Gue nggak ngerti sih gimana caranya lupain lo. Makanya, gue sedikit jaga jarak aja.
×××××××
Pagi ini Mikaela dibuat kesal bukan main oleh Delan. Laki-laki itu tidak memberitahu dirinya jika akan menjemput Naura hari ini. Mikaela benar-benar sebal. Masalah kemarin belum selesai, hari ini Delan sudah menambahnya lagi. Untungnya, ada Clao yang tidak sengaja berpapasan dengan dirinya. Sumpah, ini dia tidak meminta Clao untuk memberi tumpangan, tapi laki-laki itu sendiri yang berhenti di sebelahnya.
"Jalan?" tanya Clao yang baru saja menghentikan laju motornya di sebelah Mikaela.
Gadis itu mengangguk. Memang kurang jelas ya kalau dirinya sedang berjalan?
Meski pertanyaan Clao terdengar datar dan acuh, tapi laki-laki itu menepuk bagian belakang motornya seolah menawari Mikaela tumpangan.
Ngomong-ngomong, Mikaela baru berjalan seratus meter dari apartemen Delan. Mungkin Clao pikir apartemen itu adalah tempat tinggalnya karena malam itu Mikaela meminta agar Clao mengantarnya pulang kemari. Bagi gadis itu mendapati Clao di sebelahnya adalah anugerah yang sangat disyukuri. Dia jadi tidak perlu repot memesan taksi atau bahkan menguarkan yang. Tapikan... sebagai gadis yang baik Mikaela harus jual mahal, iya kan? Apalagi Clao itu dingin banget, jarang ngomong lagi.
"Gue nggak bawa helm." Alasan. Mikaela jual mahal kok begini, sih?
"Ambil."
"Tapi-"
"Naik, puter balik," usul Clao. Emm, daripada jalan kaki atau bayar mamang ojek, lebih baik Mikaela menyetujui usulan Clao bukan? Eh, dari awal memang Mikaela berniat menerimanya.
Akhirnya, dia memilih naik ke boncengan Clao dan memutar arah kembali ke apartemen Delan untuk mengambil helm.
×××××××
Bertemu Delan bukan sebuah harapan bagi Mikaela. Apalagi bertemunya disaat laki-laki itu sedang membucin dengan si Naura. Berpelukan dihitungan hari pacaran, lengket bak perangko dan surat, juga tidak tahu malu di tempat umum.
"Masih pake seragam, pagi-pagi lagi," gumam Mikaela dengan sebal.
Clao yang mendengar pun tersenyum tipis. Matanya melirik pada dua anak manusia di sebelahnya yang memang tampak sangat mesra. Lampu mulai berwarna kuning saat itu, Clao yang entah dapat pikiran darimana menarik tangan Mikaela agar memeluknya. Bahkan karena tidak siap, helm mereka bertubrukan hingga berbunyi keras. Namun, Clao tidak peduli dan lebih memilih mengegas motor Vespanya mendahului Delan.
"Lo terlalu ngawur, Clau!"
Clao tidak menanggapi ocehan gadis itu. Tnpa diketahui Mikaela, disudut bibir Clao tertarik lebih lebar sekarang. Entahlah, mungkin Clao terlalu senang.
"Clau, nanti gue duduk sama lo, ya? Panas dingin badan gue kalau natap Naura," oceh gadis itu lagi.
Clao berdeham tanda setuju. Meski bagi Mikaela terdengar tidak ikhlas, tapi tidak papa. Daripada dia duduk bersama Naura lalu datang si kutu yang akan memanas-manasi telinganya.
Mereka pun sampai di parkiran motor. Mikaela segera turun dari boncengan Clao. Dengan semangat, gadis itu melepas helm Doraemonnya dan memberikannya kepada Clao.
"Ngapain?" Alis Clao terangkat sebelah memandang tangan Mikaela yang menyodorkan helm.
"Dicantolin di motor. Gue males," jawabnya dengan cengiran lebar.
Meski mendengus, Clao tetap menerima dan menuruti permintaan Mikaela. Sepertinya Calo benar-benar jinak jika bersama Mikaela. Tepat setelah Clao selesai, Delan sampai dan memarkirkan motor di sebelah mereka. Entah sengaja atau tidak, namun ketika aki-laki itu turun, tatapannya langsung menghunus menatap Clao yang masih tenang-tenang saja di tempatnya
"Umm makasih, Delan!" ucap Naura sambil menyodorkan helmnya.
Mikaela mengepalkan tangan menatap itu. Apalagi, ketika Delan mengangguk dengan senyum, dadanya berdenyut-denyut! Mikaela cemburu sekali, bahkan dengannya saja Delan tidak semanis ini. Ah lupakan, mereka hanya sebatas sahabat.
"Hampir bel." Clao menarik tangannya dan meninggalkan parkiran itu. Sebelum benar-benar abai, Mikaela sempat bersitatap dengan Delan yang memandangnya aneh.
×××××××
Riuh terdengar saat Naura memasuki kelas diantar oleh Delan. Gadis itu tersenyum cerah seolah bangga menjadi gadis istimewa untuk Delan. Tentu saja Mikaela harus kembali menahan rasanya, apalagi di depan sana Delan tampak begitu biasa saja, tidak risih sama sekali.
Dulu Mikaela yang ada di posisi itu meski hanya sebagai sahabat. Dulu selalu Mikaela yang akan Delan utamakan jika terjadi sesuatu. Tapi, sekarang semuanya berubah. Seperti kata orang, waktu bisa merubah segalanya termasuk posisi Mikaela bagi Delan.
Begitu Delan meninggalkan kelas mereka, Naura langsung dikerubuti para gadis di kelasnya. Mikaela hanya mampu menopang dagu menatap kerumunan itu. Dia pernah juga merasakan posisi itu, orang-orang mengaguminya. Namun, semenjak Delan dan Naura ada, hinaan atau kalimat belas kasihan yang dia dapatkan sekarang.
Sedang asik melamun menerawang masa lalu, tiba-tiba Daga berdiri di depannya. Menutupi pandangan Mikaela yang sedang menatap kerumunan itu. "Ngapain?" Daga kini mendudukkan diri sambil menatap Mikaela.
Mikaela tersenyum lebar. Daga ini jauh lebih cerewet daripada Clao yang malah memilih tidur dan tidur. Padahal dia ingin bercerita atau mengalihkan perhatiannya tadi, tapi ya sudah. Toh sekarang ada Daga di depannya. Jadi, Mikaela punya teman berbicara sekarang.
"Lagi lihatin putri dadakan," jawabnya. Ini Mikaela berkata jujur, Naura memang terlihat seperti putri dadakan. Semua rakyat langsung memujinya, mengabdi bak rakyat yang kekurangan dana.
Daga terkekeh pelan, kemudian tangan laki-laki itu meraih sesuatu dari dalam tasnya. "Gue tadi beli lollipop, sih. Lo mau?"
Tertegun lama Mikaela menatap loli itu. Daga membelikannya? Sengaja beli atau kebetulan beli? Ah, pasti kebetulan saja, mana mungkin juga Daga sengaja beli. Meski, aneh rasanya karena tiba-tiba Daga mendekati dirinya yang jelas sudah 2 tahun satu kelas tanpa menyapa.
"Lo gimana?" tanya Mikaela ragu.
Daga tersenyum, dia kembali mengeluarkan satu lolipop lagi dari dalam tasnya. "Gue beli dua."
Jelas Mikaela langsung mengangguk. Tangannya sudah terulur akan menerima lolipop pemberian Daga, namun ternyata Clao lebih dulu merebutnya.
"Clau!" Yang disalahkan tidak merasa bersalah. Malah lolipop itu sudah masuk ke dalam mulut Clao.
Daga yang melihatnya pun terkekeh pelan. "Nih, lo yang ini aja."
Mikaela menggeleng. Dia tidak mau lolipop itu karena itu milik Daga. Jatahnya 'kan yang di makan Clao sekarang.
"Nggak papa, La. Lagian ini gue nggak suka yang manis-manis."
Mikaela tetap menggeleng. Dia tidak mungkin membiarkan Daga yang mengeluarkan uang tidak memakan hasil uangnya."Gue maunya yang itu, ish!"
Calo menaikan sebelah alisnya menatap Mikaela. Dengan santai laki-laki itu menyodorkan permen loli yang setengah basah karena hisapannya. "Nih, kalau lo mau ambil aja."
Mikaela mendengus kesal. Clao itu dingin dan menyebalkan.
×××××××
"Ahk!" Mikaela terbentur tembok cukup keras karena tarikan seseorang. Badannya terhimpit dan aroma khas itu langsung menyeruak ke dalam indera penciuman Mikaela. Sial, dadanya langsung berdegup kencang sekarang!
"Kenapa lo ngeyel, Mikaela?"
Gadis itu mendongak menatap Delan yang menghimpitnya. Lorong menuju UKS yang sepi dijadikan Delan tempat untuk memerangkap Mikaela. Padahal tujuan gadis itu mau ke UKS karena ingin mengambil minyak kayu putih.
"Ngeyel apa, De?"
"Jauhin Clao, Mikaela!" tekan Delan dengan geraman.
Mikaela tidak mengerti. Kenapa harus menjauh? Bisakah Delan menjelaskannya? Mikaela sudah nyaman berteman dengan mereka. Asik kok, mereka juga baik kepadanya.
"Berapa kali gue bilang kalau itu bisa bikin bahaya? Gue-"
"Gue tadi cuma berangkat bareng. Kebetulan ketemu. Apa salahnya sih, De?!" Emosi sudah Mikaela menghadapi Delan kali ini. Apa salahnya coba Mikaela mendapatkan tumpangan? Dia juga jadi tidak perlu membayar ojek dan uangnya bisa dibelikan makan.
"Terus peluk-peluk itu maksudnya apa?"
Mikaela terdiam. Bibir Mikaela malah membentuk sebuah senyum karena pertanyaan Delan. Otak Mikaela sepertinya sedikit terganggu. Bisa-bisanya Mikaela berpikir Delan cemburu kepada dirinya.
"Ngapain senyum?" Ah, sadar Mikaela, sadar! Delan sudah punya Naura, jadi tidak mungkin dia cemburu kepada Mikaela!
Miakela menggeleng. "Enggak, cuma mikir aja."
Delan semakin mendelik tajam. Sepertinya, laki-laki itu curiga kepadanya. "Mikir apa?"
"Delan ..." Mikaela mengigit bibir bawahnya. "...cemburu."
"Huft!"
Sialan. Delan malah menyemburkan tawanya di hadapan Mikaela! Tapi kenapa juga mulut Mikaela selalu comel jika berdekatan dengan Delan? Apa yang ada dipikiran Mikaela seolah akan keluar dengan sendirinya jika sudah dipancing oleh Delan.
"b**o, ngapain cemburu, Mikae?"
Ah ini lebih dari sialan, mungkin sudah masuk ke tingkat b*****t. Kenapa juga Mikaela ini?! Malu sendiri jadinya, 'kan?! Mana wajah Delan terlihat begitu menjengkelkan.
"Mikaela, gue nggak cemburu ya. Cuma gue nggak suka aja lo deket mereka. Ini demi kebaikan semua." Delan menjelaskan dengan begitu lembut dan pelan. Ta-tapi, nada lembut itu tidak sampai di hati Mikaela. Yang ada perkataan itu terdengar menyayat dan berhasil menimbulkan luka baru.
"Pembahasan selesai ya, jangan nakal!" ucap Delan mengelus surainya lembut, kemudian pergi meninggalkan Mikaela sendirian bersama dengan rasa campur aduk di dalam hatinya.
Memang Delan sialan!
×××××××