Hati Yang Rapuh

1042 Words
Nila pov. Tatapan mata lapar itu menembus jantungku. Aku tak bisa bergerak karena terpaku, tersedor dan terhipnotis dengan mudah. Menghantarkan perpaduan rasa marah dan gairah secara telak di dadaku. Aku tahu itu akan terjadi saat menginjakkan kaki di hotel ini. Tapi tetap saja aku tidak bisa berpaling dari mata nya yang gelap meski aku ingin menutup mata. Tak bisa lari dari jeratan nafs0 yang ia tawarkan. Sungguh aku benar benar bin4l. "Anggara... " desis yang keluar dari bibirku. Aku terus mencoba bertahan dari godaan Anggara. Terus berusaha berpikir waras dan tidak mengikuti arus percintaan yang Anggara berikan. Usaha seratus persen sudah aku lakukan. Sayangnya aku gagal dan kembali gagal untuk yang kesekian kalinya. Sentuhan Anggara membuat tubuhku mendamba dan memuja. Setiap gerakannya membuatku merasa haus akan kenikmatan yang tak berkesudahan. Dia tidak pernah gagal melambungkan diriku dalam awan nafsu dan gairah. Benar benar tidak pernah gagal. Justru akulah yang gagal mempertahankan diri dari semua yang ia tawarkan. Sementara gairahku terus terpacu, Anggara sibuk melebarkan pahaku. Dia terus memukulku begitu dalam dan tepat. Miliknya seolah tahu apa yang aku inginkan, tubuh bagian mana yang sensitif. Ia sangat hafal seolah tubuhku adalah tubuhnya. Mungkin ia memang sudah ahli dan reaksi tubuhku adalah hal yang wajar. Teriakanku terus menggema di kamar hotel ini. Aku hanya bisa menjerit tanpa bisa menyentuh tubuh besarnya. Jari - jari ku tertahan jari - jarinya. Tubuh Anggara yang menjulang di atas tubuhku membuatku serasa kecil. Dikuasai seperti ini adalah kenikmatan tapi juga penderitaan. Aku benar benar berdiri di antara jurang kenikmatan dan penderitaan yang Anggara berikan. "Persetan... Ugh, " geram Anggara. Beribu ucapan kotor terus Angga katakan. Membuat suasana semakin hidup. Meski demikian dia tidak berhenti dan terus menabrak rahimku dengan keras. Membuat dad4ku berayun mengikuti desakan tubuhnya. "Ah, Anggara... Berhenti. Aku tidak kuat. Hah hah..." Mulut Anggara sudah melahap ceri ku yang keras. Aku menggeleng karena merasakan puncak percintaan yang entah suka rela atau tidak ini. Sungguh sangat munafik jika aku mengatakan tidak suka padahal seluruh sel tubuhku menjerit penuh kesenangan, bahkan kecanduan. "Akhh! Anggara. " "Heh, kau bilang tidak berhenti tapi kau coming karenaku Nila? " tanya Anggara dengan nada mengejek. Sekali lagi dia mengatakan sesuatu dengan nada bicara seperti itu. "Anggara, aku lelah. " Hanya itu ucapan yang membuatku berharap lolos dari beberapa ronde lagi. "Kau tidak berhak mengeluh, jal4ng. Aku dengan senang hati mengirim ayahmu yang sakit-sakitan ke penjara jika kau membantah. Sama seperti yang pernah ia lakukan padaku. " Ucapan Anggara membuatku kembali merasakan gelenyar rasa bersalah pada Anggara. Tindakan ayahku memang sangat keterlaluan. Sekarang karma ini datang dalam bentuk Anggara yang menguasai semua kekayaan kami. Namun perasaan bersalah itu tidak lama, Anggara kembali mengangkat tubuhku, memposisikan pinggulku ke atas untuk mendapatkan sudut lain dari percintaan lalu memasukiku dengan keras. "Kyaaa. Pelan pelan Anggara..." Aku menjerit nikmat. Meski sebagian otakku membenci kenyataan jika aku sedang bercinta dengan cara seperti ini tapi aku tidak bisa menampik jika milik Anggara juga memberiku kepuasan. Sekali lagi aku merasa sangat munafik. Aku menyukainya tapi juga membencinya. Ini sungguh melelahkan, melawan perasaan ini sangat melelahkan. Meski mati-matian aku menolak untuk tunduk pada Anggara, nyatanya rasa bersalahku dan d******i Anggara sudah membuatku jatuh cinta padanya dengan begitu mudah. Ternyata aku masokis yang menyedihkan dan tidak memiliki harapan. Setelah malam terlewati, Anggara membebaskan aku dari segala alat yang menjadi pendukung percintaan kami. Pria tegap dan kekar ini kemudian meninggalkanku kelelahan di ranjang tanpa berkata apapun. Dan itu memang tujuannya. Seperti biasa, akan ada kata kata yang pasti membuatku tercabik. Anggara memang ingin membalaskan dendamnya padaku, pada keluargaku karena kesalahan yang aku dan ayahku lakukan dulu. Sekarang aku harus bertahan karena berada di bawah rasa kasihannya. Sebagai sekertaris yang bekerja padanya atau sebagai pelayan. Aku harus terus mengemis agar dia tetap menginginkan tubuhku demi pengobatan ayahku, bahkan saat ini adalah hasil dari rencana licikku agar aku tidak kalah dari Sinta. Yeah sebenarnya ini rencanaku dan Sena agar Anggara datang ke hotel. Sena memberiku ide agar Anggara mengabaikan Sinta dan datang ke sini. Rekanku itu yakin kalau Anggara akana datang jika tahu aku menjual diri. Nyatanya ia benar-benar datang. Aku bahagia walau terkadang aku muak dengan semua ini dan ingin semuanya berakhir. Aku muak dengan survival live versi diriku. "A-apakah aku bisa meminta uangnya sekarang? " tanyaku gugup. Kini aku tahu jika posisiku sangat lemah, rasa percaya diriku beberapa hari yang lalu hilang setelah tahu jika Anggara juga bisa tertarik dengan wanita lain. "Yang ada di otak j4lang seperti mu memang hanya uang. " Seperti biasa, Angga menjawabku dengan nada dingin. Aku sudah terbiasa. "Maaf, aku hanya ingin membayar biaya pengobatan ayahku." "Bukan urusanku. Ku rasa kau harus ingat jika kau hanyalah jalangku. Aku akan mengirimkan uangmu. " Deg. Yah, seharusnya aku tidak bicara. Tujuan Anggara sangat jelas. Dia membuatku menempati posisi terendah dalam masyarakat. Dia menjadikanku j4lang pribadi, agar aku tau rasanya direndahkan dan dihina orang. Dia ingin membuatku merasakan yang pernah ia alami dulu. Meski aku tidak tahu apapun tetap saja semua berawal dari taruhan bodoh yang aku lakukan dengan teman temanku. "Iya, maafkan aku. " Jelas aku merasa sakit hati. Pada saat aku hendak mengutuk dirinya tapi tindakanku terhenti. Aku sadar jika dia pernah dalam situasi sepertiku. Bahkan jauh lebih buruk. Jadi aku merasa tidak berhak mengutuknya seburuk apapun aku diperlakukan. "Kalau begitu aku akan pergi ke rumah sakit. " Anggara membuka pintu kamar hotel dan menutupnya dengan kasar. Saat seperti inilah yang bisa memberiku ketenangan. Meski aku menginginkan Anggara berada di sisiku tapi aku tau jika mata Anggara penuh kebencian pada diriku. Jadi lebih baik dia tidak berada di sini. Sambil menghela nafas panjang, aku tertatih-tatih menuju kamar mandi. Setelah ini aku ingin menemui ayah di rumah sakit dan berbelanja untuk mengisi kulkas. Normal Pov. Anggara masuk ke dalam Rolls -Royce yang pintunya sudah dibukakan sopir. Seperti biasa dia selalu berwajah dingin tanpa ekspresi. Ken--supirnya bahkan bingung dengan sikap bosnya ini. Seharusnya setelah bertemu dengan selingkuhannya, seorang pria akan merasa senang. Tapi yang terjadi pada tuannya jauh dari kata senang. Matanya justru memancarkan aura kebencian yang dalam. 'Aku akan terus membuatmu tersiksa, Nila, ' tekad Anggara dalam hati. 'Kau harus membayar setiap perlakuanmu padaku. Bodohnya aku yang sempat lupa jika kamu dan ayahmu menjadi penyebab ibuku meninggal.' Mobil yang dikendarai Angga pun melaju meninggalkan hotel elite di area menteng. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD