bc

Can I Call You Mine?

book_age16+
953
FOLLOW
6.1K
READ
like
intro-logo
Blurb

Chris berada dalam keadaan mendesak. Orangtuanya akan menikahinya dengan Leah, gadis yang tidak disukainya agar saham perusahaan naik. Untuk itu dia mencari gadis yang akan dijadikan istri melalui Flinch, salah satu pegawainya. Chris bertemu dengan Jeslyn, gadis yang direkomendasikan oleh Flinch yang ternyata masih berhubungan saudara. Awalnya, Jes menolak. Namun tawaran berupa sejumlah uang membuatnya tertarik karena dia harus melunasi biaya kuliah yang menumpuk.

chap-preview
Free preview
One
Aku tak mengerti kenapa aku harus duduk di sini dengan gaun yang ketat dan rela duduk berlama-lama oleh pria yang satu jam lalu mengaku bernama Chris Dianto. Aku harus mengakui bahwa aku sungguh menyesal datang ke sini dan menjadi orang lain, bukan diriku sendiri. Karena nyatanya, heels, gaun ketat dan wajah full make up jelas bukan favoritku. Dilihat dari penampilannya, Chris sepertinya pengusaha atau orang kaya lainnya. Pokoknya dia menghasilkan banyak uang karena semua yang dipakainya adalah barang bermerek dan semuanya keluaran terbaru. Sebenarnya dia tak benar-benar memandangiku, dia hanya melirik wajahku. Dan mungkin, ekspresiku. Hipotesa ku karena aku tak kunjung menyentuh makanan yang baru dihidangkan sepuluh menit yang lalu. "Kau tidak suka makanannya?" Sorot matanya terkunci, menunggu jawaban sementara aku menundukkan wajah lalu mulai mengaduk aduk makanan yang telah di hidangkan. Aku tak berkata apa-apa kecuali mulai menyendokkan risotto kedalam mulutku. Damn, ini enak sekali dan aku menyesal mengabaikanya begitu saja! Chris memandangku kemudian sudut bibirnya melengkung tapi cepat-cepat dia menampakkan ekspresi datar di wajahnya. "Jadi kapan kita bisa bicara mengenai kontrak?" "What?" Aku hampir saja tersedak risotto kalau aku tidak bisa mengontrol diri. Kurasa aku setengah melotot karena Chris tiba-tiba mengernyitkan alisnya dan menatapku bingung. "Apa Flinch tidak memberitahumu?" Ah, ya. Aku lupa tentang lelaki k*****t yang tak lain kakak tiri-ku. Seharusnya aku tahu bahwa ada kemungkinan buruk dia berbaik hati menyuruhku menggantikan makan malam dengan bos nya. Seharusnya aku sudah menduga bahwa sapaannya mengandung arti terselubung. Mungkin aku terlalu mengiming-imingkan kasih sayang dari satu-satunya keluarga yang kuharap bisa menjadi tempatku bersandar. Tapi, nyatanya tidak dan fakta itu sangatlah menyedihkan. "Tidak," balasku datar, mengikutinya, "aku hanya disuruh menemuimu di restoran ini." Chris tersenyum setelah dia menyeka sudut bibirnya dan menyesap anggurnya perlahan. Dia kemudian menyodorkan sebuah map hijau zamrud yang terlihat elegan. "Kalau ada yang ingin kau tanyakan, bicarakan saja padaku." Chris kembali menyesap anggurnya seolah-olah dia sedang duduk bermesraan dengan seorang gadis di perapian. Jari-jarinya terkadang bermain main di pinggiran gelas wine sambil sesekali melirikku. Aku melirik wajahnya -dan map hijau zamrud itu secara bergantian. Sejujurnya aku tidak peduli apa yang dia dan Flinch sepakati tapi kertas didalam map itu begitu menggoda dan terus memanggilku untuk membuka dan membacanya. Map itu berhasil terbuka diiringi mataku yang melotot dengan sempurna, kalau saja ada pencatatan Guiness book of world record, tampaknya namaku akan tercatat disana menggantikan kandidat sebelumnya karena rasanya bola mataku nyaris keluar dari kelopak mataku. "Ada yang salah dengan kontrak itu?" suara Chris terdengar. Ah, iya. Aku lupa bahwa aku sedang bersamanya sekarang ini. Aku kemudian menyibukkan membaca point-per point kalimat yang perlahan membuat perutku mual. "Well, sebenarnya aku mau bertanya sebelum aku membahas lebih jauh," kataku dengan suara bergetar. Sialan, kenapasih aku terlihat begitu rapuh disaat aku ingin menentang semua ini? Chris akhirnya menaruh gelas anggurnya, lalu melipat tangan dengan antusias dan menaruhnya diatas meja. "Silakan, Ms. Jeslyn." "Begini." Aku kemudian menaruh map hijau itu sembarangan. Aku terlalu terkejut dengan isinya. "Kau tidak sedang menjebakku atau mengerjaiku, kan?" Pria bernama Chris itu terkekeh pelan, walaupun dia terlihat tampan tapi tetap saja rasanya aku ingin memukulnya tepat di wajah dan membuat barisan gigi sempurnanya itu hancur. "Aku tau kau terkejut, tapi apa kau melihat bahwa aku ingin bercanda denganmu?" Sorot matanya memancarkan keseriusan yang membuat mulutku kembali bungkam dan hanya membolak-balikkan map hijau zambrud itu dengan canggung. "Tiba-tiba perutku lapar, tidak apa-apa kan kalau aku memilih untuk makan terlebih dahulu?" Dengan sopannya, Chris mempersilahkanku sementara dia duduk bersender dikursinya dan mengamati gerak-gerikku, sial! ~~~ Sepulang dari makan malam yang memuakkan itu, aku langsung mencari Flinch. Sialnya aku tidak menemukannya di kamar atau di ruang manapun dirumahku. Namun semenit kemudian dia muncul di pintu depan dengan muka kusam dan ransel besar yang selalu dibawa-bawanya. "Apa yang kau lakukan kepadaku, Flinch?" Aku terlalu berapi-api untuk bicara baik-baik dengan manusia ini. Flinch hanya melirikku kemudian menjatuhkan tubuhnya di sofa kumal yang sudah b****k dan melesak. "Bisakah kau berhenti berbicara? Aku pusing sekali." Tawa kesalku mengalir begitu saja, sial! Apa dia tidak tau apa yang barusan dia lakukan kepadaku? Kepada adik tirinya ini? "Kau pikir aku akan berhenti bicara setelah aku tau kau ingin menjualku dengan bosmu yang kaya itu?" Shit! Suaraku bergetar dan tenggorokanku tercekat. Air mataku mulai menetes satu persatu dan itu membuat Flinch yang ingin membentakku jadi bungkam lalu menghela napas dengan berat. "I'm so sorry," Flinch bicara dengan pelan, "aku tau kau ingin melanjutkan kuliah lagi, aku tau kau selalu menjadi pemain figuran di teater setiap sabtu malam. Aku tau kau punya cita-cita, tapi kau hanya punya aku, kakak tiri b******k yang tak pernah memerdulikanmu." Flinch berbicara dengan nada bicara yang diusahakan terdengar biasa, padahal aku bisa melihat matanya saat ini sedikit berkaca. "Aku hanya seorang petugas pipa air, dan masuk kuliah perlulah biaya yang besar. Menurutmu apa aku bisa membiayaimu?" jelasnya panjang lebar. Aku semakin menangis karena tidak menyangka bahwa Flinch sebenarnya peduli kepadaku. Dia memang bukan saudara kandungku, tapi aku terharu sekali ketika dia bilang bahwa dia tau aktifitasku, bahkan saat menjadi figuran. "Kemudian ketika temanku bilang bahwa Tuan Chris sedang mencari wanita berusia sekitar 24 tahunan dan single, aku langsung memikirkanmu. Katanya Tuan Chris mau bekerja dengan wanita yang seperti itu, meski aku tidak tau apa itu, tapi bayarannya lumayan. Kau bisa melanjutkan kuliahmu lagi, jadi aku menyuruhmu untuk menemui dia petang tadi," kata Flinch lagi. Aku bahkan tidak dapat melihat wajah Flinch secara langsung saat ini, aku terlalu malu untuk menunjukkan wajah basahku. "Apa pekerjaan itu buruk, Jes? Kau tidak disuruh yang aneh-aneh kan?" Baru kali ini aku menangkap sorot khawatir di mata hijau milik Flinch. Dia setengah mengerutkan alisnya tapi tak melakukan apa-apa denganku. Aku menghela napasku kemudian mengeluarkan map hijau zamrud dan melemparkannya ke Flinch. Keningnya mengerut sebelum dia membuka map hijau zambrud itu kemudian terpana setelah dia mulai membaca lembar pertama. "Dia membayarmu untuk jadi... istri sementara?" ucap Flinch sangsi, masih tak percaya akan hal yang dia baca karena dia berkali-kali membolak balikkan surat kontrak itu dengan asal. "Kalau itu yang kau baca di map itu, yeah," kataku pelan, "dia akan membayarku setiap bulan dengan gaji yang spektakuler Flinch. Tapi..." "Kenapa?" Flinch seakan tak sabar mendengar lanjutan dari kalimatku. Aku kemudian menarik map itu dan berjalan menuju kamarku. Bukan berarti aku harus memberitahunya apa yang kurasakan saat ini setelah dia mengutarakan bahwa dia setidaknya peduli kepadaku. Derap langkah mengikutiku, aku tau Flinch penasaran. "Kau baik-baik saja, kan?" Ketika aku berbalik, wajah Flinch terpapar dan dia terlihat khawatir kepadaku. "Aku okay, kau tenang saja. Dan kurasa kau harus bercukur dan mandi yang bersih." "Kau jangan sembarangan, aku mandi setiap hari, Jes!" desis Flinch kesal yang mengundang kekeh pelanku. "I mean, kau juga harus bersiap-siap sebagai waliku nanti saat menikah." Flinch membelalakkan matanya tapi aku buru-buru menutup pintu kamarku dan memutar playlist di ponselku sekencang-kencangnya. Flinch tidak mengetuk ataupun memanggil-manggilku lagi, karena dia tahu jika aku sedang tidak ingin diganggu. ~~

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
304.4K
bc

THE DISTANCE ( Indonesia )

read
580.1K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

A Secret Proposal

read
376.5K
bc

The Ensnared by Love

read
104.0K
bc

My Husband My Step Brother

read
54.9K
bc

Bastard My Ex Husband

read
383.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook