"Terima kasih sudah mau menemuiku," Louis berkata pelan, jelas menunjukkan kecanggungannya. "Apa kau masih marah padaku?" Marah? Mungkin kata itu tidak benar-benar tepat menggambarkan bagaimana perasaan Lessi saat itu. Ia merasa dikhianati, kecewa, sedih, marah, dan di sisi lain, ia masih sangat mencintai pria yang kini sedang duduk di hadapannya tersebut. Walau bagaimanapun, pria ini yang selama lima tahun terakhir selalu menghiasi harinya dan menemani suka dukanya. Karena itu sepulang kerja Lessi menyempatkan diri untuk menyetujui ajakannya untuk bertemu. Sebenarnya ada sedikit kerinduan juga yang bercokol dalam hatinya untuk pria di depannya ini yang tidak bisa ia enyahkan begitu saja. "Maafkan aku," desis Louis lirih, wajahnya menunjukkan penyesalan yang teramat sangat. "Aku mohon ..

