Patra vs Leon

1059 Words
Zhi tak melanjutkan istirahatnya karena Leon mengatakan ia memesankan sarapan. Ya, meskipun ia malas berurusan dengan Leon, tapi ia sama sekali tak malas berurusan dengan santapan pagi. Kaki jenjangnya melangkah turun, bertemu dengan sang mama di depan tangga. Zhi dengan segera memeluk INdah erat. Hari ini Zhi menginap karena sang ayah yang meminta. "Kok udah bangun kamu?" tanya Indah. "Iya, gara-gara Leon. Dia beliin Zhi sarapan katanya." INdah tersenyum, "Aduh emang mantu idaman banget ya Leon." Jelas apa yang dikatakan Indah barusan membuat Zhi kesal. Ia memanyunkan bibirnya lalu menata sang mama dengan tatapan tak suka. "Ih, kenapa sih? Leon itu baik, perhatian, CEO, Dokter. Kamu punya paket lengkap kalau akhirnya milih Leon." "Leon itu lebih mudah enam tahun dari aku lho Ma," Zhi mengungkapkan apa yang menjadi salah satu halangan terbesar dalam hubungan mereka. "Halah, usia itu hanya angka. Yang penting gimana sikap dia ke kamu Zhi. Leon itu dewasa lho.' Zhi mengangguk malas. "Dewasa banget, udah jadi bapak-bapak." Zhi lalu melangkahkan kaki dengan cepat menuju ruang tamu meninggalkan sang mama yang menatap dengan bingung apa yang dikatakan putrinya barusan. Zhi duduk di ruang tamu, seraya membaca artikel dari ponsel miliknya. Zhi suka membaca artikel tentang fashion dan juga kecantikan. Tentu saja ia tak boleh ketinggalan tentang semua info terbaru mengenai dua hal itu sebagai seorang selebgram ia harus mengetahui semua info terbaru. Saat itu bel pintu berbunyi, Zhi segera bangkit dan berjalan untuk membuka pintu. Seseorang berdiri di sana dengan membawa sebuah bungkusan makanan. "Patra?'' Patra tersenyum kemudian mengibas rambut pirangnya. "Morning Zhi," sapanya. Zhi melipat tangannya di depan d**a, lalu menatap dengan kesal. "Ngapain pagi-pagi ke sini?" "Bawain sarapan." Patra menjawab. Patra menyerahkan paper bag berisi sarapan. Zhi menerima kemudian mengusir pria itu dengan kakinya. "Udah 'kan? Sana pulang," usir Zhi. Patra membecik, ia kemudian mengambil ponsel miliknya. Menatap ke arah Zhi menghubungi seseorang melalui panggilan video. Panggilan diterima menunjukkan sosok Leon yang kini jelas sudah berada di kantor. Leon sedikit terkejut sebenarnya saat melihat keduanya. Namun, ia mencoba bersikap biasa saja. "Kenapa lo?" tanya Leon terdengar jelas kalau ia kesal. "Gue udah ada di sini nih. Sarapan pagi lo udah gue sampaikan." Patra mengatakan itu sengaja memancing emosi rivalnya. Zhi memukul bahu Patra. "Ini bukan dari lo?" Pria dengan mata sipit itu malah menggelengkan kepalanya. "Pas gue datang ada ojek makanan. Ya gue ambil aja." Patra kemudian kembali menatap layar ponselnya. "Mana nih dokter Leon?" Leon hanya tersenyum. "Sorry nih, gue sibuk kerja. Ada waktunya untuk ketemu ZHi, tapi bukan sekarang." Leon terhenti kemudian mengarahkan pandangannya pada Zhi yang sejak tadi terdiam menahan kesal. "Sorry Zhi, bukan berarti lo bukan prioritas. Cuma kerjaan ini kewajiban yang harus gue kerjain. oke?" "Apaan sih kalian tuh!" kesal Zhi yang sebenarnya kesal dengan pertarungan keduanya memperebutkan dirinya. Patra segera mematikan panggilannya, kemudian menatap ke arah Zhi yang benar-benar marah. "Sorry Zhi," ucapnya. "Lo tuh, bukannya kerja malah keluyuran. Tanggung jawab dong. Sana!" usir Zhi kemudian berjalan masuk dan segera menutup pintu. Patra menatap ke arah pintu sedikit terkejut karena gadis yang disukai menutup pintu dengan keras. "Aku balik ya?!" Ucapnya kemudian segera berjalan ke luar. Sementara di dalam rumah ini kembali duduk di ruang tamu Ia membuka Santa pagi yang dikirimkan oleh Leon kepadanya. Santap pagi yang diberikan Leon berupa menu diet rendah karbo, tapi tetap mempunyai cita rasa yang enak yang saat ini setengah menjadi trend di kalangan remaja dan dewasa. Belakangan trend menu diet dengan rasa yang tetap enak dan juga menu yang menggugah selera menjadi tren baru di kalangan masyarakat. Sehingga para customer yang ingin melakukan diet, bisa dengan mudah menyantap tanpa perlu sibuk menghitung jumlah kalori yang mereka makan. Mereka bisa langsung memesan di resto tersebut. Harga tiap menunya pun juga bersaing dari masing-masing resto. Saat itu ponsel Zhi berdering ia menerima sebuah pesan, dari Leon. Leon: Dimakan ya, jangan takut gendut, Kalau masih takut juga olahraga kardio 5 sampai 10 menit jangan lama-lama. Tapi mau lo gendut apa kurus. gue tetep sayang lo bunny. Zhi berdecak kesal, pagi-pagi Ya sudah diganggu oleh dua orang yang kini tengah sibuk memperebutkan hatinya. Ia kemudian teringat sesuatu, Gadis itu membuka ponselnya dan melihat jam setelahnya ia menghubungi Juna karena merasa begitu rindu pada Ajeng. Juna dengan cepat menerima panggilan kini terlihat wajah sepupunya itu yang tengah ditumbuhi oleh kumis juga jenggot yang belum dicukur. "Hei, assalamualaikum." Sapa Juna riang. "Waalaikumsalam, lo di sana sehat kan?" Juna menganggukkan kepala terlihat ia kini berjalan menuju ruang makan di sana terlihat Ajeng yang masih menunduk karena baru saja bangun tidur. "Semua sehat di sini kecuali Reres." "Kenapa reres?" "Musim dingin, biasa masuk angin dan sebagainya. Semalam udah gua kerokin badannya merah-merah banget." Juna kemudian duduk di samping Ajeng ia merapikan rambut buah hatinya itu. "Bangun yuk nak, ada mommy nih." "Biarin tidur sih Jun," ucap Zhi iba. "Mau ngajak ambil ceri dia, lokasinya lumayan jauh dari sini. Kemarin enggak sempat karena ibu sakit. Hari ini mau diantar sama temennya Leon." "Mommy," sapa Ajeng. "Halo nak, makan apa?" "Telur, sama ini apa Yah?" Tanya Ajeng pada Zhi. "Smash potato,"Juna menjawab. "Smash potato Mom. Mommy udah sarapan?" Zhi menggelengkan kepalanya. "belum tapi mommy dibeliin sarapan sama papi Leon." "Ciee Zhi," suara Reres terdengar. Kini ia terlihat di layar ponsel. "Aish, udah deh. Lo udah sehat Res?" "Masih pusing, dingin banget dan langsung flu. Jadi gini, maklum ya Zhi. Jiwa lokal enggak bisa kena salju. Ajeng malah sehat banget." "Beda ya anaknya jiwa internasional. Hahaha." Zhi terkekeh mendengar apa yang dikatakan Reres. "Mommy mau?" Ajeng bertanya seraya menunjuk santap pagi miliknya. "Mau dong, Anak mommy kapan pulang? Mommy kangen banget sama Ajeng," ucap Zhi seraya memanyunkan bibirnya. Ajeng juga membecik kemudian menatap pada sang ayah. Anak itu bertanya kapan ia bisa kembali. Terdengar Juna menjawab kalau akan kembali sebulan lagi. "Kata Ayah sebulan lagi mommy." Ajeng menjawab, dan itu membuat Zhi gemas sendiri. "Juna Lo balik pas lamaran Jani kan?" Tanya Zhi. Juna kini mengarahkan kamera padanya. "Iya, pas lamaran Jani gue balik. Reres juga enggak bisa di sini lama-lama. Kesian enggak kuat dia, jiwa lokalnya meronta-ronta. Minta balik ke Indonesia cari sambel bawang sama tempe goreng." Juna kemudian tertawa terbahak-bahak senang sekali sepertinya pria itu berhasil menggoda sang istri. Sementara Reres terlihat kesal dan memukul bahu suaminya. Tentu saja percakapan singkat ini membuat Zhi senang dan sedikit banyak mengobati rasa rindunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD