bc

My Ex, My Husband

book_age16+
5
FOLLOW
1K
READ
HE
boss
drama
bxg
office/work place
disappearance
affair
like
intro-logo
Blurb

Ketika mantan yang dulu menyakitinya kembali datang, menawarkan cinta yang dulu pernah ia khianati. Jelas Luna menolak, ia sudah tidak ingin menjalin hubungan dengan mantannya tersebut. Namun rupanya, laki-laki itu tak pantang mundur. Kali ini ia ingin mendapatkan Luna kembali, ia ingin menjadikan Luna istri. Mungkinkah Luna mau kembali menyerahkan hatinya?

chap-preview
Free preview
Prolog
Pernah mencoba baik tapi malah disakiti. Pernah mencoba percaya tapi malah dikhianati. Pernah mencoba tulus tapi malah dikecewakan. Dia adalah Laluna Agista Sabela, gadis yang sering disapa Luna dikalangan teman-temannya. Gadis dengan kuncir kuda berwarna moka yang menjadi andalannya. Si pencinta coffee dan warna coklat disegala aktivitasnya. Tak heran bila setiap pagi gadis tersebut selalu membawa botol tumblr yang berisikan coffee tiramisu favoritnya. Dan jangan lupakan sentuhan warna coklat di segala outfit yang gadis itu gunakan. Pemilik coffee shop sejak dua tahun silam, membuat Luna sibuk bekerja dari siang hingga malam. Coffee shop yang ia beri nama "Titik Dua Rasa" menjadi tempat pilihan kawula muda untuk sekedar bercengkrama dengan teman sebayanya. Seperti malam ini, gadis tersebut tampak sibuk menulis pesanan dari para muda-mudi yang datang ke coffee shopnya, "Tar green late nya satu sama iced salted caramel coffeenya satu." ujarnya kepada Tara, yang merupakan sahabatnya sejak sekolah dulu dan sekarang menjadi bartender di coffee shop miliknya. "Iya," sahut Tara, sambil menyiapkan pesanan coffee-coffee yang barusan dipesan. "Eh Lun, lo makan aja dulu biar si Malik gantiin bentar," kata Tara mengingatkan sahabatnya yang ia tau sejak tadi belum sama sekali menelan nasi putih itu. Luna menggeleng, "Nanggung bentar lagi aja deh Tar. Masih rame tuh." "Enggak-enggak, kalau sakit baru tau rasa lo!" ketus Tara. "Mal-Malik!" teriaknya memanggil Malik, yang merupakan bartender sekaligus pelayan di coffe shop milik Luna. "Bentar lagi Tar, astaga! Malik lagi di belakang udah deh bentar lagi," Malik berjalan mendekat ke arah Tara, "Apaan?" sahut Malik. "Gantiin Luna dong, dia belum makan dari siang." "Oh," Malik menatap Luna. "Yaudah Lun lo buruan makan sana." Luna mengangguk pasrah, dan pergi ke belakang. Sebenarnya ia belum lapar, padahal apa yang dikatakan Tara tadi benar. Dirinya belum makan sejak siang tadi. Daripada mendengarkan Tara yang akan terus mengomel panjang kepadanya, mau tak mau Luna harus menghabiskan makanan yang tadi sahabatnya itu beli untuk gadis tersebut. Seperti apa yang sudah Tara perintahkan, akhirnya ia pergi ke belakang. Setelah sekitar sepuluh menit menghabiskan jatah makannya ia kembali ke depan, untuk melanjutkan pekerjaannya. Memang Luna tergolong sangat lamban ketika makan, entah seolah ia menikmati di setiap kunyahannya. Luna tersenyum kala melihat coffee shopnya malam ini dipenuhi oleh banyak remaja laki-laki dan perempuan yang sedang berada di sana. Ada yang datang bersama kekasihnya, ada yang datang bersama teman-temannya, ada juga pelanggan Luna yang hampir tiap hari datang ke coffee shopnya, dia seorang gadis berambut ikal yang selalu datang sendiri ke tempat coffee shop Luna. Diam-diam Luna sering memperhatikan gadis tersebut yang selalu memilih duduk di pojok, padahal coffe shop Luna dibangun lumayan luas tetapi gadis itu memilih untuk duduk di sana. Sepertinya gadis itu memang ingin menyendiri. Tak banyak yang gadis itu lakukan. Terkadang ia hanya membaca novel yang ia bawa, dan terkadang dia juga menulis. Sering kali gadis berambut ikal itu ke coffe shopnya, bahkan hampir setiap hari. Tapi Luna masih belum tau nama gadis tersebut siapa. "Lo liatin siapa Lun?" tanya Tara, yang melihat Luna sedang intens menatap seseorang. "Itu tuh lo liat gadis yang duduk di pojok sana?" jawab Luna. "Yang mana?" Rupanya Tara masih belum melihat gadis tersebut. "Coba lu agak bungkukan dikit, sekarang bisa liat kan?" Tara mengangguk, "Oh gadis itu? Bukannya dia hampir tiap hari ke sini ya?" "Iya, lo tau namanya?" tanya Luna kepo. Entah mengapa dari banyaknya pelanggannya di sini, Luna lebih tertarik kepada gadis tersebut. "Gue tau waktu itu, waktu gadis itu mau bayar terus ada temennya mungkin manggil dia," Tara mencoba mengingat. "Ah siapa ya?" Baru saja Luna hendak bertanya lagi, seseorang laki-laki menghampirinya, "Mbak Lun kayak biasa." ujar laki-laki yang masih menggunakan seragam sekolahnya. "Pulang dulu kali Bim, ganti baju dulu terus nongkrong," cerocos Luna kepada laki-laki yang bernama Bima itu. "Otak gue udah ngebul rasanya mbak, habis les matematika barusan," "Sana langsung bilang ke Kak Tara!" perintah Luna. "Biasa kalau Mbak Luna," gurutu Bima. "Gue ini pembeli setia Titik Dua Rasa lho mbak." "Iya makanya sana bilang sendiri aja," "Kak Tara, pesanan Bima kayak yang biasa yaaa!" teriak Bima. "Diem Bim! Suara lo kenceng banget! Lo nggak malu noh diliatin orang-orang," peringat Luna. Memang pengunjung di sana melihat ke arah Bima saat mendengar laki-laki itu berteriak. "Biarin salah sendiri Mbak Luna nggak mau mesenin," "Iya Bim, gak usah teriak-teriak juga kali," sahut Tara. Bima yang mendengar suara Tara cengengesan. Bima juga termasuk salah satu pengunjung setia Titik Dua Rasa. Biasanya laki-laki itu datang ketika pulang sekolah, biasanya Bima pergi ke coffee shop Luna bersama teman-temannya. Makanya Tara, Malik kenal dengan laki-laki belingsak macam Bima. "Eh Bim-Bim," Luna berjalan ke arah meja Bima. Rupanya perempuan itu masih ingin tau soal gadis yang duduk di pojok itu. "Apa Mbak Luna?" "Gak usah dimanis-manisin gitu, gak cocok!" Bima melirik tak santai, "Gue bercanda Bim aelah." "Apaan Mbak, cepet!" "Kok galakan lo sih?" Laki-laki yang umurnya di bawah Luna 5 tahun itu tertawa. "Gue serius Bim." ujar Luna. Pasalnya antara Luna dan Bima keduanya sama-sama b****k, jadi untuk berbicara serius tampaknya sangat susah. "Lo liat cewek di pojok itu nggak?" tanya Luna. Bima mengikuti arah pandang Luna, "Karina maksud Mbak Luna?" Luna mengedikkan bahu, "Gue nggak tau siapa." "Itu namanya Karina mbak, dia satu sekolah sama aku," Ya tidak usah bertanya kenapa Bima sekarang tidak menggunakan lo-gue karena memang laki-laki itu terlalu labil. Namanya anak muda, Luna sendiri nggak kaget lagi dengan tingkah pola Bima. "Serius?" bisikinya. "Iya mbak," "Kenapa dia sendiri terus Bim?" Kali ini Bima yang mengedikkan bahu, "Gue nggak tau mbak, di sekolah dia juga aneh gitu." "Makanya anak-anak nggak ada yang mau deketin," tambah Bima. Oh, Luna jadi merasa iba melihat gadis yang bernama Karina itu. Luna ingin mencoba mendekati gadis itu nanti. Ia ingin berkenalan dengan Karina, sepertinya ada banyak masalah yang membuat gadis sma tersebut sering menyendiri dan memilih untuk tidak berinteraksi dengan teman sebayanya. Luna jadi ingat dirinya dulu. Ke mana-mana sendiri, apa-apa sendiri. Sampai akhirnya ia berteman dengan Tara di masa akhir sekolahnya. Gara-gara tragedi dompet Luna yang jatuh lalu di temukan Tara. Akhirnya mereka berteman sampai hari ini. "Nih Bim pesenan lo," ujar Tara membuyarkan lamunan Luna. "Terima kasih kakak Tara yang cantik," "Halah modus," hardik Luna, sambil berjalan kembali ke tempat kasir. "Iri bilang bos!" celetuk Bima yang masih Luna dengar. Luna dan Tara duduk berdampingan di bangku kasir. Pekerjaan Tara telah selesai, makanya wanita itu bisa duduk santai bersama Luna. "Gue udah tau nama gadis rambut ikal siapa," kata Luna. "Siapa?" sahut Tara. "Karina," Tara menepuk jidatnya, "Astaga iya Karina!" serunya. "Kata si Bima di sekolah dia juga kek gitu, memilih sendiri. Mungkin anak introvert kali ya," papar Luna. "Mungkin sih, atau mungkin dia lagi ada masalah gitu," tambah Tara. "Asli gue liatnya kasian. Jadi inget gue dulu," Tara menyentil pelan dahi Luna, "Dulu mah dulu, gak usah lo inget-inget lagi ya b**o!" Luna menyengir, "Iya-iya." Entah Tara tidak suka bila Luna membahas dirinya yang dulu. Mungkin sahabatnya itu tak ingin melihat Luna kembali bersedih. "Eh Tar apa kabar ya kak Daffa?" ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.9K
bc

My Secret Little Wife

read
98.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook