Awalnya Anggara tidak sadar jika Nila melihatnya seperti monster. Pria itu hanya menjalankan kapalnya menuju ke salah satu rumah pribadinya yang terletak di kepulauan karibia. Lebih tepatnya salah satu pulau ini dibeli oleh Marquist sebagai salah satu tempat persembunyian. Akan tetapi Marquist memberi pulau itu untuk diurus oleh Anggara. Alhasil, Anggara yang menguasai salah satu pulau ini.
"Akhirnya tiba juga," guman Anggara.
Beruntung aku tiba tepat waktu. Bahan bakarnya sangat menipis.
Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika bahan bakar kapalnya habis di tengah lautan. Sebab bahan bakar cadangan sudah ia gunakan semuanya.
Anggara melepaskan kendali lalu keluar menuju ke dalam dek kapal. Ia mencari Nila yang tidak terlihat di sofabed. Padahal beberapa menit yang lalu ia tidak berhenti menatap lautan.
"Nila?" panggil Anggara.
Anehnya Nila tidak menjawab. Pria itu pun memeriksa ke arah lain.
"Nila, kamu dimana?!" panggil Nila.
Anggara tahu jika Nila tidak mungkin melompat dari kapal demi melarikan diri. Lagi pula ia menyelamatkan Nila, jadi sangat aneh jika Nila melarikan diri darinya.
Anggara pun membuka pintu kamar yang yacht. Ada
enam kamar di Arfa superyacht ini. Yacht mewah dengan perlengkapan yang seharusnya membuat Nila nyaman jika saja Anggara membawa beberapa orang untuk melayani Nila. Sayangnya saat itu, Nila diculik dan harus segera diselamatkan. Namun sekarang ia menyesal tidak membawa pelayan. Nila jadi menghilang begitu saja dan membuatnya harus mencari gadis itu.
Satu persatu Anggara membuka pintu kamar. Ia memeriksa kamar mandi atau lemari yang kemungkinan besar dijadikan Nila tempat bersembunyi.
"Nila, ini tidak lucu. Ayo keluar dari kapal. Kita ke villa-ku!" teriak Anggara.
Namun tidak ada sautan dari Nila. Anggara pun mulai kehilangan kesabaran. Namun ketika ia membuka pintu kamar terakhir, kemarahannya langsung menguap. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Nila..."
Nila yang ia temukan dalam keadaan meringkuk di pojok kamar. Gadis itu nampak ketakutan. Ia gemetar, wajahnya juga pucat dan panik ketika Anggara mendekatinya.
"Jangan mendekat, pergi..." usir Nila.
Otaknya seolah mengatakan kalau mendekati Anggara, maka ia akan terluka, dirinya akan disakiti dan menderita. Gadis itu mulai mengklaim bahwa semua penderitaannya adalah karena Anggara.
Pria ini datang dan menghancurkan bisnis ayahku.
Dia membuat ayahku terserang serangan jantung.
Lalu membuatku menjadi budaknya.
Dia menyentuhku, mencumbuku tapi mulutnya memaki-ku.
Pria ini menjadikan aku jal4ng dan mengemis uang untuk ayahku.
Dia membuatku berada di jalan buntu.
Nila semakin ketakutan dan marah. Apalagi melihat Anggara bersikap seperti pahlawan. Padahal hanya dia satu - satunya orang yang membuat Nila menderita. Pria itu penyebab ia mengalami penderitaan tak tertahankan.
"Nila," panggil Anggara lembut. Namun gadis itu justru semakin meringkuk bahkan menyembunyikan wajahnya.
"Jangan mendekat, pergi. Jangan mendekat..."
Masih Nila ingat apa yang Anggara lakukan ketika pria itu pertama kali mengambil alih rumahnya. Anggara mengusirnya. Saat itu Nila memohon untuk tinggal, karena semua uang dan tabungan untuk membayar hutang ayahnya. Jadi ia tidak memiliki uang. Dan di saat itu pula, Anggara menyuruhnya tidur di garasi. Lalu menyuruhnya membersihkan seluruh halaman sebelum berangkat kerja. Yang lebih berat lagi, Nila ia suruh berangkat kerja dengan berjalan kaki jika masih mau bekerja di perusahaan. Dan butuh waktu seharian bagi Nila agar sampai ke perusahaan. Ia pun pingsan setelahnya.
Yahh dia jahat. Jangan sampai aku tertipu dengan kebaikan palsunya.
Nila menjadi sangat defensif. Melihat Anggara benar- benar membuatnya seperti melihat monster.
Anggara kebingungan dengan sikap Nila yang menjadi aneh. Ia benar - benar aneh dan seperti orang yang berbeda. Pria itu pun mencoba menyentuh Nila agar bangun dari tempatnya meringkuk. Siapa yang menyangka kalau Nila justru menjerit.
"Kyaa pergi!"
"Pegi, jangan menyentuhku!"
"Kau penjahat! Kamu baj.ngann yang sudah menghancurkan hidupku! Aku membencimu!"
Anggara membeku melihat reaksi Nila yang histeris. Tangannya pun membeku di udara. Kata - kata Nila seolah menamparnya dengan keras.
"Nila... "
Anggara akhirnya tahu jika saat ini Nila dalam kondisi tidak biasa. Tatapan ketakutan dan kebenciannya serasa nyata dan mulai menghancurkan hatinya.
Akan tetapi Anggara tidak bisa membiarkan Nila di kapal dan meringkuk seperti ini. Ia pun terpaksa menggendong Nila. Hanya saja reaksinya jauh lebih menyakitkan dari yang tadi.
"Pergi penjahat... ugh!"
Nila pun pingsan. Ia begitu ketakutan saat Anggara akan menyentuhnya. Trauma akibat dua pria yang menculiknya beserta sikap kejam dari Anggara muncul menjadi satu sehingga Nila tidak tahan dan pingsan.
"Nila, Nila..."
Anggara tahu jika Nila butuh dokter. Namun di tempat ini, akan sulit mencari dokter.
"Lebih baik aku menyuruh Jacko mengirim dokter, " gumam Anggara.
Meskipun Jacko adalah orang kepercayaan Anggara. Mereka memiliki hubungan yang dekat. Jacko memang hanya akan menuruti perintah Marquist akan tetapi satu- satunya teman Jacko adalah Anggara.
Perlahan dan penuh dengan kehati- hatian, Anggara membawa Nila menuju villa. Bangunan ini adalah satu-satunya yang ada di pulau ini. Letaknya yang berdiri di tepi tebing membuat penghuni bisa melihat pemandangan alam bukit dan juga matahari ternggelam di atas lautan. Hanya saja keindahan villa ini seolah tidak bisa dinikmati oleh Anggara. Kondisi Nila yang mengalami trauma membuatnya tidak bisa tenang.
Anggara tanpa pikir panjang menghubungi Jacko.
[Ada apa? aku tidak menyentuh gadis mu dan itu tidak membuat hubungan kita rusak kan?] tanya Jacko di ponselnya.
"Memang tidak, tapi dua baj.ngann kiriman Jennifer membuat gadisku shok berat. Aku butuh dokter untuk memeriksa kondisinya."
[Kamu ini hanya menghubungiku kalau lagi butuh saja. Dasar menyebalkan. ]
"Itu karena kamu juga salah satu yang membuat gadisku kacau," geram Anggara.
Jacko menghela nafas panjang. Ia baru saja mendapat omelan dari Marquist, sekarang kena omelan dari Anggara. Sungguh ia terjepit di antara dua orang itu.
[Baiklah, katakan dimana posisi mu?]
"Pulau Karibia. Markas lama. "
[Sialan, itu bearti aku harus menggunakan pesawat.]
"Kalau kamu bisa berenang, kamu boleh tidak menggunakan pesawat."
[Fvck.] Maki Jacko.
Anggara pun lega mengetahui Jacko bisa membantunya. Tatapannya pun kembali ke Nila yang memejamkan mata karena pingsan. Pria itu kini tahu dendamnya sudah membuat Nila menjadi seperti ini. Nila seolah tidak kuat dengan semua beban yang ia tanggung. Entah kini Anggara menyesal atau tidak. Yang pasti, ia sangat terpukul melihat kondisi Nila.
"Pulihlah Nila, aku berjanji tidak akan melanjutkan dendamku."
Anggara kini sadar jika tidak bisa melihat Nila terluka atau menanggung beban. Melihat gadis ini hancur, ternyata membuatnya jauh lebih tersakiti. Kini ia seolah rela melakukan apapun agar Nila pulih.
Tbc.