Butterfly-4

1778 Words
Setelah Erik memberitahukan hal penting,kepada kedua orang tua Sarah. Mereka memutuskan untuk langsung melihat keadaan Sarah saat itu juga,setelah mendengar kabar bahwa penyakit jantung Sarah kembali menyerangnya. Tak hanya kedua orang tua Sarah yang panik, tapi Aron dan Angela juga sama paniknya. Pasangan yang mendapat kabar gembira akan kedatangan seorang anak lagi,kembali di hebohkan saat mendengar berita tentang Sarah.Kerap kali Angela memaksa suaminya,untuk langsung mengunjungi Sarah di rumah sakit bersama Erik. Di sisi lain,Oliv menyalahkan kejadian ini semua kepada dirinya sendiri.Dia lah yang paling merasa bersalah.Sedangkan Ronald berusaha untuk menyiapkan barang-barang yang diperlukan untuk pergi,yang mungkin akan berguna.Ia tau bahwa istrinya shock berat,yang mengakibatkan Oliv tak sanggup berpikir jernih. Dan Erik,masih sibuk dengan pikiran batinnya. Ia Merasa bahwa ini kejadian yang aneh,sudah ketiga kalinya Sarah seperti ini. Terkadang dia berpikir bahwa ini ada kaitan dengan kehidupan sosialnya.Yang mengakibatkan penyakit ini kembali menyerang Sarah.Tapi dengan cepat ia mengusir pikiran buruk yang terlintas dalam benaknya.Dulu dia pernah tidak sengaja mendengar pembicaraan,salah seorang pembantu di rumah Sarah. "Ck ck ck...jika aku boleh jujur ya,sebenarnya aku lebih baik hidup pas-pasan dibanding harus bergelut dengan batin.Karena,nanti yang kita pikirkan hanya uang,bukan kesengsaraan jiwa" Para pembantu di rumah Sarah sering kali membicarakan nasib Sarah,kerap kali mereka bergunjing soal tak bersyukurnya Oliv dan Ronald,memiliki anak semata wayang yang baik dan rendah hati. "Sarah...anak ku! kenapa bisa seperti ini?!"derai air mata membasahi wajah nyonya Oliv,ia menangis hebat di samping bangsal rumah sakit.Ia juga menjerit sambil mengucapkan kata maaf begitu pula dengan Ronald,namun sang kepala keluarga ini lebih banyak menahan suaranya ketimbang berteriak.Kepala lelaki itu juga di diseludupkan di leher sang anak,sedangkan Erik dan keluarganya hanya bisa berdiam dan berdoa,berharap Sarah baik-baik saja.Pasalnya saat mereka datang pas sekali Dokter itu juga sedang menunggu mereka.Ternyata kondisi Sarah belum membaik bahkan bisa dikatakan buruk,yang membuat selang,jarum dan suntikan menjadi sedikit bertambah. Dokter juga berpesan,bahwa Sarah harus lebih sering ditemani,jangan biarkan ia berpikir terlalu banyak atau membuatnya shock berat.Karena penyakitnya bisa bertambah parah,dan Sarah tidak boleh terlalu dibiarkan bermain karena ia mudah merasa lelah.Setelah memberikan pesan penting, dokter yang bernama Luca itu,pergi. Semua yang ada di sana juga sudah lumayan tenang karena Sarah sudah mulai membaik.diperkirakan jika obat yang diberikan sudah berlangsung selama 1 jam,maka Sarah sudah bisa untuk siuman. Namun nyatanya,anak itu belum sadar dari komanya.Sudah hampir 2 jam mereka menunggu,akan keajaiban bahwa Sarah akan menggerakkan bagian tubuhnya atau mungkin membuka matanya.Keluarga Erik pulang sudah hampir tengah malam.Erik juga harus pergi ke sekolah esok pagi,Angela berpesan jika Sarah tak perlu khawatir soal dimana dia harus memikirkan tugas sekolah. "tenang saja bi,aku bahkan tidak khawatir jika Sarah harus sedikit ketinggalan pelajaran.Dia yang harusnya khawatir jika aku ketinggalan" Pernyataan yang dilontarkan Erik,ternyata mengundang tawa.Suasana di sana memang sangat canggung dan kaku,akhirnya luluh karena Erik seorang.Aron juga memuji, bagaimana Sarah ingin berteman dengan anak konyol seperti dia. Kini Olivia sudah tertidur dengan beralaskan tikar.Sedangkan Ronald pergi,ke tempat beribadah,baginya tempat ini adalah tempat paling nyaman setelah rumahnya.Ia dapat menangis sesuka hati,dan mengeluarkan Segal kegundahan hatinya.Tak lupa juga ia berdoa,meminta hal baik pada Tuhan,termasuk kesembuhan sang anak. Waktu telah berganti,pagi pun tiba.Dan Sarah masih belum sadarkan diri,sang dokter juga meminta untuk tidak panik,dan mengatakan bahwa mungkin akan ada sedikit kendala. "Sepertinya sudah saatnya aku mengatakan ini,sejujurnya Ronald.Akulah yang patut disalahkan,atas semua kejadian yang menimpa Sarah,d-dia seharusnya membenciku,karena aku tidak mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan". Oliv terlihat sangat terpuruk,bahkan lebih parah dibanding sebelumnya,saat mengucapkan kalimat itu,bibir Oliv sedikit bergetar.Air mata menumpuk di pelupuk matanya,yang siap untuk jatuh. "Oliv,jangan berkata seperti itu.Dia adalah hadiah pemberian Tuhan yang paling berharga.Jika terjadi sesuatu Padanya tentu aku juga akan merasa sangat bersalah,jadi kumohon untuk tetap bersabar" Ronald berusaha menenangkan istrinya,sebenarnya di lubuk hati mereka sama-sama ada perasaan bersalah.Namun saat keduanya sedang berpelukan dan saling menyemangati.Ternyata,tepat saat mereka sedang melontarkan kata-kata yang begitu dalam,Sarah sudah sadar kembali. "Ah! Erik,apa yang kamu lakukan? kamu meminum setengah s**u coklat ku!?" "oh..maaf,hahaha aku hanya ingin mencobanya.kau kan perempuan yang berbaik hati,dan akan selalu seperti itu.Jadi jangan marah,hahaha!" Saat Sarah sudah tersadar,Oliv dan Ronald sangat bersyukur mereka segera memberitahukan kabar gembira itu.Dengan cepat keluarga Erik bergegas menuju rumah sakit.Erik juga sama senangnya,ia sebenarnya sudah menyiapkan hadiah beserta surat dengan rangkaian kata,yang ia susun sebaik mungkin.Dengan harapan bahwa Sarah bisa kembali bersemangat meski penyakit yang ia idap mungkin akan kembali entah kapan. "O—jadi ini keinginanmu?"Sarah menyunggingkan senyum sinis "Apa?" Erik terlihat kebingungan melihat gelagat aneh sahabat nya "Akan ku adukan pada orang tuamu,agar ayah maupun ibumu akan sedih dan menghukum dirimu,aku sangat kesal? tentu saja.kamu tau ini sudah hampir—setengah,dari yang tadi ku minum.Huh!" Saat itu juga Erik terperanjat,bukan Hanya takut dengan kedua orang tuanya,tapi takut jika penyakit Sarah akan kambuh.Karena dia tau bahwa nyonya dan tuan Gruber hanya menasihati,dan sesekali Erik dan tuan Gruber tertawa jahil,melihat ekspresi marah yang menghiasi wajah Sarah. "Tidak—maksudku aku minta maaf,Sarah.Aku punya sesuatu untukmu! aku harap kamu menyukainya,dengan harapan kau berjanji untuk tidak memberitahu orang tua ku" Setelahnya Erik memberikan sebuah kotak persegi yang dihiasi beberapa riasan sederhana,namun begitu di suka oleh Sarah walau hanya melihat covernya saja.Ia tau Erik menghias sesimpel ini dengan harapan agar aku tidak mengeluhkan renda yang begitu banyak menghias di pinggiran kado,Sarah juga berharap bahwa hadiah yang diberikan Erik,seindah luaran dan riasan ini. "aku juga punya sebuah surat di dalamnya,kamu boleh membacanya seusai keluar dari tempat mengerikan ini jika tidak,aku akan sangat marah.Karena esok aku akan datang lagi,untuk memastikan ekspresi wajahmu! Karena rangkaian kata yang ku tulis untukmu,begitu ku usahakan,yang akan membuatmu tercengang!" Sarah terbahak mendengar penuturan tadi,entah mengapa itu sangat lucu baginya.Tak habis pikir seorang anak laki-laki bernama Erik bisa membuat beberapa kata yang membuatnya tercengang.Ia menebak nebak,apa isi surat tersebut,apa tentang makanan kesukaannya yang tak pernah ia beritahu atau kisah memalukan atau apa.Sarah tak mengetahui satu pun isinya,semoga saja bukan kaus kaki seperti tahun kemarin. Benar saja,Erik kembali lagi ke tempat yang ia katakan mengerikan itu,sehabis pulang dari sekolah.Meminta sang ayah untuk mengantarnya hanya sampai pintu gerbang rumah sakit saja,ada Oliv dan Angela di tempat itu.Entah bagaimana Olivia Louis Gruber lebih memilih tetap menemani putrinya,padahal sudah 3 hari Oliv tidak bekerja,sedangkan Angela menitipkan toko kuenya pada seorang asisten miliknya. Terkadang Oliv menyuruh Angela untuk pulang lebih awal,karena takut Angela kelelahan karena ia sedang mengandung. Namun Angela tetap Angela,umurnya yang berada 3 tahun dibawah Olivia,membuatnya tidak ingin di remehkan,jadi dia tetap berada di rumah sakit.Terkadang hubungan keduanya terlihat seperti adik—kakak. "Mama,aku sebenarnya tidak ingin mengatakan ini,tapi semoga tidak membuatmu merasa aneh.Tidak apakan?" Sarah yang sedari tadi hanya memperhatikan dua wanita,yang berada di depannya.Kini mengheningkan cipta,karena pertanyaan Sarah yang membingungkan. "Tentu saja nak,apa yang ingin kamu katakan,hm?" Olivia yang tidak ingin pusing akhirnya mengizinkan,sebenarnya ada sedikit kekhawatiran untuknya jika pertanyaan itu akan menyinggung. Tanpa menunggu lama Sarah akhirnya mulai berbicara apa yang ingin ia katakan. "Aku sebenarnya sangat bahagia dan senang dikelilingi oleh orang-orang yang ku sayangi.Semuanya terlihat hidup termasuk perasaanku,tidak ada yang namanya kesepian lagi.Tapi...mama apa kalian akan tetap berada disini selalu? Bersamaku?" Pernyataan sekaligus pertanyaan itu membuat mereka semua terdiam.Termasuk Sarah yang mengajukan pertanyaan sekaligus pernyataan yang ia ucapkan. Tanpa disadari Sarah sudah menitikkan air mata. "Sarah,tidak ada yang akan pergi meninggalkanmu,sayang.Kami semua akan selalu ada di sekeliling mu,agar kau bisa sembuh dari penyakitmu itu.Kita akan selalu bersama hingga akhir hayat,melengkapi dan mendukung satu sama lain,jadi...jangan berpikir seperti itu,oke?" Oliv berjalan mendekati Sarah,ia duduk di samping bangsal rumah sakit yang ditempati oleh Sarah.Mengelus pucuk kepala,sambil sesekali Oliv selipkan anak rambut yang menutupi wajah cantik anaknya.Mereka berdua berhadapan,kini,tak hanya Sarah yang menangis tapi juga Oliv,yang sudah menitikkan air mata miliknya. "Aku dan ayahmu,sangat bersyukur dan bangga memiliki seorang anak seperti dirimu,Sarah.Seandainya kamu adalah anak yang pemarah dan manja,kami akan sangat kewalahan.Tapi kamu selalu bersikap seperti semuanya baik-baik saja,dan semakin hari semakin dewasa.Sejujurnya kami berpikir bahwa kau akan bahagia jika kami bekerja lebih keras,namun,ternyata salah.Aku dan ayahmu sangat menyesal,maafkan kami Sarah,atas hal itu." Ucapan Olivia membuat Sarah tersadar,jika kedua orang tuanya telah tersadar.Atas kesalahan mereka,namun Sarah anak yang baik,dia memaafkan kejadian lalu,ia terlalu menyayangi ayah dan ibunya."Harapanku pada mama dan papa adalah,selalu mengingat ku dan ucapan mu,aku menyayangi kalian" "Aku juga ingin merasakan kehangatan pelukan kalian,apa kalian tidak menganggap ku?" Sarah dan Oliv tersenyum malu,mereka akhirnya tersadar jika Angela menyaksikan aksi ibu dan anak itu. Mereka semua mengizinkan Angela untuk merasakan hangatnya pelukan mereka. "Terima kasih Tuhan,aku merasa bahagia,untuk saat ini...Tapi aku sangat bersyukur atas kebahagiaan yang engkau berikan.Hidupku jadi lebih berwarna,kehidupanku kini benar-benar hidup.Aku berterima kasih padamu Tuhan dan...juga penyakit ku,sih" Sarah sudah diperbolehkan pulang oleh dokter,semua yang peralatan dan barang-barang yang ia butuhkan telah di dibawa.Saat ini ia sedang be ada di rumahnya tepatnya di kamar tidur. Sesuai permintaan Erik bahwa ia harus membuka surat yang ada di kotak itu,harus dibuka seusai keluar dari rumah sakit. Surat yang diberikan Erik: "Sarah,aku harap kau telah membuka surat ini dan membacanya setalah keluar dari tempat mengerikan itu.Aku tidak punya banyak waktu menulis surat ini tapi kuharap...kau bisa menerimanya" Sarah tersenyum membaca bagian pertama namun setelahnya ia lanjutkan untuk membaca "Maaf aku lancang menuliskan ini,maaf ku harus menyembunyikan ini.Harapan ku hanyalah kau bisa menerima semua tulisan tangan ku ini.Ku mohon jaga ekspresi wajahmu dan genggam dengan erat surat ini." "senyumanmu,binar bola matamu, dan segala yang ada padamu adalah sejuta keindahan bagiku. Aku ingin melihat wajahmu,wajah yang memancarkan kebahagiaanku dari jauh. Ku sandarkan diri ini dalam dinding, memikirkan perasaan aneh yang menyeruak dalam dada.Ku kuatkan tekad,dan dengan lancang kukatakan pada mentari pagi penyemangat ku, bahwa aku telah jatuh cinta padamu dan tidak dapat ku elakan lagi perasaan ini. Cepatlah sembuh Sarah,akan kugenggam ucapan ku untuk selalu mendoakan mu." Sarah tercengang setelah membaca surat yang diberikan oleh Erik.Dia tidak menyayangkan bahwa Erik sudah jatuh hati padanya.Terlihat wajah Sarah sangat terkejut,terlebih warna wajahnya yang sudah merah padam.Belum sempat dia memikirkan perasaan Erik,sudah ada ketukan pintu yang berasal dari luar. "Y-ya?" Sarah bertanya dengan gagap. "Ini aku Sarah" Suara seorang pria yang tak lain adalah Ronald ayah Sarah. "oh,papa,masuklah pa" Terlihat Ronald memegang sebuah nampan yang berisi sebuah makanan yang disukai oleh Sarah. "makanlah ini nak,mama mu tadi memanggil tapi kau tidak menyahut.Jaga kesehatan,ya?" Sarah tersenyum mendengar ucapan Ronald ia menjawab itu dengan anggukan dan mengambil sebuah nampan yang berisi makanan. Saat sedang ingin menyuap satu sendok.Ronald tiba-tiba saja bertanya pertanyaan yang membuat Sarah panik bahkan lebih dari sebelumnya. "Apa itu Sarah? Sebuah surat?" Ronald ingin mengambil surat tersebut namun dengan cepat Sarah menepis tangannya. "Ti-tidak papa,ini bukan apa-apa! aku ingin segera tidur sehabis makan,j-jadi papa,keluar lah" Melihat perilaku aneh putrinya membuat Ronald bingung,apalagi saat wajah Sarah yang berubah menjadi merah padam.Ia yakin itu adalah sebuah surat,yang bukan sembarangan. "Kini,hanya aku sendiri yang berada di kamar tapi aku tetap tidak bisa berpikir jernih.Atas surat yang kau berikan Erik.Kini aku tahu mengapa kau ingin aku membuka nya sesudah keluar dari rumah sakit."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD