One Night With You

1815 Words
 Aku sedang duduk asik di tepi sungai, menunggu umpanku dimakan oleh ikan. Saat ini aku sedang liburan kelulusan SMP dan aku juga sudah mendapatkan SMA yang aku idamkan. Sangking bosannya aku akhirnya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke tempat antah berantah. Sebenarnya tidak bisa disebut antah berantah juga sih. Buktinya sinyal handphone masih masuk kok. Internetan juga bisa. Yeay! Aku bersorak kegirangan ketika umpanku terasa tertarik, dengan sekuat tanaga aku menarik pancinganku. "Ayolah.. Kemari ikan.." gumamku. Entah aku yang terlalu lemah atau ikan di sungai ini yang terlalu kuat sehingga membuatku terjengkang masuk ke dalam air. Dan selamat, Samantha. Bajumu basah! "Ikan sialan!" umpatku. Ketika aku akan berdiri dari dasar sungai, ternyata pancinganku masih terasa berat. Sudahlah, nanti juga putus sendiri. Tanpa kupedulikan, aku langsung berjalan sambil menarik pancinganku itu. "Hei! Lepasin dong!" Aku berhenti berjalan dan mengerjapkan mata. Lepasin? Emangnya ikan bisa ngomong ya? batinku. Akhirnya aku menoleh, dan mendapati tali pancingku yang tersangkut dengan tali pancingan seorang pemuda yang menurutku ganteng abis. Dia berjalan ke arahku dengan kalem sambil menatap mataku dalam. Mata coklatnya membuatku terpesona. Dengan perlahan dia mengambil tanganku lembut. Oh ya ampun. Dia mau nembak gue nih? Di pertemuan pertama? Wuaaaaaa!! Segala imajinasiku tandas ketika dia mengambil pancingan milikku dan melepaskan ikatan talinya. Yah tenyata c*m pancingan toh. Sedih banget hidup gue dikalahin sama pancingan. Cuih. Tanpa berkata apa-apa dia langsung saja meloyor pergi. "Hei! Mau kemana?" Duh, kenapa coba nanya itu.. Dia mengernyerit kemudian menunjuk tenda hitam yang terdapat di belakang punggungnya. "Balik ke tenda." "Oh.." Aku mengangguk dan diapun pergi. Jadi ternyata dia kemah disini juga? Asik! Dengan senyuman lebar aku masuk ke dalam tendaku dan berganti menjadi pakaian yang kering. Bisa dibilang ini adalah kawasan yang dikhususkan untuk para wisatawan yang ingin camping sendirian, tanpa ada pengawas. ★ Malam harinya, aku sedang asik membakar ikan dan beberapa sayuran lainnya ketika hujan deras tiba-tiba mengguyur bumi. Aku segera membereskan makanan yang belum sempat aku habiskan dan masuk ke dalam tenda. Kenapa hari ini aku basah terus ya? Dengan kesal aku mengeringkan rambutku yang basah. Kresek kresek gubrak kreek kreek. Suara bising seperti itu terus menggangguku, selain suara hujqn yang deras ini. Duh, kenapa harus ujan sih. Nyebelin banget. "Hei! Cepetan keluar!" bentakan seseorang yang menongolkan kepala gantengnya saja membuatku kaget. "Hah? Ujannya deres gila! Lo mau gue kebasahan? Gak!" Aku duduk diam, tidak menghiraukan uluran tangannya. "Ck. Lama!" Dia masuk ke dalam tendaku dan menarikku paksa keluar. Eh? Ada apaan sih? Aku yang masih bingung diam saja ketika wajahku dihadapkan pada dadanya yang bidang. Parfum yang tidak familiar menyeruak masuk ke dalam penciumanku saat dia memelukku erat. BRUUK. Suara apaan tuh? Aku mencoba membalikkan badanku, namun tak berhasil. Akhirnya hanya kepala yang bisa kutengokkan sedikit. Dan… "Tenda gueeeee!!!" Ternyata oh ternyata.. Tenda gue tidak tidak terlalu kuat untuk menghadapi cuaca yang ekstrem seperti sekarang. Untungnya barang-barang berharga masih bisa diselamatkan. Gue juga bersyukur karena cowok ini mau nolong gue. "Sabar aja ya. Untung tadi gue tarik lo keluar. Kalo engga lo udah ikutan runtuh sama tenda lo." ujar cowok itu seraya menepuk pundakku. "Kok tenda lo gapapa sih?" tanyaku ketika melihat enda hitamnya masih berdiri tegak. "Tenda lo abal-abal sih, jadi ga tahan sama cuaca ekstrem." ujarnya sok tau. "Enak aja lo ngomong. Tenda mahal tuh!" ujarku kesal. Dia menatapku meremehkan, kemudian berjalan memunggungiku. "Eh eh eh tunggu!!" ujarku seraya mencekal pergelangan tangannya. Dia berbalik, kemudian menatapku kesal. Mungkin karena hujan yang masih mengguyur kami. "Apa?" "Gue tidur dimana?" ujarku pelan, terkalahkan oleh suara hujan. "APA?" "GUE TIDUR DIMANA, BUDEG?" "TERSERAH! DI DALEM UTAN JUGA GAPAPA!" Aku melongo tak percaya ketika dia mengatakan itu dan meninggalkanku sendirian di depan puing-puing tendaku. Mau dibnngun lagi juga percuma.. Akhirnya aku mengikuti langkah cowok itu dan menarik ujung jaketnya. Dia berhenti dan menoleh padaku. "Gue ikut tidur sama lo.." ujarku pelan namun aku yakin dia mendengarku. Buktinya mata dia melotot. "BIG NO." Dia kembali berjalan menuju tendanya yang beberapa langkah lagi akan sampai. Aku kembali mencengkram ujung jaketnya. "Please?" Dia menataoku dingin. "Lo cewek, gue cowok. Apa yang akan terjadi selanjutnya kalo gue tidur sama lo dalam satu tenda kecil?" Aku menunduk dalam. Iya sih, tapi kan.. Dia berdecak kesal dan akhirnya mengambil tanganku, menarikku menuju tendanya. "Yauda lo tidur sini. Gue tungga di luar." ujarnya dengan nada pasrah. "Yeay! Makasi ya! Lo emang baik deh!" kataku sambil duduk di tenda dan mengambil selimut tipis miliknya. Tenda ini cukup nyaman. Kulirik dia yang sedang mengambil sesuatu di dalam tas ranselnya. "Nyari apaan?" tanyaku kepo. "Mau tau aja deh." Aku cemberut. "Gue mau ambil jaket tambahan. Di luar pasti tambah dingin nanti." ujarnya sambil tersenyum. Duh, dia super ganteng kalo senyum kaya gitu.. "Tapi lo gapapa tidur di luar?" tanyaku hati-hati. Dia berdecak kesal kemudian mendelik. "Mau gue apa elo yang tidur di luar?" tanyanya. Dih, sebenernya ni anak rela ga sih gue tidur di dalem tendanya? "Gue aja deh." ujarku sambil berdiri dan berjalan keluar, kemudian menutup tendanya dengan kasar. Dia melongo dari dalam tenda dan tersenyum jahil padaku. "Beneran ga mau di dalem? Anget loh.." "Gak. Makasih. Lo aja dah." ujarku singkat sambil memainkan kayu untuk perapian. Hujannya sudah berhenti, jadi tidak terlalu dingin. "Yaudah kalo gamau." ujarnya kemudian disusul oleh suara resleting. Dia menutup tendanya. Lelaki kurang ajar! Masa tega ngebiarin cewek tidur di luar? ★ Aku melihat jam tangan yang melingkar manis di tanganku. Sudah pukul 12 malam. Itu artinya sudah tiga jam aku duduk di luar sendirian seperti ini. Sedangkan cowok satu yang di dalam tenda sudah tidak terdengar lagi suaranya.Pasti udah tidur. Aku menghela napas dan merapatkan jaketku. Ngomong-ngomong, aku belum ganti baju sejak tadi kehujanan. Ah tak apa. "Hatchii!!" Sial. Bersin. Pilek dah ini mah. Kuusapkan kedua telapak tanganku, mengurangi rasa dingin yang tiba-tiba menyerang diriku. Padahal aku yakin dengan sangat kalau api yang kubuat ini memang sudah besar. "Hhh,, dingin banget sih.." ujarku sambil meniupkan nafasku di kedua telapak tanganku. Aku mengantuk. Sangat. Akhirnya dengan jaket yang melekat di tubuhku, kutekuk lututku dan kupeluk. Mencoba untuk tidur. Namun belum sempat aku tertidur, kurasakan pusing yang sangat menjalar di kepalaku. ★ Aku dalam posisi sangat hangat. Seperti berada di rumah. Kubuka mataku perlahan, dan mendapati cowok yang baru kukenal beberapa jam ini berada tepat di depan wajahku. Dia menggenggam tangaku khawatir, sesekali menyentuh keningku dengan punggung tangannya. "Lo udah baikan?" tanyanya lembut. Aku mengangguk lemah. Kuedarkan pandanganku, ternyata aku sudah di dalam tenda. Dan aku tertidur di pangkuannya. Sebelum aku menyarakan pikiranku, dia sudah menjawabnya. "Lo demam, pingsan. Makanya gue bawa ke dalem." Aku mengangguk dan tersenyum. "Makasih ya.." Dia hanya mengangguk dan mengusap kepalaku pelan. "Lo bilang dong kalo lemah.. Jangan sok kuat gitu deh." ujarnya agak kesal. Aku terkekeh. "Setiap orang kalo di tempatin dalam posisi dingin banget dan cuma oake jaket tipis juga bakalan sakit kali." "Ya tapi ga sakit sampe separah ini. Demam lo tinggi gila." Ya memang, aku punya fisik yang lemah. Gampang sakit, apalagi kalau sudah kena basah-basahan seperti tadi. Hari ini saja aku sudah berbasah ria dua kali. Ditambah duduk di luar. Whoaa, rekor banget karena aku masih bisa bertahan selama tiga jam. "Eh malahan bengong. Tidur gih." ujarnya lembut sambil mengetuk kepalaku pelan. Aku terkekeh geli. Dia baik banget. Lembut. "Apa lo selalu kaya gini kalo ketemu sama orang baru?" tanyaku sambil menutup mata. Mencoba untuk tidur. Dia mengusap kepalaku lembut, dan kurasakan dia tersenyum. "Engga. Baru pertama kalinya ini gue care sama seseorang yang baru gue kenal." Aku tersenyum ketika.mendengarnya. "Thank's ya." ★ Keesokan paginya, aku terbangun dengan keadaan yang fit. Badanku terasa rungan, tidak berat seperti tadi malam. Namun yang membuatku kaget adalah, cowok ini! Wajahnya ya Tuhan. Wajahnya~ Jarak wajahku dan wajahnya kuperkirakan ganya beberapa centi. Tangannya melingkar dengan pas di sekitar pinggangku. Aku terpekik tertahan dan segera mendorong tubuhnya menjauh dariku. "Banguuun!!! Lo kok meluk gue? Lo ngapain aja tadi malem? Nyari kesempatan dalam kesempitan ya? Sialan!!!" Pukulan bertubi-tubi kulayangkan padanya, membuatnya terbangun dan meringis kesakitan. "Woy selow dong selow! Gue ga ngapa-ngapain!!" ujarnya sambil menutup wajahnya dengan kedua lengannya. "Tadi malem lo menggigil kedinginan, dan gue ga tega. Akhirnya gue peluk lo aja biar lo ga kedinginan!" teriaknya frustasi. Oh. beneran nih dia ga macem-macem sama gue? Kutatap wajahnya menyelidik. Apa ada kebohongan disana? Ternyata tidak. Akupun terkekeh dan berdiri, berjalan keluar tenda. Udara sejuk pegunungan ini membuatku merasa terlahir kembali. Tanggung jawab lo! Muka ganteng gue jadi rusak!" ujarnya lebay. Aku mendelik ke arahnya. "Lebay lo!" Dengan sigap aku membereskan sisa-sisa kayu bakar yang digunakan tadi malam. "Lo balik kapan?" tanyanya sambil membuat teh manis hangat. Ternyata dia sudah menyiapkan air panas dalam termos. Wow, persiapannya matang. "Pagi ini, di jam pertama bus tiba." ujarku sambil melihat jam tangan. "Waaah sial. Udah jam segini!!" ujarku panik. Dengan langkah lebar aku berlari mengambil barang-barang lku yang terdapat di dalam tenda. Cowok itu menatapku dengan bingung. "Bentar lagi jam delapan. Ntar gue ketinggalan bus." ujarku menjelaskan tanpa diminta. Dia manggut-manggut melihatku membereskan barang dengan kilat. "Kita bakal ketemu lagi ga ya?" perkataannya membuatku terdiam. Aku menatapnya. Ketemu lagi ga? Apa bisa kita ketemu lagi? Dia berjalan mwndekatiku dan mengulurkan tangan. "Samuel. Nama lo siapa?" dia tersenyum, sangat manis. Aku menyambut uluran tangannya. "Samantha. Gue baru masuk SMA Pelita Harapan." Dia menatapku kaget, kemudian wajahnya normal kembali. "Yauda deh, gue duluan ya Sam!" Aku berbalik dan hendak berlari, namun tanganku dicekal olehnya. Lembab dan lembut, sesuatu menyentuh keningku singkat. Membuat sekitarnya menghangat, kemudian perlahan menjalar ke pipi dan seluruh wajahku. "Sampai bertemu lagi, Sam." ujarnya sambil memelukku singkat. Aku balas memeluknya dan mengangguk. Semoga kita bisa ketemu lagi, Samuel.. ★ Aku dalam penampilan terbaikku hari ini. Topi berbentuk corong yang terbuat dari koran, papan nama Sabun Cuci, kemudian kaos kaki pelangi yang panjangnya sampai lutut, kepalaku yang dikuncir dengan pita berwarna warni. Serta seragam SMPku. Aku siap untuk MOS di sekolah baruku. Aku sedang nenikirkan tentang Samuel. Entah kenapa bisa kepikiran sama cowok gantemg nyebelin baik hati itu. Kupegang keningku perlahan, membuatku tersenyum. Hal yang paling membuatku teringat olehnya. Kecupan singkatnya di keningku. Satu-satunya orang yang menciumku selain ayah dan kakakku. "Hei Sabun Cuci! Lo masih sempet benging?" tegur kakak osis yang memakai make-up tebal menurutku. Tidak cantik. Centil. "Eng.. Enggak kok kak.." ujarku ngibul. Dalam hati aku berdoa semoga dia orang bego jadi bisa gampang diboongin. "Ga usah boong lo bocah! Coba ulangi aa yang dibilang sama Sammy tadi!" Duh mampus deh gue. Bisik-bisik terdengar di sekitarku. Duuuh, gue musti jawab apaa? Malaikat tolong aku malaikaaat!! "Gapapa Kim, gue tau kok dia dengerin perkataan gue. Iya kan, Samantha?" Deg. Suara ini. Suara yang ga pernah aku lupain. Walau hanya mendengarnya kurang dari 24 jam. Kuberanikan diri untuk mendongak menatap lelaki yang berdiri di depanku. Dengan senyumnya, mampu membuatku ikut tersenyum. Pakaian yang dia kenakan beberapa hari yang lalu berganti menjadi pakaian SMA Pelita Harapan. Seragam yang akan kugunakan nantinya. Dia, satu sekolah denganku. "Samuel?" Dia memelukku hangat, dan berbisik "We meet again, Sam."  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD