Caramel Love Nevan (Indonesia)

Caramel Anderson, gadis yang kerap dipanggil Ara ini memiliki perawakan mungil, serta senyum semanis madu. Dilahirkan tanpa sosok ayah di sampingnya tidak membuat dirinya lemah. Menurutnya, memiliki Ibu sebagai orang tua tunggal sudah cukup. Nevan Abyan Putra, CEO tampan dengan karakter cool ini juga merupakan anak tunggal. Laki-laki itu telah memiliki kekasih bernama Syifa, hubungan mereka telah berlangsung selama dua tahun, bahkan mereka berencana akan menikah dalam waktu dekat. "Tidak terasa ya, sudah delapan belas tahun kita bersahabat." Caramel menoleh menatap Nevan yang berada disampingnya. Saat ini mereka sedang berbaring di rooftop yang berada di kediaman Nevan. Mereka menikmati hembusan angin malam ditemani bintang-bintang yang begitu setia menemani sang rembulan. "Sepertinya ini akan menjadi momen terakhir kita bisa seperti ini, Van," ucap Caramel lagi, lalu kembali menatap langit. "Mengapa kamu berkata seperti itu?" tanya Nevan. "Sebentar lagi kamu akan menikah,  kamu akan sibuk mempersiapkannya semuanya." Caramen mengubah posisinya menjadi duduk. "Belum lagi pekerjaanmu." Nevan ikut duduk di samping Caramel, ia membalikan tubuh sahabatnya tersebut agar menghadapnya. "Ra, sampai kapan pun aku adalah sahabatmu, aku akan tetap menjadi super hero yang akan selalu melindungimu." Nevan menarik Caramel ke dalam pelukannya. Tidak selamanya Van, karena kelak aku bukanlah bagian dari prioritasmu, batin Caramel. Caramel mengeratkan pelukannya, menikmati aroma tubuh sahabatnya tersebut. ... Caramel mengangkat tumpukan buku-bukunya untuk dipindahkan ke dalam mobilnya. Buku-buku tersebut akan disumbangkan ke panti asuhan. Buku-buku itu didominasi oleh buku sejarah dan desain. Sudah lama sekali Caramel tidak membacanya. Jadi, daripada menumpuk dan berdebu, lebih baik buku-buku tersebut ia sumbangkan. Tadinya Caramel ingin mengajak Nevan. Namun sayangnya Nevan sedang ada urusan untuk persiapan pernikahannya. Sesampainya di panti asuhan Caramel langsung disambut senang oleh anak-anak panti. "Kak Ara jadi bawa buku-bukunya?" tanya salah satu anak panti bernama Bian yang berusia 5 tahun. "Jadi dong, yuk kalian bantu kakak bawa buku-bukunya ke dalam." "Siap kak!" sahut mereka serentak. Caramel membuka bagasi mobilnya. Anak-anak begitu semangat bergotong royong mengangkat buku-buku ke dalam panti. Laras--ibu panti menyambut Caramel di depan pintu. "Ayo nak, kita makan siang dulu. Ibu sudah masak sayur taucho kesukaan kamu," kata Laras. "Ayu bu, Ara kangen masakan ibu." Mereka berjalan menuju meja makan. Di sana anak-anak sudah siap menunggu kehadiran Caramel. Padahal di hadapan masing-masing dari mereka sudah ada piring berisi nasi serta lauk pauknya. Seorang anak mencolek-colek bumbu kentang balado di piringnya. Anak itu terlihat tidak sabar menyantap makanannya. Saat akan memasukannya ke dalam mulut, teman di sampingnya menepuk punggung anak itu. "Tunggu, itu Kak Aranya sudah datang," bisik temannya tersebut. Lantas anak yang sudah kelaparan itu menatap melas bumbu balado tang berada di ujung jari telunjuknya. "Sini Kak Ara, duduk di samping Bian," kata Bian sembari menepuk-nepuk kursi di sampingnya. Caramel tersenyum dan menurutinya. "Ayo Bian pimpin doa makan," kata Laras. "Siap ibu." Bian memimpin doa dengan baik. Tanpa ada yang berbicara saat makan, mereka menyantap makan siangnya dengan khidmat. Caramel tidak akan pernah melupakan panti asuhan tersebut. Tempat ia berteduh saat kecil dulu. Caramel lahir tanpa sosok ayah di sisinya. Salma--ibu Caramel hamil diluar nikah. Kekasihnya tidak mau bertanggung jawab yang menyebabkan Salma diusir oleh keluarganya sendiri karena dianggap sebagai aib. Salma berjuang sendiri mencari nafkah untuk bayi di kandungannya. Ia luntang-lantung di jalan. Sampai tiba saatnya Salma akan melahirkan Caramel, ia ditolong oleh Laras yang kebetulan bertemu dengannya di jalan. Laraslah yang membiayai persaliman Salma, menawarkan wanita itu untuk tinggal di panti asuhan sampai wanita tersebut punya tempat berteduh sendiri. ... Caramel merebahkan tubuh Bian yang tertidur dalam gendongannya ke ranjang bertingkat bagian bawah. Anak satu itu memang sangat manja jika sudah bertemu dengan Caramel. tadi Caramel lumayan banyak berbincang dengan anak laki-laki itu. "Wajah mama papa bian seperti apa ya kak?" Tanya Bian. Caramel membuka aplikasi kamera di ponselnya lalu mengarahkannya ke wajah Bian. Layar ponsel itu menampilkan wajah Bian yang ditangkap oleh kamera depan. "Wajah mereka pasti mirip sama Bian," kata Caramel "Benar kak?" Tanya Bian Antusias. "Iya, kakak juga tidak pernah bertemu ayah kakak. Kata mamanya kakak, wajah kakak mirip ayah kakak. jadi kalau kakak kangen sama ayah, kakak selalu melihat wajah kakak sendiri di cermin," jelas Caramel. Caramel berpamitan pada Laras karena waktu sudah menunjukkan jam 8 malam. Sesampainya di rumah Caramel langsung membersihkan tubuhnya yang sudah berkeringat setelah bermain dengan anak-anak panti. ... Caramel menatap fokus kertas di tangannya, sebuah sketsa yang menampakkan sebuah gaun pernikahan yang sangat indah. Sebuah lengkungan terbit di bibirnya. Bila saatnya telah tiba, aku ingin memakai gaun ini di hari pernikahanku, pikirnya. Tiba-tiba terdengar gedoran dari pintu kamarnya. Setahunya, ibunya tengah berada di luar kota hingga seminggu kedepan. Perlahan ia pun membuka pintu kamarnya. Tampaklah seorang laki-laki dengan penampilan kacaunya, bau minuman beralkohol sangat menyengat dari tubuhnya. "Nevan, kamu mabuk?" Nevan tak menjawab pertanyaan Caramel. Tiba-tiba laki-laki tersebut menarik Caramel lalu mengehempaskannya ke ranjang. "Nevan! Apa yang kamu lakukan?!" Caramel tampak sangat ketakutan. "Kau milikku! Kau milikku Syifa! Si b******k itu boleh menggagalkan proyek besarku, tapi tidak untuk merebutmu dariku!" Ujar Nevan berapi-api, ia dalam pengaruh alkohol. Kini Nevan berada di atas Caramel. "Nevan hentikan!" Caramel tak bisa menahan tangisnya saat Nevan menciumnya dengan kasar. "Le-paskan Aku! Kamu mabuk!!" Nevan tak menghiraukan teriakan Caramel, ia malah kembali melanjutkan aktivitasnya. Caramel hanya bisa mengangis, ia tidak bisa melawan lagi saat Nevan mengikat tangannya menggunakan dasi milik sahabat b******k tersebut. Malam ini menjadi malam yang sangat menyakitkan bagi Caramel. Mahkota yang selama ini ia jaga telah dirampas dengan kasar oleh sahabatnya sendiri. Nevan. ... Nevan terbangun dari tidur dengan kepala yang terasa pening. Tunggu! Ini bukanlah kamarnya, di mana ia sekarang? Nevan terkejut saat melihat dirinya yang tidak mengenakan sehelai benangpun. Ia segera memakai pakaiannya yang tercecer di lantai. Nevan kembali memperhatikan kamar, tempat di mana ia berada saat ini. Astaga! Ini kamar Caramel, ia melihat bercak merah yang berada di seprai kemudian mengalihkan pandangannya ke arah pintu kamar mandi yang berada di kamar tersebut. Terdengar gemericik air dari dalam sana. "Ara!!" Nevan dibuat terkejut saat melihat Caramel meringkuk di bawah guyuran shower dalam keadaan tidak sadarkan diri. Piyama tidur yang dikenakannya telah basah kuyup. Nevan segera mematikan shower dan mengecek keadaan Caramel. Bibir gadis itu telah membiru dan suhu tubuhnya sangat dingin. "Ara, Ra, bangun Ra!" Nevan menepuk nepuk lembut wajah pucat Caramel. Tanpa menghiraukan bajunya yang ikut basah, Nevan segera menggendong Caramel menuju mobil. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit. Nevan mengusap wajahnya dengan kasar. "Apa yang telah kulakukan pada sahabatku sendiri?!" "Maaf Ra ... maaf." Rasanya ribuan maaf  pun tidak terampunkan atas kesalahannya.