3. Tertukar

1414 Words
Pagi itu Rey tampak sangat bersemangat. Dia bangun paling awal, dan menyiapkan banyak bekal makanan yang akan dia bawa. Semua barang yang akan dia bawa sudah di catat dan di list agar tidak ada yang ketinggalan. "Terimakasih Ken, kamu memang seperti kakakku, yang paling mengerti keinginan adiknya," gumamnya pelan sambil tersenyum renyah. "Apa barang yang kamu bawa tidak kebanyakan Rey?" ucap Johan sambil mengamati satu per satu barang bawaan Rey dengan penasaran. "Hehe Jo, aku sudah membuat daftarnya, semoga tidak ada yang ketinggalan," sahut Rey masih semangat. "Bukannya kita hanya 3 hari disana, setelah mendapat tanda tangan dari Tuan Okiyama kita pasti akan langsung pulang," Johan melemparkan katanya kembali sambil membawa barang barangnya miliknya masuk ke mobil. "Bukankah Ken kemaren mengajak Janetta untuk ikut? apa dia tidak akan menikmati perjalannya dulu?" ucap Rey tak mengerti. "Kamu tahu sendiri Ken bagaimana? Dia tidak akan benar benar mengajaknya ikut serta kan?" jawab Johan sambil tersenyum kecil melirik ke arah Kenzie. "Soal menjemputnya?" Rey menatap Johan dengan intens. Johan hanya menjawabnya sengan sebuah senyuman sambil menatap Rey yang terbengong menanti sebuah jawaban. "Kalian sudah siap? ayo segera bergegas ke Bandara," ucap Ken yang keluar dari kamarnya membawa sebuah koper tanggung yang dia seret keluar. "Sudah Ken, Ken apa kamu jadi menyuruh orang menjemput Janetta?" tanya Rey dengan hati hati. "Siapa bilang aku mengajaknya. Tapi kalau dia mau menyusul aku tak akan melarangnya." Jawab Ken ringan dengan tersenyum kecil. "Jadi tadi malam kamu tidak sungguh sungguh mengajaknya? Tapi aku sudah menyiapkan tiket keberangkatan lengkap kamar hotel untuknya," kata Rey lagi sambil menunjukkan tiket yang dia bawa. "Sejak kapan Rey kamu begitu peduli dengan Janetta? Apa kamu ada perasaan dengan dia?" Sahut Johan menatap ke arah Rey. "Enggaklah Jo, aku hanya ingin tahu saja." jawab Rey membela diri. "Tadi malam dia terlihat begitu posesif, kalau Ken tidak mengalihkan pembicaraan tentang liburan, tentu kita sulit untuk mencari alasan pulang bukan? bener kan Ken?" ucap Johan lagi yang sangat hapal dengan sikap Kenzie. Kenzie hanya tersenyum menatap Johan dan Rey yang sedang saling mengeluarkan argumennya masing masing. ** Suasana di bandara pagi itu lumayan ramai, banyak jadwal keberangkatan yang tertera di layar besar di sekitar bandara. Ken berjalan di depan, sambil diikuti Johan dan Rey di belakangnya. Mereka menjadi pusat perhatian para wanita yang ada disekitar bandara. Banyak yang memuji ketampanan Kenzie dengan suara yang lantang, ada juga yang hanya menatap sengan senyum malu malu menampakkan rona merah di pipinya. Tak jauh dari mereka berjalan, tampak seorang gadis yang sedang berlari dengan tergesa gesa memakai high heel berwarna senada dengan bajunya sambil berteriak memanggil nama Kenzie. "Ken-Kenzie theo, maaf aku terlambat, tadi aku bangun kesiangan jadi tidak bisa menemukan orang suruhanmu, makannya aku berinisiatif untuk menyusul kalian ke bandara. Akhirnya ketemu juga," ucap Janetta dengan nafas masih terengah engah. "Oh, Kamu jadi ikut juga?" sahut Ken dengan tatapan malas ke arah Janetta yang duduk didekatnya menggeser posisi Rey. "Kalau begitu ini Nona Janetta tiket penerbangan lengkap dengan fasilitas hotel untukmu," Rey memberikan amplop berisi tiket penerbangan dan tiket hotel kepada Janetta. "Tolong bawakan dulu ya Rey, aku masih capek, aku ijin ke kamar mandi dulu ya, kalian tunggu disini ya," rengek Janetta dengan gayanya kepada mereka bertiga. Janetta berniat mengulang make up nya yang tadi sudah lembab karena keringat sehabis berlari tadi. Saat mereka menunggu Janetta di kamar mandi, suasana sekeliling mereka pun berubah sedikit ramai karena ada pengumuman keberangkatan ke Swiss. Orang orang yang bertujuan Swiss segera berdiri dan bersiap berjalan menuju pesawat untuk keberangkatan. Untuk memberi kesempatan orang di sebelah Rey keluar dari kursi tunggu, Rey pun akhirnya mengalah berdiri memberi kesempatan orang lain untuk keluar terlebih dahulu. ADUHH!! Tiba tiba Rey merasakan ada orang yang tiba tiba menabraknya, sehingga Rey terjatuh dan tersungkur di lantai, dan disampingnya juga ada seorang wanita yang kehilangan keseimbangan karena tadi menabrak Rey yang dengan tiba tiba berdiri, wanita itu juga ikut terjatuh bahkan tepat di pangkuan Ken yang duduk di kursi yang terletak di seberang Rey berdiri. Semua mata menjadi tertuju tepat kearah Ken duduk, yang terlihat memangku seorang gadis remaja berambut panjang terurai. Ken dan gadis itu pun sama sama terkejut saling menatap satu sama lain. Johan dan Rey pun terbengong melihat adegan itu dengan pemikiran masing masing. "Oh maaf, aku buru buru, aku tidak sengaja, maafkan aku," Gadis itu segera berdiri dan mengambil amplopnya yang jatuh di lantai dan menarik koper di sebelahnya kemudian buru buru pergi begitu saja tanpa memperhatikan Ken lagi. Dadanya berdetak tak menentu, perasaannya campur aduk. "Tadi beneran orang kan? bukan patung kan ya?"gumamnya pelan pada diri sendiri yang terbayang pesona Ken saat memangku dirinya tadi saat hendak terjatuh. Walaupun dia terpesona dengan wajah Kenzie yang tampan, tapi dia mencoba untuk bersikap biasa saja untuk menutupi perasaannya. "Silahkan masuk Nona Zasmin, pesawat tujuan ke Jepang anda akan berangkat 30 menit lagi, anda bisa masuk terlebih dahulu menunggu di dalam pesawat." ucap petugas di bandara. "Ke Jepang? bukannya dia akan ke Swiss? apakah Hanna keliru membelikannya tiket?" desisnya dalam hati. Jujur kali ini dia berlum bisa sepenuhnya bisa jernih berfikir setelah terjatuh di pangkuan makhluk tampan penuh pesona tadi. Dia hendak menelepon sahabatnya yang membelikan tiket pesawat padanya untuk menyusul kekasihnya di Swiss, tapi sayangnya baterai Handphone nya habis sehingga mati. Akhirnya dia cuma bisa pasrah mengikuti alur tiket yang diberikan Ariel lewat sahabatnya itu, Ariel pasti sudah menelitinya masak masak, sampai tiket hotel pun sudah include di dalamnya. Dia tak sabar untuk segera menemui kekasihnya itu, Ariel Mahesta. *** Di sisi lain, Ken pun rasanya masih terkejut karena tiba tiba saja ada seorang gadis yang duduk dipangkuannya. Tapi anehnya saat itu dia sama sekali tidak merasakan risih atau muak saat seperti didekati gadis gadis lain yang mengejar dirinya. Tak lama kemudian terdengar suara pengumuman kalau pesawat yang mereka akan tumpangi sudah bersiap, penumpang diharapkan segera memasuki pesawat. Ken dan Johan pun segara berdiri hampir bersamaan. "Ken kamu tidak apa apa kan?" tanya Johan yang menatap Ken masih terdiam tanpa Ekspresi setelah kejadian tadi. Ken hanya mengangkat tangannya kemudian menggelengkan wajahnya tanda dia baik baik saja tanpa sebuah kata. "Kamu nggak tanya aku Jo? lihat pantatku kejedut lantai, gadis itu juga tidak melihat untuk meminta maaf padaku lagi, awas kalau sampai ketemu lagi," ujar Rey sambil memegang pinggulnya yang agak sakit karena terjatuh tadi. "Ayo kita masuk sekarang," ucap Ken dingin mengajak keduanya masuk. "Terus Janetta bagaimana? Jo bantu aku membawa koper ini, kalo aku menunggu dengan membawa koper ini pasti akan repot," pinta Rey pada Johan. "Kenapa berat sekali, berapa banyak baju yang kamu bawa Rey, apa semuanya kamu bawa?" ucap Johan pada Rey sambil menarik koper besar yang ada di dekat Rey. "Harusnya tidak," sahut Rey cepat sambil menatap ke arah lorong berharap segera melihat Janetta muncul. "Kalau begitu kamu bawa sendiri saja, biar aku yang menunggu gadis itu, tapi 10 menit saja, tidak lebih," ucap Johan dingin yang kemudian duduk di kursinya kembali. "Okey," Rey pun kemudian mengikuti Ken yang sudah berjalan di depan lebih dulu. Setelah 5 menit, Janetta sudah datang dan menghampiri Johan, "Jo, Ken mana?" tanya Janetta masih tampak merapikan rambutnya. "Dia sudah duluan, pesawat sebentar lagi berangkat, kalau kamu mau ikut cepat! ini tiketmu, kamu bawa sendiri," ucap Johan dingin. "Okey, tapi kenapa jalanmu begitu cepat Jo, aku kesulitan mengejarmu," ucap Janeta menerima amplop berisi tiket dan kamar hotel milik Janeta. Janeta kemudian mencoba menggandeng dengan paksa tangan Johan agar tidak tertinggal jauh saat berjalan. "Lepaskan! aku tidak nyaman." bentak Johan dingin kepada Janetta sambil melepaskan tangan Janeta. Janetta pun benar benar terkaget kemudian melepaskan gandengan tangannya, dia tidak menyangka akan ada laki laki yang membentaknya karena sudah menggandeng tangannya, kebanyakan laki laki lain pasti akan senang jika digandeng, apalagi yang menggandeng Janetta, gadis kaya raya dan seksi. Johan masuk duluan melalui pintu Chek in. Janetta ketinggalan jarak beberapa meter dengan Johan. Karena dia memakai Higheel tinggi sehingga dia kesulitan berjalan jauh, "Awas kamu Jo," gumamnya dalam hati sambil menatap Johan dengan muka cemberut. "Mbak maaf, pesawat anda sudah terbang 20 menit yang lalu, jadi anda tidak bisa masuk," ucap penjaga jalur chek in pesawat. "Mbak, tolong di cek lagi, saya mau ke jepang, saya sudah ditunggu kekasih saya di dalam pesawat!"ucap Janetta yang tidak mau kalah kepada petugasnya beradu argumen. "Berdasakan tiket ini, tujuan Mbak adalah ke Swiss dan sudah berangkat 20 menit yang lalu," "Apa?? yang benar saja Mbak?" Janetta pun kemudian merebut tiket di tangan penjaga pintu itu dan membacanya. Dan benar saja, tiket itu adalah tiket ke Swiss yang telah berangkat 20 menit yang lalu. **
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD