bc

The Journey Of Madness Triplets

book_age16+
364
FOLLOW
2.4K
READ
drama
comedy
like
intro-logo
Blurb

Squel All About Feelings

Apakah kalian siap mengocok perut kalian dengan tingkah konyol mereka bertiga? Kalian pasti akan tertawa ngakak. Ga percaya? Coba deh baca cerita si kembar ini.

Hanya menceritakan kisah anak kembar tiga. Mereka bertiga memiliki sifat yang berbeda namun mereka selalu kompak dalam mengerjai seseorang.

Darwin yang dikenal si m***m, Sedangkan Ernest dia dikenal sebagai anak paling polos dan Fredella yang memiliki sifat cuek terhadap orang lain selalu membuat orang penasaran ingin mengenalnya.

Apakah yang akan mereka bertiga lakukan dalam kesehariannya?

Hingga suatu hari semua yang mereka bertiga rahasiakan terbongkar!

chap-preview
Free preview
DEF 1
Tiga orang remaja berdiri di depan gerbang SMA Pelita Harapan Bangsa. Mereka bertiga menatap bangunan sekolahnya yang terlihat cukup besar. "Hey kalian, ngapain berdiri mulu. Mau minta sumbangan apa berdiri gitu cepet masuk sana."perintah seorang senior. "Kalau gue gamau masuk gimana? Lo mau tetep maksa gue? Emangnya lo siapa?" "Eh lo baru juga masuk udah nyolot. Lo ga tau gue ini siapa, kenalin gue Rolando Alvaro Lavoisier Wijaya. Gue ketua osis disini dan gue bisa aja kasih hukuman buat kalian bertiga ya."ucapnya dengan wajah marah. "Kasih aja kali, toh gue ga bakal takut. Dasar sok berkuasa."cibir seorang gadis. "Lo bertiga mau nyari ribut sama gue? Lo bertiga siapa sih."tanya senior itu kesal. Mereka bertiga saling pandang dan tersenyum penuh arti. Mereka bertiga menatap Rolando dengan tatapan sangat tajam dan dingin. Kini tatapan tajam dan dingin dari gadis itu berubah menjadi tatapan merendahkan dan mengejek. "Yakin lo mau tau kita bertiga ini siapa? Yakin ga akan pucet tuh nanti muka lo?" "Paling lo bertiga anak kemarin sore yang baru gede."ucapnya dengan tertawa sinis. "Siapa yang mau kenalan dulu sama dia duhai adikku yang tampan dan cantik?"tanya seorang laki-laki dengan wajah menyebalkan. "Abang duluan aja."ucap mereka berdua kompak. Orang itu tersenyum saat mendengar jawaban dari kedua adiknya itu. "Okay kenalin Darwin Adelio Alvaro. Lo pasti tau gue siapa kan, gue juga gatau kenapa nama lo ada Alvaro nya tapi gue anggap lo itu sebagai fans karena nama lo ngikutin nama gue." Rolando terkejut saat mendengar nama itu, siapa yang tidak tau dengan Darwin kapten basket dari SMP Labschool Kebayoran yang sangat di incar oleh beberapa SMA favorit yang ada di Jakarta. Darwin melihat expresi wajah Rolando yang terkejut tersenyum senang, ia menyikut lengan Ernest untuk mengisyaratkan agar dia memperkenalkan dirinya. "Oke sekarang bagian gue, kenalin gue Ernest Hansel Meschach dan gue kembaran dari bang Darwin. Oh ya satu lagi kalau gue udah ga cadel ya."ucap Ernest santai. Darwin dan Ernest pun melirik ke samping, mereka berdua melihat Fredella sedang asik bermain rubik. Ernest pun menyikut lengan Fredella, membuat Fredella dengan malasnya menengok dan menatap kedua saudara kembarnya. "Apa bang? Gatau apa kalau Della lagi main rubik."ucap Fredella sebal. "Sekarang giliran kamu ngenalin siapa diri kamu dek."ucap Darwin gemas. Fredella memutar mata malas dan menatap Rolando yang berdiri di depannya dengan wajah cengo. "Fredella."ucapnya singkat. Fredella melirik jam di tangannya ia harus segera ada di lobby sekolah karena acara MOS di hari pertama sudah di mulai. Fredella berjalan masuk lobby sekolah meninggalkan kedua kembarannya di gerbang sekolah.  Darwin dan Ernest melongo melihat Fredella meninggalkan mereka berdua bersama Rolando. Mereka berdua pun berjalan menyusul Fredella yang sudah memasuki lobby sekolah. Rolando yang pertama sadar dari keterkejutannya itu, segera berlari mengejar tiga orang itu. Ia harus memberi hukuman kepada mereka karena sudah telat di hari pertama. "WOY BERHENTI KALIAN."teriak Rolando keras. ***** Rolando berdiri di tengah lapangan mengatur nafasnya yang juga terengah akibat berlari dari gerbang tadi. Ia mengedarkan pandangannya mencari tiga orang junior songong itu. "Darwin, Ngenes, dan terakhir Fredella. Lo semua cepet kesini."perintah Rolando. Ketiga orang yang tadi Rolando sebutkan keluar dari barisan kelompok MOS mereka dan berjalan ke depan menghampiri Rolando. "Heh lo enak aja panggil gue ngenes. Sorry gue ga ngenes tapi gue single bahagia dan nama gue itu Ernest."ucapnya tak terima di bilang ngenes. "Lo ngapain manggil kita bertiga? Mau ngasih hukuman?"tanya Fredella malas. "Iya gue ngasih hukuman sama kalian, lo pasti takutkan gue kasih hukuman. Makanya gausah sok deh jadi orang kalau di hukum aja takut."ucap Rolando tertawa mengejek. "Yaudah hukum aja, gue ga takut ini."kata Fredella santai sambil menatap Rolando datar. Rolando menatap Fredella sinis, entah mengapa Rolando tidak suka kepada Fredella karena baru kali ini ada cewek yang biasa saja saat melihat dirinya. "Oke gue hukum lo buat bersihin ini lapangan pake sikat gigi." Rolando menatap Darwin dan Ernest. "sedangkan kedua cucurut itu gue kasih hukuman bersihin toilet pake tisu." "Lo mau ngerjain gue hah ! hukuman lo itu ga bermutu tau."ucap Darwin kesal. "Udah deh bang ! Kita yang waras ngalah aja sama dia."ucap Fredella menunjuk Rolando. "Iya bang kita ngalah aja, lagian kan muka dia mirip tempat kita buang hajat. Ntar kalau udah kelar, kita bersihin juga muka dia bang."ucap Ernest menyeringai. Darwin mendengus kesal andai saja ia tidak ingat pesan dari Mamahnya untuk tidak membuat ulah di hari MOS pertamanya di SMA Pelita Harapan Bangsa. Sudah pasti Darwin akan membuat perhitungan kepada Rolando yang seenak menghukum dirinya beserta kedua adik kembarnya. "Yaudah mana sikat gigi sama tisu nya?"tanya Fredella. Rolando lupa dirinya kan tidak punya sikat gigi dan tisu. Jika dirinya mengganti hukuman untuk ketiga orang itu malu dong nanti dirinya di kira tidak tegas. "Cepetan mana woy? Jangan bilang lo ga bawa ya sikat gigi sama tisu nya?"tanya Ernest menatap selidik Rolando. Rolando mendengar pertanyaan Ernest semakin gelagapan, dirinya harus bagaimana sekarang. Rolando melirik sahabatnya yang berdiri tidak jauh darinya untuk meminta bantuan. Sahabatnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Fredella yang menyadari raut wajah Rolando, ia tersenyum miring lalu membisikkan sesuatu kepada Darwin dan Darwin pun menganggukkan kepalanya. "Ernest ambil di tas lo sikat gigi dan tissue. Kalau nungguin dari tuh ketos lama dah."perintah Darwin. Ernest mengangguk, ia mengeluarkan semua isi tasnya. Semua orang di lapangan terkejut melihat isi tas milik Ernest, Rolando menatap Ernest bingung dia niat mengikuti MOS atau berjualan pikirnya. "Lo mau jualan apa pake bawa sabun, stiker,pilox, dan masih banyak lagi dah ga perlu gue sebutin satu-satu. Bahkan lo bawa boneka hello kitty. " Rolando menggeleng-gelengkan kepalanya, ternyata ada orang aneh juga yang bersekolah disini. "Lo banyak komentar dah, namanya juga sedia stok sebelum kehabisan."ucap Ernest malas. Ernest mengambil empat gulung tisu lalu memberikannya kepada Darwin dan Ia pun mengambil sikat gigi lalu di berikan kepada Fredella. Setelah semua itu selesai, Ernest pun membereskan barang-barangnya yang tadi dirinya keluarkan dan memasukkan kembali ke dalam tas. "Yaudah yuk kita mulai aja bang. Biar cepet kelar hukumannya."ajak Fredella. "Tapi kamu sendirian dek di hukumnya, gimana kalau nanti kecapean?"tanya Darwin khawatir. Fredella menatap Darwin datar. "Jadi abang ngeremehin Della." Darwin mendengus pelan dirinya hanya takut Fredella terlalu kelelahan. Tapi sepertinya ia harus mengalah, Darwin langsung berjalan dan meninggalkan lapangan yang masih digerumungi banyak peserta MOS dan Senior. "WOY BANG, TUNGGUIN HAYATI DONG."teriak Ernest sambil berlari menyusul Darwin. "Woy ngapain lo masih berdiri disini, cepetan kerjain hukuman lo."bentak Rolando sementara Fredella hanya menunjukkan wajah datarnya saja. Fredella melangkahkan kakinya ke ujung lapangan, Fredella memilih untuk mulai membersihkan dari sini dulu karena tengah lapangan masih di pakai oleh peserta MOS. Rolando berdiri menyandarkan tubuhnya di tembok, siaga mengawasi Fredella. Ia melipat ke dua tangannya di atas d**a, matanya tak henti menatap Fredella yang sedang menjalani hukuman yang tadi dirinya berikan. "Lo keterlaluan deh ngasih hukuman ke mereka." "Mending lo diem aja deh Raka, kan disini ketosnya gue." Raka Prasetya menatap sahabatnya dengan alis di angkat sebelah. "Jangan bangga karena lo ketos deh, bentar lagi juga kita bakalan ngelepas jabatan kita di pengurus OSIS." "Ya ya ya gue tau. Sekali-kali kita ngehukum orang gapapa kali, lagian gue gasuka sama tuh cewek." "Tapi gue suka sama tuh cewek." Rolando membulatkan matanya tak percaya. "Serius lo suka sama tuh cewek?" Raka tertawa. "Ya gue suka sama tuh cewek, karena dia berani sama lo." Rolando mendengus kesal lalu meninju bahu Raka sedikit keras. "Dasar sahabat k*****t lu." Raka semakin tertawa. "Gue serius nih ! Lo beneran suka sama tuh cewek?"tanya Rolando penasaran. "Lo tanya gue suka sama dia atau engga?" Raka menatap ke ujung lapangan yang terlihat Fredella masih menjalani hukuman. "Kalau gue lihat dia cantik juga tapi dia bukan cewek yang gampang buat diajak pacaran. Jadi jawabannya gue tertarik sama dia." "Lo mau deketin dia, lo bakalan susah men. Secara dia punya dua abang yang keliatannya cukup ngejagain tuh cewek." Suara Rolando terdengar memperingati. "Tenang aja, semua butuh proses apalagi bikin hatinya tuh cewek luluh." Raka melebarkan senyumannya sambil menatap Fredella. Rolando menggeleng-gelengkan kepalanya, dirinya tak percaya sahabatnya benar-benar tertarik dengan sosok Fredella. "Terserah lo deh, heran gue sama lo. Cewek banyak yang ngejar lo, kenapa lo malah naksir sama tuh cewek songong." "Karena dia berbeda. Tipe cewek gue berkelas, engga kaya tipe cewek lu."kata Raka santai. ****** "Dek lo udah tau mobilnya tuh ketos songong yang mana?"tanya Darwin kepada kedua adiknya. Saat ini mereka bertiga sedang berada di parkiran sekolah, hari pertama MOS sudah berakhir suasana sekolah pun sudah mulai sepi. Darwin yang merencana untuk membuat perhitungan kepada Rolando yang telah memberikan hukuman kepadanya dan kedua adiknya. "Tau kok bang, kata bang Jono satpam sekolah sih yang itu mobilnya. Ingat ya bang Jono satpam sekolah bukan bang Jono Zaskia bebek." Ernest menunjuk sebuah Mobil Mini Cooper berwarna putih. "Yaudah bang tunggu apalagi, yuk kita buat karya terbaik buat tuh ketos."ucap Fredella tersenyum miring. Darwin, Ernest dan Fredella berjalan menuju mobilnya Rolando. Ernest mengeluarkan stiker dan beberapa boneka hello kitty ukuran kecil. Sedangkan Fredella mengeluarkan tepung terigu dan kecap dari tasnya. Fredella melirik Darwin. "Bang, lo lihat ke sekitar ya. Jangan sampe tuh ketos sama osis yang lain keburu datang kesini." Darwin mengangguk mengerti. Fredella melempari mobil Rolando dengan tepung terigu dan kecap. Tak sampai disana Fredella pun mengambil beberapa pot bunga yang ada di parkiran lalu menyimpannya di atas mobil Rolando. "Bang Ernest bawa sticker hello kitty gak? Kan abang penggemar hello kitty."tanya Fredella terkekeh. "Abang bukan penggemar hello kitty, abang itu penggemar si kuning mata satu." "Si kuning? t*i maksud lu dek."celetuk Darwin. "b**o lu bang. Maksud gue tuh minions." Darwin memandang sebal pada Ernest. Bisa-bisanya Ernest bicara kalau dirinya b**o, padahal dirinya ini kakak darinya. "Dek butuh lipstick ga?"tanya Darwin. Fredella menoleh ke belakang lalu memandang Darwin dengan pandangan yang sulit di artikan. "Abang punya lipstick darimana? Jangan bilang abang sering mangkal di taman safari."tanya Fredella selidik. "Taman lawang oneng bukan taman safari. Dek lu pikir gue cowok apaan. Ini tuh lipstick mamah, abang ambil buat alat kita kerjain orang."jawab Darwin semakin sebal. "Cowok kemayu yang doyan make up bang."ucap Fredella terkekeh geli. "Ah gue jadi inget. Dulu waktu papah,mamah sama kita bertiga main ToD dan yang kena dare paling parah lu kan bang."ucap Ernest tertawa keras. "Iya bang bener banget. Della juga masih ingat dulu bang Darwin kena dare suruh make up terus pake daster keliling komplek kan sampe si mang udin tukang sayur nyatain cinta sama abang."ucap Fredella sambil mengerlingkan mata genitnya ke Darwin. "Udah deh mending kalian lanjutin sana nanti kita malah ketahuan."perintah Darwin sambil memalingkan wajah ke arah lain untuk menyembunyikan wajahnya yang sudah merah menahan malu. "Udah cukup deh bang segini aja, Della udah males lanjutinnya."jawab Fredella santai. "Yaudah yuk kita pulang aja."ajak Ernest sambil merangkul Darwin dan Fredella. Fredella melepaskan rangkulan Ernest. "Abang berdua pulang duluan aja. Della masih ada urusan lain."ucap Fredella jujur. "Urusan apaan?"tanya Ernest penasaran. "Ada deh abang kepo banget. Pulang sana bang."usir Fredella. "Yaudah deh kita berdua pulang duluan. Tapi kamu jangan pulang sore banget ya dek nanti mamah marah lagi."ucap Darwin sambil mengacak-acak rambut Fredella. Fredella tersenyum manis lalu mengacungkan kedua jempolnya. Darwin dan Ernest pun berjalan meninggalkan parkiran sekolah. Fredella mengeluarkan iPodnya dari tasny dan memasangkan headset ketelinganya. Fredella tersenyum bahagia melihat hasil karyanya untuk salam perkenalan kepada Rolando. Fredella melangkah meninggalkan area sekolah menuju halte yang terletak tak jauh dari gerbang sekolah. Sesampainya di halte Fredella tak sengaja melihat anak kecil seumuran anak SD sedang memakan roti yang sudah terjatuh di tanah. Fredella pun buru-buru membuang roti yang di pegang anak kecil itu. "Kak kenapa rotinya di buang? Aku kan belum makan."ucap anak kecil itu sedih sambil menatap roti yang sudah terjatuh. "Dek itu bekas orang dan kotor." Fredella mengambil sesuatu yang ada didalam tasnya. "Nih kakak punya roti, kamu makan ya." "Bener kak ini buat aku?"tanya anak kecil berbinar. Fredella mengangguk dan tersenyum tipis. Anak kecil itu pun mulai memakan roti pemberian Fredella. Fredella kasihan melihat anak kecil ini, harusnya ia belajar dan bermain dengan teman seumurannya. "Kamu kenapa ga sekolah de?"tanya Fredella penasaran. "Aldi pengen bantuin bunda kak. Aldi kasian liat bunda harus kerja meski bunda itu lagi sakit. Bunda cari botol buat di jual terus uangnya di pakai biaya Aldi sekolah sama buat makan sehari-hari. Makanya Aldi pengen bantuin bunda."ucap anak kecil itu menunduk. Fredella hatinya terasa sesak mendengar ucapan Aldi, bagaimana bisa anak seumur Aldi bisa berpikir sampai kesana. Dimana biasanya anak seumurnya hanya memikirkan tentang bermain bersama teman-temannya. "Aldi mulai besok kamu jangan kerja kaya gini lagi ya dan suruh bunda kamu datang ke panti asuhan LA kasih ga jauh kok dari sini. Mulai besok bunda kamu bisa kerja disana buat masakin anak-anak panti."ucap Fredella tersenyum tipis. "Bener kak?"tanya Aldi tak percaya. "Iya bener kok. Kalau gitu kakak pergi dulu ya, kakak harus jenguk anak-anak panti disana. Ini juga ada uang buat kamu beli makanan."ucap Fredella mengeluarkan uang dari sakunya. Fredella melambaikan tangannya kepada Aldi dan berjalan meninggalkan halte. Tanpa di sadari, ternyata sedari tadi ada dua orang yang memperhatikan mereka dari gerbang sekolah. "Apa bener itu si cewek datar? Gue pikir dia orangnya dingin dan ga peduli sekitar."ucap seseorang sambil memandang tak percaya. "Lo jangan menilai orang dari luarnya, lo liat sendiri kan dia bahkan lebih peduli dengan sekitar dan juga dia bukan cuma punya wajah yang cantik tapi hatinya juga cantik." Rolando mendengus pelan mendengar omongan Raka. "Halah lu lagi dibutakan terpesona sama dia aja!" Raka mengangkat bahu acuh. Dia heran mengapa Rolando begitu tidak suka pada Fredella. Padahal ini baru awal mulai MOS, yang kebanyakan senior mencari adik kelas untuk dijadikan gebetan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.2K
bc

The Seed of Love : Cherry

read
112.1K
bc

Sweet Sinner 21+

read
879.7K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook