bapak---"
"STOP! " Karyna sontak termenung. "Kita bicarakan soal ini nanti, nanti. Saya nggak bisa melihat kamu sekarang ini."
Karyna yang sedikit merasa tersinggung dan bingung menimpali Dave yang bergerak meninggalkannya. "Kenapa bapak sekarang bersikap seolah keperawanan saya adalah bencana? Saya bahkan nggak mengungkit soal itu, tapi bapak yang memperumitnya dan membuat masalah yang sebenarnya---seharusnya---nggak menjadi masalah."
"Kamu nggak mengerti yang kamu ucapkan, Karyn---"
"Kalo begitu buat saya mengerti seperti titah bapak biasanya yang selalu jelas dan tegas.
Jangan menunda-nunda seperti bukan pebisnis pro dan tidak dewasa begini."
Dave merasa egonya terinjak. Dengan cepat dia mendekati ranjang dimana Karyna masih berada dan membuatnya diam dengan memaksakan kehendaknya sendiri pada Karyna. Bukannya membuat Karyna mengerti, Dave justru membuat Karyna memahaminya sebagai
pria yang suka menginjak harga diri wanita.