BAB 19

3288 Words
[Warning! Slightly 21+] Pada pagi harinya, Xiao Lang terbangun dalam suasana muram, duduk di tempat tidur memikirkan semua yang terjadi pada malam sebelumnya. Segera, mungkin akan ada perang seperti yang pernah dia masuki di sepanjang hidupnya—di mana nyawa manusia tidak berharga sama sekali di dalamnya. Untuk kali ini, Xiao Lang tidak melawan pria sembarangan, dia melawan Lu Zhong; orang yang dahulu sangat dia percayai selama melawan Kerajaan Chen. Tidak diragukan lagi Lu Zhong sangat berhati-hati menghadapi mereka seperti halnya mereka terhadapnya. Xiao Lang belum pernah mengacungkan pedang pada orang yang ia percayai, atau dalam kasus ini disebut pernah ia percayai. Di dunia pejuang, Xiao Lang tahu ada satu pantangan yang sangat sulit untuk dihadapi, yakni ketika diharuskan mengacungkan pedang pada sesama pejuang. Bisa dikatakan itu adalah mimpi buruk terbesar para pejuang.   Mei Ling bergeser di samping Xiao Lang dan menguap. Dia melihatnya membuka mata sebelum turun dari tempat tidur. Tatapan waspada wanita itu tertuju pada punggung telanjangnya dan dia tahu ada pikiran di benaknya yang akan segera ia suarakan. Apakah Mei Ling berpikir untuk meminta satu malam lagi? Malam ini, adalah malam terakhir yang Xiao Lang janjikan padanya. Walaupun keahliannya di tempat tidur terasa memuaskan, Xiao Lang tidak termotivasi lagi untuk bersamanya. Bukan karena Mei Ling tidak melahirkan seorang anak—Xiao Lang menerima bahwa mungkin dirinya memiliki andil dalam masalah itu karena seluruh kekejaman yang pernah dilakukannya atas nama mendiang Huangdi Zhao Yun dan dirinya sendiri. Singkatnya, hukuman dari surga. Kurangnya motivasi Xiao Lang berasal dari selir Jepangnya yang telah bercokol dalam benaknya selama berhari-hari. Dia tidak menginginkan pendampingan selain dari gadis itu. Dia selalu berpikir untuk menyentuhnya, merasakan kulit polos lembutnya di bawah ujung jarinya. Berbahaya bagi jiwa pria untuk memikirkan wanita sesering dan sejauh ini—bahkan jika wanita itu adalah miliknya. Untuk mencegah dirinya dari kemungkinan melanggar janjinya pada Sakura, mungkin dia akan mengizinkan satu malam lagi pada Mei Ling. "Apa?” tanya Xiao Lang, berhubung Mei Ling tidak kunjung menyuarakan pemikirannya. Mei Ling duduk rapat pada lututnya. “Bisakah aku meminta sesuatu darimu?” Xiao Lang mencari buku untuk dibaca dari koleksinya di meja. “Ya.”  "Sebagai Istri Pertama, sampai sekarang aku masih menduduki posisi itu,” Mei Ling memulai, hampir terengah-engah oleh rasa gugup. “Aku berharap kau menyingkirkan gadis itu.” "Gadis apa?” Xiao Lang membuka sebuah buku puisi ke halaman acak. "Gadis Jepang.” Xiao Lang berhenti di tengah membalik halaman, menoleh. Dia menatap lurus ke mata Mei Ling. “Ying Hua tetap tinggal di sini.” "Kenapa—?" "Tahan kecemburuanmu, Mei Ling," tegur Xiao Lang memperingatkan.   "Aku tidak cemburu!" sanggah Mei Ling. "Tapi dia orang Jepang. Bagaimana bisa kau bersama seseorang yang orang Jepang? Dan dia adalah seorang petani—” Sorot intoleransi di wajah Xiao Lang mengunci bibir Mei Ling. "Ying Hua adalah orang baru di sini,” ujarnya pada wanita itu. “Sebagai Istri Pertama, kau harus menjaganya. Menuntun dan mengajarinya. Bukan mengajukan permintaan konyol kepadaku.” "Jika aku telah diceraikan,” bibir Mei Ling bergetar. "Kau akan menempatkannya di posisiku? Karena para selir Fei dan Pin masih belum beranak.” "Ada banyak wanita bangsawan yang bisa menggantikanmu,” tukas Xiao Lang selagi membaca sekilas buku puisi di tangannya. “Tradisi kerajaan tidak akan menerimanya menjadi Istri Pertama.” "Kau… pernah mempertimbangkannya?” tanya Mei Ling, bergidik. Xiao Lang memilih buku taktik militer lalu kembali ke tempat tidur. "Akan selalu ada wanita lain, Mei Ling," pungkas Xiao Lang, bersandar di bantal dengan buku terbuka. “Terimalah kenyataan dengan baik. Aku tidak pernah memintamu, Shu Wan, Hu Tao, Jia Li, Fang Hua, Shi An dan Ying Hua tetapi aku menerima tanggung jawab atas kalian semua.” *** Saat menyusuri aula pada siang hari ini, percakapannya dengan Mei Ling masih berputar di benaknya, Xiao Lang berpapasan dengan Kepala Pengawas dari harem kerajaan, Yukito. Pria itu sedang mendelegasikan tugas kepada tiga dayang wanita. Ketika wanita-wanita itu melihat Xiao Lang, mereka segera berlutut dan bersujud. "Huangdi!" Yukito menyapa, membungkuk dalam. Xiao Lang untuk membalas sapaan. Dia memiliki perasaan aneh bahwa Yukito terlihat hampir membeku saat melihatnya, dia pasti hanya salah lihat. Yukito selesai berbicara kepada dayang dan menyuruh mereka pergi. "Kita memiliki malam yang sangat penting sebelumnya,” tutur Yukito. “Tetapi sekarang matahari bersinar begitu cemerlang, dan hari tampak begitu damai. Ini memang hari yang cocok untuk menikmati cuaca di luar ruangan.” "Aku akan berlatih beberapa jam lagi. Bergabunglah denganku.” "Entah berapa hari lagi kita bisa menjalani hari-hari seperti ini,” resah Yukito saat mereka melangkah ke luar. “Apakah Anda lebih memilih untuk tidak menikmatinya dengan selalu bersikap waspada pada semua orang di sekitar?”  Xiao Lang cenderung membiarkan dirinya terbawa suasana setiap kali bersama Yukito dari waktu ke waktu. Sejauh yang dia bisa ingat, dirinya dan Yukito sangat dekat. Mereka memiliki pertemanan yang stabil karena perbedaan kepribadian. Bahkan Yukito sering mendapatkan hukuman dari mendiang Huangdi karena interaksi kelewatan akurnya dengan Xiao Lang. Menurut Xiao Lang, hukumannya tidak begitu buruk. Tidak salah lagi, ayahnya juga memiliki titik lemah pada Yukito. Saat ini, si Kepala Pengawas itu sedang meyakinkan Xiao Lang untuk membawa keluarganya ke luar ruangan. "Istri-istri Anda akan menyukainya,” pungkas Yukito. "Jika ingatan saya benar, kalian belum pernah sekali pun berkumpul secara privasi. Keluarga itu penting. Itu adalah dasar dari segala hal.” "Kami berkumpul di jamuan makan sebelumnya.” "Hanya karena kewajiban Anda mengikuti tradisi,” sanggah Yukito penuh arti. “Mohon pertimbangkan untuk meluangkan waktu guna menjaga hubungan kekeluargaan Anda pada satu sama lain.” Xiao Lang harus mengakui bahwa itu ide yang bagus. Setengah jam kemudian, dia menyadari dirinya berada di salah satu Taman Kekaisaran yang lebih kecil, menunggu para wanitanya dan Yukito. Melawan keinginan Yukito, Xiao Lang berlatih wushu selagi menunggu. Dia menyukai sensasi mengontrol tubuhnya seiring energi tenang mengalir melalui nadinya. Tidak ada lagi yang lebih penting saat dia berlatih. Dunia terasa berjalan sesuai keinginannya. Angin bergerak sesuai arah dorongannya, pepohonan melambai-lambai menirukan gerakannya, dan alam menyenandungkan musik untuknya. Mendadak, Xiao Lang berhenti. Dia merasakan aura kehadiran lebih dari delapan orang. Yukito, si tuan rumah dalam acara, muncul pertama bersama Mei Ling dan para selir Fei. Sakura, Tomoyo, istri Lu Hu, dan para dayang mengikuti di belakang. Datang paling terakhir adalah seorang pria yang sangat Xiao Lang kenali dan disukai olehnya. "Huangdi!" panggil Tohma. "Sudah lama sekali Anda tidak mengunjungi istal.” "Bagaimana kabar teman lamaku?” tanya Xiao Lang dengan penuh minat. "Kuda paling tampan di dunia seperti biasa,” jawab Tohma sambil membungkuk. “Masalahnya, kupikir dia tahu sekarang. Kau harus melihat cara dia pamer setiap kali aku merawatnya! Benar-benar sombong!” Xiao Lang mengangguk bangga. Dia lega Yukito tidak membawa seisi istana. Pria itu terlalu baik sepanjang waktu. Bagaimanapun, rahang Xiao Lang mengeras saat melihat orang terakhir yang datang. Wanita itu harus selalu membuat kehadirannya menjadi pertunjukkan paling mencolok. Ruqunnya yang rumit namun sederhana itu menyapu jalan dengan begitu anggun sejauh beberapa meter di belakangnya selagi melangkah.   "Xiao Lang," ia menyapa. "Kau seharusnya tidak terlihat begitu cemas saat melihat ibumu.” Xiao Lang tidak memberi tanggapan, tapi ia tetap mengawasinya. Cara wanita itu mengawasinya setiap kali mereka bertemu itu membuatnya kesal. Apa yang ia inginkan? Rombongan itu duduk melingkari meja lingkaran rendah yang telah disiapkan di taman. Pelayan membawakan beragam varian makanan, meletakkannya di meja. Sakura, yang duduk bersama Tomoyo dan para saudari istrinya, dengan senang hati melahap pangsit isi. Itu adalah makanan favorit Xiao Lang, jadi dia senang melihat gadis itu menikmatinya. Xiao Lang tidak makan. Sebaliknya, dia dan Yukito mendengarkan beberapa kisah baru yang Tohma bawakan. Jika tidak mengetahui fakta bahwa Tohma adalah pendongeng yang handal, Xiao Lang mungkin akan memercayai setiap kata yang keluar dari mulutnya. Pria itu memang sangat meyakinkan. Xiao Lang melirik para wanita. Mereka—kecuali Mei Ling, para selir Fei, Shi An dan Ibu Suri—sedang bermain bersama Cerberus, atau yang Sakura lebih suka memanggilnya dengan nama Kero-chan. Shu Wan, Mei Ling, Jia Li dan Fang Hua bercakap dengan Ye Lan yang selalu memerhatikan Sakura. Apa yang beliau lakukan? Xiao Lang tidak pernah memercayainya. Ayahnya selalu memperingatkannya tentang wanita sepertinya—wanita yang ingin menyamakan diri dengan pria. Sakura tertawa terbahak-bahak, sukses menarik perhatian Xiao Lang. Ia senang, dan Xiao Lang puas bahwa dirinya memiliki andil untuk membuatnya seperti itu. Sakura, yang saat ini memiliki pipi sangat merah, terus menatap ke arah Xiao Lang dan itu membuatnya senang. Setelah Tohma menyelesaikan kisahnya, Yukito bangkit sebelum ia bersiap memulai kisah yang lain. Kepala Pengawas itu bergabung bersama para wanita untuk mengejek harimau emas kecil yang belum bisa mengaum dengan gagah. Xiao Lang mengerutkan kening, Sakura tidak menatapnya lagi. Gadis itu berbicara lebih banyak dan riang kepada satu sama lain. Tiba-tiba, Sakura terlonjak kaget. Dia mengatakan sesuatu kepada Tomoyo sambil memegang tangannya. Menariknya untuk kembali berdiri, Sakura berputar riang bersama selir Eriol. Angin sepoi-sepoi bertiup melalui rambut cokelat terang panjangnya yang berkilau. Benang emas yang menghiasi pakaiannya berkilau di bawah sinar matahari. Meninggalkan Tohma di tengah-tengah kisahnya, Xiao Lang melangkah menuju Sakura yang sekarang sedang berputar sendiri, menarikan satu tarian yang tidak Xiao Lang kenali. Tomoyo telah jatuh ke tanah karena pusing, namun ia tertawa. Xiao Lang mengulurkan tangan, menangkap pinggang Sakura, menghentikan putaran tariannya. Punggung gadis itu bertabrakan dengan tubuh bidang Xiao Lang. "Apa alasanmu melakukan ini?” tanya Xiao Lang. Sakura tersenyum, mata hijaunya dihiasi oleh binar kegembiraan seiring pipinya semakin merah. "Saya suka berada di luar,” tutur Sakura. “Dahulu, saya sering bermain dengan anak-anak desa di sekitar Okiya. Saya merasa bebas seperti burung. Saya tidak keberatan menjadi seekor buruk karena saya bisa terbang kemana pun saya suka, kapanpun itu.” Mata hijau Sakura menatap langit penuh kerinduan. Xiao Lang memutar tubuh gadis itu lalu menggenggam pergelangan kanannya begitu erat. “Aku tidak bisa membawamu terbang. Tapi, aku bisa menunjukkan sensasi yang persis, maukah kau mencobanya?” tanyanya sambil menyentuh pipi Sakura. Sakura mengerjap pelan, sedikit tertegun dan bingung. “Ya….” Tanpa aba-aba, Xiao Lang mulai berlari tanpa melepaskan pergelangan Sakura. Secara otomatis, gadis itu berusaha mengikuti temponya sebaik mungkin. Mereka berlari menjauhi area acara, entah menuju ke mana. Melewati setapak jalanan bebatuan, jembatan batu, pepohonan tinggi yang rindang, dan kolam-kolam ikan, angin berhembus menerpa mereka di bawah langit cerah matahari. Sakura terperangah, sensasi bebas dari larian mereka terasa persis seperti kenangan masa kecilnya berlarian di padang rumput, dan itu tidak jauh berbeda dari khayalannya pada saat itu—terbang mengarungi langit bagai burung. Seiring tubuh mereka berlari mengarungi Taman Kekaisaran, sensasi bebas itu semakin memeluk Sakura. Dia terengah-engah, namun tak merasa kelelahan karena staminanya tidak selemah perempuan bangsawan pada umumnya, justru semakin bersemangat untuk berlari. "Huangdi!" seru Sakura riang membuat Xiao Lang bernapas lega karena keputusannya tepat untuk mengajaknya berlarian. "Ini terasa sama seperti kenangan masa kecil saya! Berlari… bebas di padang rumput! Bebas!”   "Jika aku tahu ini akan membuatmu senang. Aku akan melakukannya sejak awal!” "Sungguh?!” Xiao Lang menoleh ke belakang, menyunggingkan senyuman sangat tipis yang membuat Sakura membelalak. Xiao Lang kembali menoleh ke depan sambil mengeratkan cengkeramannya pada Sakura.   "Huangdi!” “Apa?” "Anda tampak berbeda! Saat tersenyum, maksud saya!” Xiao Lang tampak lebih muda dan matanya menyorotkan kelembutan saat mereka berkontak mata selama sekian detik yang singkat tersebut. Sakura merasakan jantungnya berderu semakin kencang dalam dadanya. Kenangan dari sekian malam yang dia miliki bersama Xiao Lang berputar dalam kepalanya. Bibir pria itu di dadanya dan area-area lainnya diiringi kelembutan serta kesabaran…, apakah mungkin Sakura telah jatuh hati kepada sang Huangdi? Dia berpikir begitu karena dirinya merasa aman dalam rengkuhannya, dan dia tahu pria itu tidak akan pernah membiarkannya terjatuh dalam lari mereka. Ketika akhirnya mereka berhenti berlari, Sakura terengah-engah sembari mengamati sekitarnya. Hanya ada pepohonan dan kolam kecil. "Di mana kita?” tanya Sakura. Dia hendak bertanya lagi karena Xiao Lang tak kunjung menjawab, namun niat itu terhalang oleh ciuman dadakan yang ditanamkan oleh Xiao Lang di lehernya. "Aku sudah lama tidak menyentuhmu,” ujar Xiao Lang bernada rendah karena napasnya cukup terengah seraya menyusuri rahang Sakura dengan jarinya. Xiao Lang mencengkeram bahu Sakura lalu membungkuk untuk menciumnya. Bibirnya berada tepat di atas bibir mungil gadis itu, berjarak tidak lebih dari tujuh inci, menunggunya untuk menerimanya. Ini pasti karena bagaimana cara Xiao Lang menyentuh tubuhnya terakhir kali, kini tubuhnya merasa merindukannya sekarang. Dengan malu-malu, Sakura mencondongkan tubuh ke depan untuk bertemu dengan bibir Xiao Lang. Saat bibir mereka bertemu, Sakura luluh ke dalam kehangatan rengkuhan Xiao Lang. Tangan pria itu membelai punggungnya, lalu bergerak ke atas untuk membelai helaian rambut panjangnya. Xiao Lang merengkuh erat, napasnya dan Sakura keluar dengan cepat, meletup-letup di sela pagutan bibir. Perutnya yang bergetar membuat Sakura merasa seolah-olah kembali terbang di langit. Xiao Lang menyentuh rahang Sakura, tanpa hambatan membuka mulut gadis itu. Mata hijau Sakura membelalak sejenak ketika merasakan lidah Xiao Lang menyelinap ke dalam mulutnya. Tangan Sakura memegang pakaian Xiao Lang cukup erat, berharap tubuhnya tetap tegak. Mereka tersandung ke pohon, membuat ciuman itu berakhir. Sakura tetap diam, kecuali dadanya yang bergerak naik-turun saat mata hijaunya menatap mata cokelat madu Xiao Lang yang menggelap karena hasrat. Tersipu, Sakura berputar ke belakang, keningnya menempel pada batang pohon, bibir bawahnya digigit oleh gigi depannya. Sakura sangat menikmati ciuman itu, tapi bagaimana bisa? Dia telah memiliki perasaan kepada Yukito. Tapi pria itu tidak berada di sini, Huangdi-lah yang mengisi posisi itu. Dan Sakura merasakan sesuatu untuknya sekarang. Xiao Lang datang di belakang Sakura, panggulnya bersentuhan dengan gadis itu. Bersandar padanya, Xiao Lang mengerang di lekuk lehernya, getaran langsung menggelitik kulit Sakura. Panas yang keluar dari tubuh pria itu serta kekokohan otot-otot tubuhnya membuat Sakura terkesiap. Kakinya mulai goyah ketika Xiao Lang menyentuh pinggangnya dan menanamkan sebuah ciuman di lehernya. "Huang… di….” "Panggil aku dengan namaku,” perintah Xiao Lang di telinga Sakura. “Saya pikir… saya… tidak boleh?” "Xiao Lang," pungkas Xiao. "Ucapkan." Sakura memutar lehernya ke belakang untuk menatap sang kaisar. "Xiao Lang...." Itu lebih terdengar seperti desahan, karena di saat yang bersamaan Xiao Lang mencium tepi rahang Sakura selagi tangannya menyelinap ke dalam ruqunnya, meremas dadanya. "Lagi," perintahnya. "Xiao Lang…." Xiao Lang bergumul dengan pakaian Sakura, berjuang untuk mengekspos dadanya kepadanya, panggulnya masih bergesekkan dengan p****t bulatnya. Sakura mendesah lembut, matanya memejam, membiarkan sensasi menyenangkan menyelimutinya. Xiao Lang menarik tangannya menjauh dari p****g Sakura yang telah dia godai oleh ibu jarinya. Dia memutar tubuh gadis itu ke hadapannya lalu menangkap bibirnya ke dalam ciuman yang berapi-api. Mencengkeram lengan Xiao Lang, Sakura merintih ke dalam mulut pria itu. Xiao Lang masih menggesekkan panggulnya ke tubuh Sakura, dan ketika dia menggeser sudutnya, gadis itu merasakan sesuatu yang keras menekannya. Sang kaisar kembali mencoba membuka ruqun Sakura hingga dia berhasil menarik lengan pakaiannya turun dari bahunya. Sakura hampir tidak punya waktu untuk merasakan udara sejuk menerpa payudaranya, karena bibir Xiao Lang segera bergumul di sana, lidahnya bersemangat menjilatinya. Lutut Sakura lemas saat Xiao Lang mengalihkan perhatiannya di kedua gundukan lembut tersebut; ia membiarkan gadis itu tenggelam di rerumputan, turun mengikutinya tanpa melepaskan kontak dengan gundukan lembutnya. Mengurung tubuh Sakura, Xiao Lang menyatukan bibir mereka kembali seraya lebih gigih menggesekkan panggulnya. Sakura tahu objek keras yang ia rasakan adalah bagian intim dari pria itu. Pendidikan seksual yang dia terima di Okiya telah menjelaskan mengapa dan bagaimana sewaktu-waktu keintiman pria mengeras. Sakura mengingatnya dengan jelas. Dedaunan di atas pohon tampak menyatu. Suara cuitan burung terdengar semakin jauh. Hanya ada sensasi panas yang luar biasa yang mulai bergumul di dalam diri Sakura. Dan tubuhnya meliuk membalas Xiao Lang tanpa seizinnya. Sakura ingin menangis, tapi itu semua terasa begitu nikmat, sangat menstimulasi. Bagian di pangkal antara kakinya terasa lembab, dan Sakura menyadari kedua kakinya terbuka lebih lebar untuk mengakomodasi kehadiran Xiao Lang di sana. Di detik ketika Xiao Lang mulai melepas pakaiannya itulah yang membuat Sakura mulai tidak nyaman. “Huangdi…?” Pria itu tampak tidak mendengarkannya. Dia mengikat ujung ruqun Sakura di pinggang gadis itu. Sakura ditarik ke atas lalu didudukkan di pahanya Xiao Lang. "Tunggu—Huangdi!” Alis Xiao Lang berkerut dalam kebingungan, bibirnya menipis. Tangannya membelai d**a Sakura selagi membaringkannya ke tanah rerumputan. Kemudian, memosisikan diri tepat di depan pangkal antara kaki gadis itu. "Xiao Lang!" teriak Sakura, tangannya mendorong d**a pria itu, kepalanya menoleh ke arah lain saat pria itu mencoba menciumnya. “Tolong hentikan!” Dalam sekejap, Xiao Lang diam. Perlahan, Xiao Lang menarik diri dari atas Sakura. Sakura bangkit berdiri dengan gemetar sambil merapikan pakaiannya. Xiao Lang merapikan pakaiannya, menarik napas dalam-dalam dan cukup berisik. Ia menyisir rambutnya dan melihat ke kejauhan. "Kupikir, aku sabar. Bagaimanapun, aku merasa sulit untuk tidak—” Xiao Lang hendak menyentuh Sakura, tetapi berubah pikiran, dia bersedekap. "Apakah kau tidak menikmatinya?" "Bukan begitu.” "Lalu kenapa kau menghentikanku?” Sakura hampir tidak percaya bahwa pria yang sedang bertanya seperti anak kecil yang merajuk ini adalah seorang kaisar menakutkan yang dia kenal selama ini. "Saya merasa takut dan bingung.” "Membingungkan apa?” Sakura tidak menjawab walau dia tahu dia harus melakukannya. Bagaimana mungkin dia menjelaskan bahwa hatinya tercabik-cabik? Dia tidak berani menyebutkan perasaan yang dia miliki kepada Yukito. "Lain kali kalau begitu,” pungkas Xiao Lang mengejutkan Sakura. Xiao Lang melangkah menjauh, seluruh tubuhnya diguncang oleh rasa kecewa. Sakura mengikutinya, mendadak mendapatkan keinginan untuk menggenggam tangan sang kaisar. Memberitahunya bahwa dirinya merasa menyesal karena tidak ingin berhubungan intim seperti itu. Meski begitu, menciumnya terasa menyenangkan dan ia adalah satu-satunya suaminya. Mungkin, Sakura bisa menerimanya. Dia ragu para pangeran akan melakukan hal yang sama seperti kaisar, berhenti saat wanitanya memintanya. Dahulu, Sakura pernah berurusan dengan salah satu pria tua yang harus dia layani, secara mengejutkan mendadak ingin b********h dengannya. Pria tua pun pasti tidak akan berhenti bahkan jika Sakura menjerit mengemis untuk berhenti. Melakukan keintiman itu penting untuk kaisar. Mungkin bagi Sakura juga, sesuai yang pernah pria itu isyaratkan, Sakura akan memberinya seorang anak laki-laki. Bagaimanapun, gadis itu tidak ingin sepenuhnya menguji niat baik Xiao Lang lebih jauh lagi. Sakura mengulurkan tangan meraih tangan Xiao Lang, memintanya berhenti melangkah. "Di lain waktu, saya… saya akan melakukan apa pun yang Anda ingin saya lakukan.” "Aku tidak akan menghukummu,” tutur Xiao Lang menenangkan Sakura. "Tetapi saya menolak kehendak Anda. Seorang Huangdi.” Jemari Xiao Lang menyentuh dagu Sakura lalu memberikan senyuman kecil yang menyiratkan pengertian. "Aku seorang Huangdi yang lebih memilih perdamaian daripada pertengkaran.” Sakura membalas senyumannya. “Terima kasih, Huang—” "Sudah kubilang untuk memanggilku Xiao Lang. Itu namaku, dan kau wanitaku.” Sakura mengangguk. “Itu bermakna… serigala kecil, bukan?” "Ya." "Itu cocok untuk Anda, Xiao Lang.” Sakura dapat bersumpah dia melihat segaris gurat merah muda di pipi Xiao Lang, akan tetapi pria itu segera melangkah menjauh, sehingga dia tidak bisa meyakini penemuannnya. Tidak begitu lama, Xiao Lang dan Sakura kembali ke keluarga dan teman-teman mereka. Pertemuan kecil itu berjalan lancar tanpa mereka berkat Tohma dan Yukito. "Para wanita telah berada di luar terlalu lama,” pungkas Xiao Lang. Tanpa pernyataan atau instruksi lebih lanjut, para pelayan membantu semua orang untuk berdiri. Jantung Sakura mencelos. "Kami harus kembali sekarang?” Xiao Lang menatap selir favoritnya, sikap tabahnya memudar. "Jika kau ingin, kau bisa tetap berada di sini sampai waktu sore habis. Dayangmu dan Yukito akan mengantarkanmu kembali ke kamarmu.”   Sakura menatap pada Yukito, tetapi pria itu menatap Xiao Lang. Lantas Sakura memeluk Tomoyo sebagai salam perpisahan. Secara mengejutkan, sang Ibu Suri, Li Ye Lan, mendekatinya setelah Xiao Lang pergi. Bibirnya semerah darah, matanya segelap batu bara, dan rambut panjangnya yang telah memutih berkilau diterpa sinar matahari, menyapu sampai ke tanah. Ye Lan mengamati Sakura dengan hati-hati, sosoknya yang jangkung dan berpakaian mewah menimpa Sakura dengan kesan intimidatif. "Aku ingin bertemu denganmu untuk beberapa lama,” ujar Ye Lan dalam bahasa Jepang. TO BE CONTINUED
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD