bc

Pernikahan Yang Ternoda

book_age18+
1.4K
FOLLOW
5.7K
READ
HE
heir/heiress
drama
bxg
scary
loser
city
cheating
harem
like
intro-logo
Blurb

Kasih sayang dan cinta yang selama ini suaminya berikan adalah dusta. Laki-laki itu berkhianat dan hal itu benar-benar melukai perasaannya.Pernikahan diam-diam yang suaminya lakukan adalah hal yang tidak bisa Ayu ampuni. Perempuan itu meradang. Tak pernah menyangka laki-laki yang selama ini mengenggam hatinya adalah penghancur paling hebat.Aku sudah mempersiapkan ini dari awal, namun saat aku mengalaminya sendiri kenapa rasanya sesakit ini ~Ayu~

chap-preview
Free preview
1. Curiga
Malam ini hujan mengguyur Jakarta cukup deras. Ayu yang sejak tadi menunggu suaminya pulang bekerja tetap memaksakan kedua matanya untuk tetap terbuka. Ini memang sudah menjadi rutinitasnya setiap malam, namun tidak biasanya Bian belum pulang sampai selarut ini. Apalagi laki-laki itu tidak menghubungi sebelumnya. Jarum pendek sudah menunjuk angka sebelas saat deru mobil terdengar memasuki halaman rumah. Bergegas Ayu memperbaiki penampilan yang kusut dan menuju pintu depan. Siap menyambut kepulangan sang suami. "Kenapa gak tidur duluan dek?" tanya Bian pada istrinya setelah laki-laki itu memasuki rumah. "Assalamualaikum mas." "Waalaikumsalam. Maaf, mas lupa." Bian meringis karena lupa mengucap salam, Ayu yang maklum hanya mengangguk tersenyum dan menggandeng tangan suaminya menuju sofa yang tadi perempuan itu duduki. "Tumben jam segini baru pulang mas?" Ayu bertanya heran setelah memberikan segelas teh hangat yang langsung di teguk habis suaminya. Perempuan itu mengambil tangan sang suami dan dielus pelan. "Maaf mas lupa mengabari. Tadi Ada beberapa masalah di kantor dan harus diselesaikan hari ini juga. Jadi lembur dulu tadi," ujar Bian menerangkan. Laki-laki itu mengeratkan pelukan pada tubuh Istrinya, tak lupa juga mendaratkan ciuman di kening Ayu dengan sayang. Ayu yang diperlakukan demikian semakin merapatkan tubuh pada sang suami. Perempuan itu mengendus kemeja suaminya. Sedikit tertegun dengan aroma yang tak biasa ia cium, tetapi dengan cepat membuang curiga karena tak ingin memikirkan sesuatu yang belum tentu kebenarannya menimbulkan banyak praduga. "Ila sudah tidur?" tanya Bian setelah cukup lama mereka hanya diam dalam posisi berpelukan. "Sudah dari jam delapan tadi. Ngantuk seharian main sama mama." "Mama ke sini?" tanya lelaki itu lagi. Ada kekagetan dari nada bicaranya. "Iya sama Lesi juga. Dari rumah Tante Mirna katanya, jadi sekalian mampir," jawab Ayu. "Oh ya, mas mau makan atau mandi dulu?" Ayu bertanya lembut, melihat wajah kuyu suaminya membuat perempuan itu tidak tega. Akhir-akhir ini Bian sering sekali terlihat lelah dan banyak beban fikiran. Jelas Ayu penasaran, namun perempuan itu tidak akan bertanya. Ia memilih diam dan membiarkan suaminya untuk bercerita sendiri jika memang laki-laki itu menginginkannya. "Mandi dulu dek. Mas gerah." Ayu tak menjawab dan memilih mengandeng tangan sang suami menuju kamar mereka. Perempuan itu berjalan menuju dapur setelah mempersiapkan air hangat untuk suaminya mandi. Dengan cekatan Ayu menghangatkan lauk yang tadi sore perempuan itu masak. Ada sayur lodeh dan sambel terasi favorit suaminya. Juga lauk lain yang kini mengepulkan aroma lezat. "Baunya harum banget dek. Pasti enak,"ujar Bian saat tiba di ruang tamu. Kedua mata Laki-laki itu berbinar menatap hidangan yang tersaji di atas meja makan. Tertawa pelan Ayu segera mengambil piring dan mengisinya dengan nasi serta lauk. Dia tidak ikut makan bersama kali ini karena tadi sudah lebih dulu makan malam dengan anak mereka. "Emang juara masakan adek. Selalu enak." Bian mengelus lembut pipi istrinya setelah menghabiskan sepiring penuh nasi dengan lauk sayur lodeh. Kedua mata laki-laki itu sempat meredup namun kembali berbinar saat melihat istrinya menunduk dengan kedua pipi yang memerah setelah mendengar pujian darinya. Ayu selalu mengemaskan dan sukses membuat dirinya tersenyum dalam diam. Mereka sudah menikah hampir enam tahun. Namun sifat pemalu istrinya tidak pernah berubah. "Besok mas libur kan?" Ayu bertanya saat mereka sudah berada di dalam kamar. Bian yang baru saja keluar dari kamar mandi segera menghampiri sang istri yang menyender pada kepala ranjang. Tangan perempuan itu terlihat memegang selembar brosur dan Bian sudah tahu apa yang perempuan itu inginkan. "Maaf sayang, mas ada acara. Besok harus terbang ke Bali, ada meeting dengan klien. Mungkin sekitar tiga hari mas di sana." "Kamu sama Ila berdua dulu ya. Mas janji, Minggu depan kita liburan ke pantai sama-sama." Bian melanjutkan dan memegang kedua pundak istrinya yang kini meluruh lesu. Laki-laki itu tahu Ayu kecewa dengan jawabannya. "Gak apa-apa mas. Besok aku kasih pengertian ke Ila." Ayu menghembuskan nafas berat. Perempuan itu berusaha untuk tidak mengedepankan ego setelah kemarin suaminya juga gagal menepati janji untuk berlibur bersama anak mereka. Dan sekarang dengan entengnya laki-laki itu memintanya menemani Ila sendirian ke kebun binatang dan kembali membatalkan rencana mereka. "Mas minta maaf dek. Lain kali kita liburan sama-sama." Bian membalik tubuh istrinya yang tadi tidur membelakangi laki-laki itu. Wajah murung Ayu adalah yang pertama Bian lihat. Tidak biasanya dia melihat istrinya bersikap seperti ini. Namun Bian memilih diam dan menggeser tubuh sang istri merapat pada tubuhnya sendiri. Malam ini dia tidak ingin berdebat karena besok dia tidak akan berada di rumah karena memiliki urusan lain. *** "Ayah." Ila memekik girang saat melihat Bian memasuki kamar bocah itu dengan senyum lebar. Sudah beberapa hari ini dia tidak bisa bertemu dengan putrinya walaupun mereka tinggal dalam satu atap. Kerja pagi saat anaknya belum bangun dan pulang larut malam saat anaknya sudah tertidur. Baru pagi ini dia bisa menemui putrinya yang sudah cantik dengan gaun biru muda bermotif bunga-bunga. "Ayah, Ila kangen banget," adu bocah itu dengan manja. Ila segera memeluk leher ayahnya erat dan mencium kedua pipi sang ayah bergantian membuat Bian menjatuhkan tubuh mereka ke atas ranjang dan mengelitiki anaknya hingga menimbulkan pekikan geli sang putri. "Ayah lebih kangen sayang," ujar Bian tulus. "Tapi ayah pulang malem terus. Ila kan jadi gak bisa main sama ayah." Ila memanyunkan bibir cemberut membuat Bian gemas sekaligus merasa bersalah karena membuat putrinya sedih. "Ayah kan kerja buat bayar sekolah Ila. Buat beli boneka berbi juga." "Tapi ayah kerja terus. Ila gak suka." Tidak ingin menjawab dan berakhir panjang, Bian akhirnya memilih mengangkat tubuh anaknya untuk dipeluk. Namun tak lama bahu bergetar putrinya yang terasa membuat Bian semakin dilanda rasa bersalah. Sesedih itu kah anaknya karena ia abaikan beberapa hari terakhir ini? Pekerjaan kantor dan memiliki urusan lain benar-benar menganggu waktunya untuk keluarga kecil mereka. Bukan hanya Ayu yang tadi malam terlihat kecewa padanya namun sekarang putrinya juga merasa demikian. "Sarapan dulu yuk. Tuh, Tante Lesi udah nunggu Ila di bawah." Ila memekik antusias dan segera melepas pelukan pada tubuh ayahnya, putri Bian itu berlari menuju lantai bawah setelah mendengar ucapan sang mama. "Kamu mau pergi sama Lesi?" Bian tahu istrinya masih marah walaupun perempuan itu berusaha bersikap biasa. Namun sikap abai Ayu pagi ini benar-benar membuat Bian merasa tidak nyaman. "Iya mas." Laki-laki itu menghembuskan nafas kasar. Kemarahan Ayu adalah hal langka yang akhir-akhir ini sering Bian rasakan. Dan Bian tahu sebab kemarahan istrinya adalah dirinya sendiri. Laki-laki itu mengekor menuju meja makan yang sudah ada Lesi dan putrinya yang duduk anteng di sana. Anaknya itu sedang sibuk mengunyah setangkup roti dengan selai stroberi. "Pulang kapan Les?" "Kemarin pagi mas. Kok tumben hari libur begini pake kemeja, mau pergi?" "Iya, mas ada urusan di luar kota." Lesi yang merasa aneh menatap Bian dengan tatapan mencurigakan. Jelas saja karena tidak biasanya di hari libur begini kakaknya itu harus bekerja. "Ada meeting?" tanya Lesi curiga. "Ya," jawab Bian singkat. Lesi hanya membulatkan bibirnya membentuk huruf O. Akhirnya ia tidak ingin terlalu jauh memikirkan urusan sang kakak karena pagi ini ia sudah tidak sabar untuk mengajak keponakannya bermain. Sejak melihatnya duduk di sofa tadi Ila langsung berseru girang dan memeluk perutnya erat cukup lama. Bocah cilik itu juga sempat mengatakan bahwa sudah tidak sabar untuk bermain ke kebun binatang bersamanya. Dan menemani Ila bermain adalah salah satu kegiatan favoritnya karena mendengar tawa Ila adalah satu hal yang selalu bisa membuatnya turut merasakan bahagia.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
3.6K
bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.2K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
24.3K
bc

Istri Tuan Mafia

read
17.2K
bc

CINTA ARJUNA

read
12.6K
bc

Ayah Sahabatku

read
22.1K
bc

Dipaksa Menikahi Gadis Kecil

read
21.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook