Epilog
(awal Desember 2019)
Aku mengerutkan tubuhku untuk lebih menghangatkannya. Kali ini, aku benar benar akan membunuhnya karena membuatku menunggu begitu lama disini pada cuaca seperti ini.
Aku yakin semenit lagi aku akan mati kedinginan jika terus berdiri disini. Tapi sebelum aku berjalan untuk mencari tempat yang hangat aku mendengar suaranya
“maaf, aku terlambat”
Aku menoleh dan melihatnya yang sedikit ngosngosan walaupun itu tertutup dengan masker dan topi.
Tanpa mengatakan apapun, aku berbalik dan berjalan pergi dengan marah. Sejujurnya, aku tidak benar benar marah. aku hanya kesal karena dia memecahkan rekor baru waktu terlama aku menunggunya.
Bukannya aku tidak bisa mengerti kesibukannya atau pekerjaannya, aku mengerti itu dan aku memaklumi keterlambatannya.
Tapi karena aku wanita, dan ditempatkan dalam situasi ini. aku tidak bisa tidak merasa kesal.
“hey......maaf...” katanya sambil menarik lenganku, menahanku untuk pergi.
Aku menarik nafasku panjang, tahu benar bahwa kekesalanku sangat konyol. Aku menoleh dan mendongak dan menatapnya karena tinggi kami yang berbeda kira kira 8 cm. Dan ketika aku melihat wajahnya yang hanya menampakkan matanya yang juga sedang menatapku, kekesalanku seketika hilang.
Bagaimana bisa aku masih kesal jika dia menatapku dengan tatapan lembut yang penuh dengan penyesalan.
“wajahmu memerah. Kau kedinginan?” tangannya yang seketika memegang jari jariku yang memang sudah terasa membeku sejak tadi. “kau begitu dingin” katanya lagi dengan nada penuh penyesalan.
Dia seketika membuka resleting jaketnya dan memelukku di dalamnya. Jadi aku terselimuti jaketnya dan pelukannya.
Dengan orang yang bertingkah seperti ini, bagaimana lagi aku bisa marah. jadi aku memeluknya dalam jaket. Merasakan suhu hangatnya dalam kaos yang dia kenakan yang bercampur dengan bau harum yang sudah sering aku cium.
“maaf, aku tidak akan melakukannya lagi” katanya sambil terus memelukku
Dan masalahnya adalah aku mempercayainya, walaupun aku tau bahwa dia akan melakukannya lagi. Dengan status pekerjaannya, bagaimana bisa dia tidak membuatku menunggunya.
Aku mempercayai setiap kata katanya bukan kerana aku pada masa romansa yang membutakan, tapi karena apapun yang dia katakan akan selalu menjadi sebuah janji yang akhirnya selalu dia tepati, kecuali kalimat itu.
Itulah yang membuatku selalu tenang dalam hubungan ini dengannya. Aku selalu dapat mempercayainya, walaupun sebesar apa badai yang ada diluar, aku akan selalu dapat mempercayainya.
Hena noona pernah berkata padaku bahwa, kepercayaan adalah tonggak suatu hubungan, tapi itu lebih penting dari apapun ketika mencangkup hubungan yang kami jalani. Dan ketika melihat statusnya sebagai JIMIN ANGGOTA BTS, hanya satu hal itu yang harus aku pegang dengan erat.
Aku mempercayainya, lebih dari apapun aku akan selalu mempercayai apapun yang dia katakan.
Sebenarnya itu tidak terlalu sulit. Ketika dia sudah bersikap seperti bayi, aku sudah merasa dipindahkan hanya menatapnya seperti itu. Bahkan hanya melihat matanya saja, aku sudah tau, aku selalu dapat mempercainya dalam segala hal. Itulah sebabnya aku tidak pernah merasa keputusanku untuk mencoba lagi adalah salah, aku bahkan bersyukur ketika melakukannya