Episode 14

1088 Words
"Kau harus, Rin! Karena aku akan mengajakmu honeymoon. Anggap saja ini adalah bulan madu kita yang tertunda." "Uhuk!" Rin tersedak makanannya saking terkejut. Bulan madu? Kini ia baru sadar kalau sekarang mereka sudah menjadi suami istri yang sesungguhnya. Tidak ada salahnya menuruti keinginan suaminya. Lagi pula, dia sudah lama tidak pergi berlibur. "Hei, kau tidak apa-apa?" Rio memberikan air putih untuknya dengan wajah cemas. "Hawaii," Marina berkata setelah batuknya reda, ia menghapus air mata yang sempat keluar karena tersedak tadi. Sebenarnya Mario ingin tertawa melihat wajah istrinya yang berantakan, tapi ia berusaha menahannya agar Marina tidak marah. "Apa?" tanya Rio bingung, ia tidak terlalu memperhatikan perkataan istriya barusan karena terlalu sibuk menahan tawa. "Aku ingin ke Hawaii, kau dengar tidak?!" kata Marina lagi dengan suara lebih keras. "Oke. Kita akan honeymoon ke Hawaii." Mario tersenyum lebar dan otaknya segera menyusun rencana 'liburan'nya bersama istrinya. Senangnya menjadi pengantin baru! Haha .... Keesokan harinya mereka langsung berangkat dari Bandara Charles de Gaulle menuju Honolulu. Tidak dirasanya perjalanan jauh yang memakan waktu belasan jam dibandingkan dengan semua keindahan yang terhampar di depan matanya. "Wah, indah sekali!" jerit Marina antusias, ia melepas sepatunya dan berlari di atas pasir dengan kaki telanjang. Mario memilih duduk di bawah pohon kelapa untuk berteduh dan menikmati keindahan yang terhampar di depan mata. Ya, saat ini mereka sedang berada di Hawaii, tepatnya di Hanauma Bay. Hanauma Bay adalah perairan yang tercipta akibat ledakan vulkanik ribuan tahun lalu. Letusan ini membentuk kawah di dasar laut yang kini berwujud teluk melingkar dengan pesona pemandangan yang luar biasa. Itu sebabnya, Hanauma Bay disebut perhiasan pulau Oahu, bagian dari kepulauan Hawaii, AS. Nama Hanauma merupakan gabungan dari dua kata yaitu Hana yang berarti teluk dan Uma yang berarti melengkung. Di sudut yang menjorok ke daratan inilah Mario, Rin, dan para wisatawan lainnya melakukan aktivitas seperti berenang dan kegiatan lainnya. "Riiooo, sinii!" panggil Marina, "Aku menemukan anak penyu hijau di terumbu karang!" teriaknya lagi penuh semangat. Selain tempat wisata, Hanauma Bay memang merupakan salah satu cagar alam yang dilestarikan. Ada sekitar empat ratus jenis ikan yang hidup di terumbu karang yang memang terdapat di perairan dangkal, sehingga tidak perlu menyelam untuk melihatnya. Di musim tertentu, akan ada penyu hijau dan kura-kura yang berkeliaran di sekitar tempat itu. "Benarkah? Aku akan menyusul nanti," jawab Mario santai sambil mengipas-ngipasi wajahnya yang penuh keringat. Marina mencibir, lalu melanjutkan penjelajahannya. Ia merasa kepanasan sehingga memutuskan untuk berenang. Sedetik kemudian ia melepaskan kain panjang yang dipakainya dari hotel tadi dan hanya menyisakan sehelai baju renang yang tidak terlalu seksi tapi cukup memperlihatkan bentuk tubuhnya. Air yang dari jauh terlihat biru jernih itu ternyata sangat segar sehingga membuatnya lupa diri. Entah sudah berapa lama ia berenang ketika dilihatnya Mario menyusul ke arahnya dan menarik tubuhnya dari air. "Hei, apa yang kau lakukan?!" bentak Marina tidak suka. "Kau pikir apa yang kau lakukan?" Mario balik bertanya kesal. "Berenang. Apa lagi?" "Kau membiarkan tubuhmu dilihat oleh semua pria itu!" tunjuk Mario sengit pada serombongan turis pria yang sedang melihat mereka. "Pakai ini." Mario menyodorkan kain milik gadis itu, "Kita kembali ke hotel sekarang juga." "Tapi, aku masih mau berenang!" tolak Rin geram. "Kau bisa berenang di kolam renang hotel, tentu saja dengan pakaian yang lebih tertutup. Karena cuma aku yang boleh melihat tubuhmu," desisnya tidak ingin dibantah. Meskipun keberatan, akhirnya Marina memilih mengalah karena perkataan Mario ada benarnya juga. Ia masuk ke mobil tanpa berkata apa pun. "Kau marah padaku?" tanya Mario setelah selama beberapa saat hening. Gadis itu bersedekap menahan dingin karena ia masih memakai baju renang tipis dan kain yang sudah basah kuyup. Mario segera mematikan pendingin mobil dan memberikan jaket yang ada di kursi belakang untuknya. "Aku lapar," kata Marina lirih. Mario terkekeh dan segera melajukan mobilnya lebih cepat kembali ke hotel. Ia menunggui Marina mandi dan berganti pakaian setelah itu mengajaknya ke restoran yang ada di lantai bawah. Aston Hotel merupakan hotel terdekat dengan Hanauma Bay, karena itu mereka memilih untuk menginap di hotel ini selama berada di Hawaii. Selain tempatnya yang mewah, pelayanannya pun sangat memuaskan. "Kau mau makan apa?" tanya Mario sambil membuka buku menu dan melihat-lihat isinya. "Hmm, sepertinya aku mau makan seafood. Kau pilihkan untukku, ya," sahut Marina sambil meneruskan melihat-lihat restoran bergaya klasik minimalis itu dengan penuh minat. Semua dekorasi ruangan ini bernuansa cokelat muda yang membuatnya terasa hangat. Belum lagi semua furniture dan pajangan yang serba kayu dengan warna senada. Benar-benar seleranya. "Mario, apa kau tahu siapa pemilik restoran ini?" tanya Rin penasaran, seleranya dalam mendesain menggelitik hatinya. "Aku dengar sih pemilik hotel dan restoran ini seorang pria muda yang sukses. Kenapa? Kau mau mengincarnya?" tanya Rio curiga. "Hei, aku bukan wanita seperti itu!" elak Rin tersinggung, "Aku hanya ingin tahu saja. Karena seleranya sama denganku." Mario mengangguk-angguk mengerti, lalu matanya mulai mencari sesuatu. "Nah, itu orangnya! Aku tahu karena saat check in tadi pagi aku sempat bertemu dengannya. Dan kurasa ia orang yang menyenangkan." Marina mengikuti arah pandang Mario dengan saksama. Beberapa meter dari mejanya, seorang pria berjas rapi sedang berbicara pada salah seorang pelayan sambil membelakanginya. Terlihat beberapa kali pelayan itu mengangguk dengan serius. Saat pria itu menoleh, tatapannya bertabrakan dengan Marina dan saat itu keduanya terkesiap. Marina merasa jantungnya berhenti sedetik dan selanjutnya menjadi lebih kencang. Pria itu segera sadar dari keterkejutannya dan memilih membuang muka dengan pahit, lalu meninggalkan restoran miliknya dengan langkah cepat. Marina yakin kalau itu memang dia! Radithya Erlangga! Marina sangat yakin kalau pemilik hotel ini adalah dia. Radith-nya yang hilang, ternyata selama ini pria itu bersembunyi di sini. Pria itu meninggalkannya demi pekerjaan, dadanya terasa sesak dengan kenyataan itu. ~oOo~ "Ada apa, Sayang? Kenapa belum tidur?" tanya Mario serak, khas bangun tidur. Ia melepaskan pelukannya pada tubuh polos istrinya dan menyelimuti tubuh mereka berdua. Memandang mata wanita itu lekat-lekat. "Aku tidak bisa tidur," jawab Marina jujur, ia memakai jubah tidurnya yang tadi dilemparkan Mario dengan sembarangan dan tersangkut di ujung nakas. "Ada sesuatu yang kau pikirkan? Tadi kuperhatikan makanmu sedikit sekali, mau kupesankan makanan?" tanya Mario cemas. "Aku baik-baik saja. Sungguh," ucap Marina meyakinkan. Mario menghela napas berat, ia tahu istrinya berbohong. Entah apa yang mengganjal pikirannya sekarang, tapi ia tidak mau memaksanya untuk bercerita. "Ya sudah, sekarang tidurlah. Ini masih jam dua pagi, besok kita akan pergi ke tempat-tempat wisata lainnya yang kau inginkan." Mario menepuk bantal di sampingnya agar Marina berbaring. Gadis itu menurut dan meringkuk membelakanginya, sementara Mario mengelus rambutnya dengan lembut sampai wanita itu terlelap. "Apa yang kau sembunyikan dariku, Sayang?" desahnya lirih, sambil mengecup rambut istrinya. ~oOo~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD