Eriol menimang putra pertamanya, Han, di pangkuannya dan putra keduanya di lengannya. Dia masih memikirkan nama yang cocok untuk putra keduanya. Rambut hitam kelam bayi itu masih semencolok pertama kali Eriol menimangnya. Eriol menatapnya dengan penuh kasih sayang. Putra keduanya sepatuh Han, begitu tenang. Istri, selir resmi dan selir Eriol duduk di sekitar pria itu. Empat anak-anak Eriol lainnya juga hadir. Bayi itu adalah putra dari Istri Pertama, jadi Eriol menganggapnya sebagai putra kedua yang sesungguhnya.
"Jika seseorang bertanya, namanya Xiao Lang.”
Sentakan terkejut langsung terjadi. Para wanita dan anak-anak menatap satu sama lain.
"Sayang!" seru Kaho, menegur.
Eriol mendengus jahil. “Biarkan aku bersenang-senang sebentar.”
"Tetapi, dia harus dinamai,” ujar Tomoyo.
Eriol menghela napas. "Jika kamu bersikeras. Nianzu kalau begitu. Untuk menghormati leluhurku.” Dia memberikan Nianzu kepada Kaho. "Aku masih berpikir Xiao Lang Kedua adalah nama yang sempurna. Itu akan menjadi hadiah ulang tahun yang bagus.”
"Hadiah ulang tahun?"
"Ya, Tomoyo," tandas Eriol. "Ulang tahun Xiao Lang akan tiba dua hari lagi dari sekarang. Tahun ini, Ibu Suri merencanakan pesta kejutan. Dia akan berusia 26 tahun.”
"Bolehkah saya—"
"Mengunjungi selir Jepangnya untuk mendesaknya menemukan hadiah yang cocok?"
Tomoyo tersenyum pasrah.
"Besok kau boleh pergi."
"Tetapi, dia hanya punya waktu satu hari untuk bersiap,” ujar Tomoyo cemas. “Istri Pertama Mei Ling beserta para selir pasti tidak akan memberitahunya.”
Eriol tersenyum lebar. "Itu akan membuat segalanya lebih menyenangkan.”
***
"Huh?!"
Sakura tidak bisa percaya ulang tahun Xiao Lang adalah hari berikutnya. Ia tidak pernah membicarakannya.
"Tomoyo-chan, aku tidak punya satu pun uang,” ungkap Sakura cemas. “Aku tidak bisa mendapatkan apa pun untuknya.”
"Tenanglah, Sakura-chan. Bahkan jika Anda memiliki uang, tidak ada yang bisa Anda beli untuk beliau yang dapat menandingi apa pun yang akan diberikan Ibu Suri kepada beliau.”
Sakura jadi agak santai. Tomoyo benar. Namun, apa yang bisa dia dapatkan untuknya?
"Beliau berbicara dengan Anda, benar?” tanya Tomoyo.
Sakura mengangguk, tidak yakin ke mana arah tujuan pertanyaan Tomoyo.
"Kalau begitu, Anda mengenal beliau. Berpikir. Apa yang beliau sukai?”
"Huangdi pernah berkata bunga favoritnya adalah peony. Dan Huangdi berkata sekali bahwa makanan favoritnya adalah dim sum. Tapi, bagaimana itu dapat membantuku?”
"Anda dapat memberikan sesuatu yang unik kepada beliau. Sesuatu yang tidak dapat diberikan oleh siapa pun selain Anda. Jika Anda memiliki waktu, mungkin Anda dapat menjahit sesuatu untuk beliau.”
Kedua perempuan itu menghabiskan sisa hari dengan memikirkan ide hadiah untuk Xiao Lang. Mereka berbaring di ranjang Sakura dalam posisi saling berlawanan dengan kepala saling bersebelahan, mata menatap langit-langit. Tiba-tiba, Sakura duduk, jantungnya berdebar.
"Aku tahu apa yang dapat kuberikan untuk Huangdi!”
Tomoyo ikut duduk. “Saya akan membantu Anda apa pun ide itu, Sakura-chan.”
"Terima kasih, Tomoyo-chan,” Sakura tersenyum. “Aku akan memerlukan beberapa bantuan.”
Keesokan harinya, Tomoyo tiba di kamar Sakura dengan ruqun cantik yang selesai dijahit beberapa hari sebelumnya.
"Saya sangat senang bahwa sebenarnya ada kesempatan bagi Anda untuk mengenakan ini, Sakura-chan,” seru Tomoyo gemas. “Kita harus bergegas. Ibu Suri akan memanggil wanita Huangdi dalam waktu dekat.”
"Kenapa?” tanya Sakura.
Mendekatkan bibirnya dengan telinga Sakura, Tomoyo berbisik. “Suami saya dan Ibu Suri menyiapkan pesta rahasia untuk Huangdi. Dia akan mengirim seorang pelayan untuk memberitahu yang lain, satu jam sebelum dimulai. Tetapi, saya memberitahu Anda sekarang karena Anda harus menjadi bintang malam yang bersinar. Mari kita mulai!”
Tomoyo meminta s**u dan kelopak mawar untuk dicampurkan ke bak mandi Sakura. Kemudian, ia menyuruh para pelayan mengecat kuku Sakura dengan warna merah dan menghiasi jari-jari lentiknya dengan cincin emas panjang berbentuk seperti cakar. Sakura menggoyangkan jemarinya, merasa seperti burung pemangsa yang aneh karena dia tidak bisa melihat ujung jarinya lagi, berganti menjadi cakar-cakar emas. Sebagai mantan geisha, dia tahu perhiasan semacam ini. Namun tidak pernah menyangka akan memiliki kesempatan untuk mengenakannya, sebab perhiasan tersebut begitu mahal.
Beralih ke rambut, Tomoyo membelah rambut Sakura di tengah lalu membuat dua sanggul kecil di kedua sisi kepalanya. Ia menghiasi sanggul dengan beragam permata yang ia bawa dari koleksinya sendiri. Ia menyisir poni Sakura sampai seringan bulu. Kemudian, menyikat alis Sakura agar rapi dan tegas.
Ruqun yang Tomoyo kenakan pada Sakura berwarna merah tua dan biru tua, dengan kerah emas dan banyak pola rumit kecil yang disulam ke seluruh pakaian. Di kaki Sakura terpasang sepatu biru tua yang dihiasi oleh desain bunga putih kecil di ujungnya.
Tomoyo mengangsurkan kaca tangan kepada Sakura, dan spontan gadis itu terkesiap. “Aku tampak cantik.”
"Benar sekali,” tandas Tomoyo, merasa puas terhadap hasil kerjanya.
"Tapi, Tomoyo-chan," tatapan Sakura turun ke dadanya, “kau lupa pakaian dalam berkerahku.”
Tanpa lapisan pakaian itu, bagian d**a Sakura yang membuncit terekspos secara provokatif.
"Ini adalah mode terbaru. Para wanita di harem melakukan ini sekarang.”
"Lalu, mengapa kau tidak mengenakannya?”
Sakura menatap ruqun Tomoyo. Tomoyo tersipu.
"Seseorang seimut Sakura-chan perlu mengenakannya agar tren ini semakin populer.”
"Kau yakin?" tanya Sakura ragu-ragu. “Bagaimana jika Huangdi marah?”
"Tidak akan,” tukas Tomoyo tanpa basa-basi. “Tidak setelah beliau melihat Istri Pertama dan selir lainnya berpakaian sama seperti Anda. Apa yang cukup baik untuk wanita Huangdi maka cukup baik untuk semua.”
Setelah Tomoyo selesai menjepit rambutnya di atas kepala dengan gaya klasik dan mengenakan ruqun birunya, seorang kasim datang untuk memanggil mereka.
Mei Ling dan para selir bergegas mencari sesuatu untuk dipakai, sementara Sakura dan Tomoyo duduk di ruang bercengkerama, tenang dan tidak kebingungan. Mei Ling memelototi mereka, mayoritas kepada Sakura. Ketika tatapan Istri Pertama telah melewati d**a Sakura yang terbuka, ia bergeser kasar di sofa. Mei Ling belum pernah mengenakan pakaian ciptaan Tomoyo sebelumnya. Lantas, ia menggelengkan kepala dengan ketus sebelum kemudian bergegas ke kamarnya.
"Kenapa kamu tidak mengingatkan mereka tentang pesta rahasia?” tanya Sakura.
"Mereka tidak memberitahu Anda terkait ulang tahun Huangdi. Seseorang harus memperlakukan orang lain dengan baik jika ingin diperlakukan sama.”
Sakura tersenyum. “Terima kasih. Tapi, dengan begini, dia akan menjadi mengerikan selama sisa minggu ini.”
"Huangdi berkata Anda adalah favoritnya,” tegur Tomoyo. “Baik dia maupun selir-selir lainnya tidak dapat menyentuh Anda. Mengeluh pada Huangdi jika Anda perlu dan beliau akan menyelesaikan perilaku mereka.”
Setelah Mei Ling dan para selir selesai berdandan, mereka semua pergi ke salah satu Aula Utama. Banyak pelayan berlari bolak-balik, tetapi mereka melakukannya sepelan mungkin. Pejabat, bangsawan, istri, selir resmi, selir, musisi, dan penari hadir dan berbicara dengan nada pelan.
Ibu Suri, Putra Kekaisaran Agung dan anggota keluarga kerajaan lainnya masuk paling terakhir. Sakura melihat Yukito duduk di seberang Aula, sedang berbicara dengan penuh semangat kepada pria lain. Gadis itu merasakan sengatan pahit sekaligus manis lantas segera mengalihkan pandangan darinya.
Ibu Suri Li Ye Lan mengangkat tangannya untuk meminta perhatian. "Seperti yang kalian ketahui, hari ini adalah ulang tahun ke-26 Xiao Lang. Dan, seperti yang juga kalian ketahui, dia sangatlah sulit untuk dikejutkan.”
Para tamu tertawa lembut.
"Segalanya telah diatur sebaik mungkin,” imbuh sang Ibu Suri. “Yamato akan segera membawanya kepada kita. Untuk sekarang, kita akan tetap tenang namun waspada. Lalu saat dia datang kita menyerukan, “Selamat ulang tahun, Huangdi”.”
Mereka menunggu. Rasanya lama sekali karena tidak ada percakapan. Akan tetapi, ada geli keantusiasan bergumul di Aula. Seolah mendengarkan ketidaksabaran antusiasme mereka, terdengar langkah kaki dari luar. Mereka serempak menoleh ke pintu. Pintu terbuka lebar dan sang kaisar melangkah masuk. Ia berhenti, matanya mengamati gerombolan orang di Aula dengan penuh keheranan.
"Selamat ulang tahun, Huangdi!”
Sebagai isyarat, sebuah gong dibunyikan, para penabuh memukulkan tongkat mereka ke kulit drum dengan tempo yang cepat. Para peraga pria berlari ke tengah Aula yang bebas dan luas seraya mendekatkan ujung tongkat berapi ke mulut mereka lalu menyemburkan api ke udara.
Sakura melihat Xiao Lang sedikit melotot kepada Jenderal Yamato. Tetapi, sang jenderal menghampiri adiknya dengan acuh.
"Huangdi," panggil Ye Lan. “Kemarilah.”
Perayaan telah dimulai. Seluruh musisi memainkan instrumen dan penari memulai peran mereka. Semua orang tertawa, minum, dan bergembira. Xiao Lang menghilang sejenak usai sedikit berbicara dengan Ye Lan. Ia kembali dengan mengenakan hanfu kuning dan emas dengan jubah yang serasi. Ia masih mendelik pada semua orang, tetapi mereka terlalu bergembira untuk menyadarinya. Itu membuatnya semakin mendelik.
Sakura menduga Yamato pasti memberitahu Xiao Lang bahwa ada rapat darurat atau semacamnya di Aula Utama. Kaisar itu terlalu serius untuk membiarkan metode penipuan seperti itu untuk menjadi alasan yang bagus terkait pesta ulang tahun kejutan.
Malamnya, Xiao Lang duduk di singgasana yang lebih rendah untuk mengumpulkan sekian hadiah.
Para bangsawan dan pejabat mempersembahkan berbagai artefak dan permata, baik asing maupun lokal untuk Xiao Lang. Itu adalah proses yang panjang, setiap pria berusaha untuk mengalahkan yang lain dengan menggunakan pidato berbunga-bunga saat ‘mempresentasikan’ hadiahnya. Yukito memberikan nampan besar berisi makanan lezat untuk Xiao Lang. Membuat semua orang tertawa karena itu sangat sesuai ciri khas Yukito. Sakura berekspektasi untuk melihat beberapa raut ekspresi dari sang kaisar, namun kedataran masih terpasang. Bukankah keduanya berteman dekat?
Yamato memberikan sebuah busur yang dibuat sesempurna mungkin dengan nama Xiao Lang terukir di atasnya, dilengkapi pula oleh anak panahnya. Xiao Lang menerimanya dengan anggukan singkat. Meski begitu, Sakura dapat menduga kalau ia senang.
Berikutnya, Hiiragizawa Eriol berdiri di hadapan Xiao Lang.
"Xiao Lang," ujar Eriol memulai. "Sayangnya, kau sudah menerima hadiahku.”
Eriol melambai ke sekeliling ruangan.
"Atas izin Ibu Suri Li, semua ini dipersiapkan untukmu di bawah instruksi khusus dariku. Panjang umur untukmu.”
Para tamu yang hadir meledak dengan sorak-sorai. Sakura berpikir Xiao Lang akan menyerang Eriol kapan saja. Ekspresi di wajahnya cukup brutal. Menurut Sakura, segalanya berjalan indah. Mengapa Xiao Lang tidak menikmatinya?
Para kasim yang menjalankan tugas sigap memanggil tamu-tamu lain.
Tabib Qiao memberikan ramuan langka yang ampuh untuk berbagai penyakit. Tohma memberikan buku dongeng yang ia tulis sendiri—ia adalah satu-satunya pelayan yang diizinkan mendekati kaisar dalam situasi ini. Mei Ling memberikan selembar kaligrafi indah yang telah ia selesaikan. Karyanya dipuji oleh semua orang. Shu Wan menampilkan tarian menggunakan dua kipas kertas; Jia Li memberikan satu potret lukisan Xiao Lang hasil jerih payahnya; Fang Hua memberikan satu setel ruqun berwarna merah dan emas yang merupakan karya dari tangan dinginnya; Hu Tao menampilkan tarian Yangge dan Shi An memberikan ukiran keramik mewah.
Sakura menjadi gugup kala menyadari berikutnya adalah gilirannya.
"Astaga, Tomoyo-chan, aku tidak bisa memberikannya hadiahku sekarang.”
"Anda harus mengatakannya,” sahut Tomoyo. “Ini akan berjalan baik-baik saja.”
"Aku sangat gugup. Semua orang akan melihatnya.”
"Jangan melihat orang lain, fokuslah hanya kepada Huangdi.”
Sakura mengangguk lalu berdiri dengan takut-takut. Mei Ling segera mengangkat alis. Sebelumnya, Sakura bersembunyi di balik wanita-wanita lain, tetapi sekarang semua orang dapat memiliki pandangan kepadanya. Ada keheningan, dan apakah itu hanya imajinasi Sakura, atau memang semua tamu tampak memperhatikannya lebih dari siapa pun yang telah menghadap sang kaisar?
Xiao Lang sedang menyesap secangkir anggur sebelum kemudian genggamannya pada cangkir goyah sesaat setelah Sakura berdiri di hadapannya. Tatapan pria itu beralih dari Eriol ke Tomoyo, lalu kembali ke Sakura—lebih tepatnya, d**a mulusnya yang sangat menonjol akibat dari balik ruqun yang terpasang rendah dan tanpa setelan dalamnya. Mengapa mendiang Huangdi mengizinkan jenis pakaian ini dikenakan oleh wanitanya? Sekarang Sakuranya yang cantik juga memakainya! Selir resmi Eriol jelas merupakan pelaku di balik masalah ini. Xiao Lang harus menasihati pria itu untuk menegur istrinya.
Bagaimanapun, Sakura begitu bersinar dan eksotis. Mata hijaunya berkilauan dengan binar dan rambutnya bersinar cerah. Setiap gerakan kecil kepalanya membuat permata di sana berdenting dan berkilau memantulkan cahaya. Cahaya-cahaya itu pun seolah semakin menyempurnakan kecantikan Sakura, alih-alih merusak dandanannya. Bibirnya kemerahan secara alami, bulu matanya yang panjang menyempurnakan mata bulat besarnya, dan pipinya mengguratkan segaris rona saat dia menunduk malu-malu ke lantai. Sungguh bak dewi. Itu semua hanya semakin memfokuskan arah mata Xiao Lang ke d**a Sakura lagi. Cukup mengerahkan tenaga untuk menjernihkan pikirannya.
"Hadiah apa yang dibawa oleh si cantik ini?” tanya Ye Lan.
Sakura tidak berbicara. Dia tampak membeku ketakutan.
"Tidak ada?” imbuh sang Ibu Suri, terkesan mencemooh.
Xiao Lang ingin mendelik pada ibunya. Beliau dan Eriol yang menginginkan pesta kejutan. Apakah mereka pikir selir Jepangnya akan siap untuk hal itu?
Di tengah ketegangan suasana, Sakura mengatakan sesuatu secara lembut tapi tak dapat didengar oleh Xiao Lang. Lantas, ia menjulurkan tangan kepada gadis itu. Sakura meraihnya lalu berlutut.
"Bolehkah saya memberikan hadiah Anda nanti?” tanya Sakura.
"Boleh.”
Sekarang Xiao Lang menilai tubuh Sakura yang berjarak dekat dengannya. Gadis itu tidak dapat membayangkan betapa inginnya Xiao Lang menghilangkan mata para pria di Aula.
Eriol dan selir sialannya, umpat Xiao Lang.
"Tetap bersamaku,” perintah Xiao Lang sesaat setelah Sakura bangkit berdiri.
Sakura patuh. Dia berdiri di sisi kiri singgasana, menunggu bersama Xiao Lang melalui proses menerima hadiah.
"Tidak bisa berpisah dari selirmu, seperti biasa,” Ye Lan terkekeh. “Lanjutkan persembahan hadiah.”
Saudara-saudari Xiao Lang memberikan hadiahnya. Lalu, Ye Lan mengirimkan seorang pelayan untuk mengantarkan sebuah jian baru kepada Xiao Lang. Ia menghunusnya. Itu tidak baru sama sekali. Faktanya, itu sudah beberapa generasi, tetapi masih dalam bentuk yang sempurna.
Orang terakhir yang mempersembahkan hadiah adalah Putra Kekaisaran Agung, Li Zou Jin.
"Hadiahku," ujar Zou Jin sesaat setelah memberi salam penghormatan. “Adalah delapan belas putri paling cantik dan berpendidikan dari para pejabat.”
Delapan belas gadis dengan riasan identik memasuki Aula Utama dalam gerakan yang kompak seolah memperagakan koreografi tarian. Mereka berdiri di hadapan Xiao Lang sebelum berlutut di lantai untuk bersujud. Xiao Lang merasa, lebih tepatnya melihat, lirikan Sakura padanya. Aura gadis itu kacau. Apakah ia menjadi seperti Mei Ling? Cemburu terhadap setiap wanita yang muncul di jalan Xiao Lang? Xiao Lang tidak tahu apa yang terjadi, tapi adiknya cukup kelewatan kali ini. Sejauh ingatannya, itu adalah aturan lama—sembilan selir setiap malam. Xiao Lang menghela napas.
Akankah keluarganya tidak akan pernah berhenti mengirimkan wanita untuk menghangatkan tempat tidurnya? Tentu Xiao Lang memiliki pilihan untuk menolak. Tetapi setiap pergerakan dan ucapannya di Kota Terlarang tidak bisa dilakukan begitu saja tanpa pertimbangan yang matang. Jika dia menolak hadiah Zou Jin, entah separah apa asumsi dan fitnah yang muncul setelahnya. Disebabkan oleh Zou Jin adalah adik kandungnya yang sementara memegang gelar Putra Kekaisaran Agung. Lalu di tengah rasa pusingnya, Xiao Lang menangkap adegan Zou Jin melempar seringai secara terang-terangan kepada Wei.
Ia mencoba melampaui Wei?
Xiao Lang mencium aroma wangi Sakura. Secara otomatis berkesimpulan mustahil untuk melampaui Wei. Lagipula, Kinomoto Sakura adalah gadis pilihannya sendiri tanpa campur tangan siapa pun secara singkat. Xiao Lang yakin tidak ada wanita yang dapat melampaui Sakura. Nah, biarkan penilaian itu terpendam dalam dirinya demi menjaga keamanan dan keselamatan Sakura di Kota.
"Mengapa dengan ekspresimu, Huangdi?” tanya Ye Lan, memecah keheningan. “Apakah kau tidak menyukai hadiah Zou Jin?”
Secara malas, Xiao Lang kembali mengamati delapan belas gadis belia yang masih bersujud di hadapannya. Secara mental, dia ingin meneriakkkan pembenaran atas pertanyaan Ye Lan. Dia sudah lelah memiliki tujuh istri. Lelah harus bergumul dengan wanita-wanita asing dalam keintiminan akibat dari pernikahan yang dipaksakan seperti ini. Bayangkan jajaran istrinya bertambah sepesat ini dalam waktu satu malam. Xiao Lang sudah dapat membayangkan beban tekanan batinnya.
Xiao Lang hanya berharap Sakura akan selalu menjadi istri terakhir yang dapat benar-benar dia cintai selayaknya pasangan suami-istri pada umumnya.
"Tidak, aku akan menerimanya,” jawab Xiao Lang pada akhirnya, membuat seringai arogan Zou Jin melebar.
Dan, pada detik itu juga, aura kacau Sakura semakin tidak beraturan.
TO BE CONTINUED