bc

KIRANA

book_age18+
1.2K
FOLLOW
8.7K
READ
goodgirl
drama
comedy
office/work place
lonely
scientist
like
intro-logo
Blurb

Slow up date ya.

“Malam nyonya,” sapa sopan Kirana.

“Jangan terlalu sopan sama tante, ini sudah bukan jam kerja,” Galuh memberi tempat pada gadis cantik yang di bawa oleh putranya.

“Katakan, ada apa ini?” Ucap Agni to the point.

“Jadi gini, Agni. Mama sama tante Rosmila mau besanan,” ucap Galuh Ajeng terptus.

“Apa masalahnya?” tanya singkat Agni.

“Maksud nyonya, ingin menjodohkan pak Agni dengan nona Nimas Anggraeni,” jelas Kirana.

“Aku tau, tapi apa kamu tak sakit hati ketika kekasihmu di jodohkan dengan gadis lain, tepat di depan matamu?” Agni menatap ke arah Kirana yang terlihat kebingungan.

Semua mata tertuju pada kedua orang yang tengah bertatapan mesrah. Namun Kirana yang merasa bingung pun menatap ke arah yang lainnya.

“O, a, a, hehehe iya… aku sakit sampai tak bisa berfikir,” tawa canggung yang Kirana keluarkan membuat Galuh Ajeng menatapnya serius, menuntut penjelasan.

“Ehem, Aku hanya mau menikah dengan Kirana. Kami sudah pacaran sekitar satu tahun setengah,” ucap Agni langsung mengajak Kirana pergi meninggalkan pertemuan yang berkedok meeting itu.

Masih tak percaya jika rencana yang di susun oleh Galuh Ajeng itu berhasil, ketiga orang itu masih melongo menatap kepergian Agni yang memeluk punggal Kirana selama berjalan.

“Jeng, jeng. Coba cubit aku. Aku gak sedang mimpi kan? Mereka beneran pacaran kan?” Masih tak percaya, Galuh Ajeng pun meminta untuk di cubit sahabatnya itu.

“Agni jauh lebih tegas dari yang Anggre kira lo te,” ucap gadis yang sebentar lagi menikah dengan lelaki pilihannya.

“Huum,” jawab serempak Galuh Ajeng dengan Rosmalia.

chap-preview
Free preview
Chandra Kirana
Chandra kirana merupakan seorang gadis yang di besarkan oleh keluarga kaya raya. Namun suatu ketika, papa Kirana dijatuhkan oleh rekan kerjanya. Sehingga keluarga Kirana harus pindah di sebuah rumah kecil di pinggiran kota.   Di situlah Kirana bertemu dengan Bima yang merupakan putra tunggal dari seorang janda. Bima seorang anak yang pintar dan juga suka menolong. Karena di besarkan oleh orang tua tunggal, Bima tumbuh menjadi lelaki mandiri, tangguh dan penyayang.   Suatu ketika, papa Kirana meninggal karena sakit jantung. Beliau menitipkan Kirana bersama dengan ibunya pada Bima dan juga ibunya. Sejak saat itu, Bima dan Kirana selalu bersama.   Kirana dan Bima mengatakan itu adalah sebuah persahabatan. Hingga akhirnya Bima dan Kirana kuliah di salah satu universitas di Jakarta. Mereka berdua saling mendukung dan menguatkan saat di perantauan.   Bima yang mendapat pekerjaan di salah satu perusahaan kontruksi sebagai arsitek, sesuai dengan jurusan yang ia ambil. Sedangkan Kirana mendapat pekerjaan sebagai sekertaris pribadi di perusahaan Jingga. Perusahaan yang bergerak di bidang properti.   Di sini lah Kirana bertemu dengan seorang panji Agni yang memiliki ambisi tinggi. Kirana yang melihat sisi lain dari seorang Agni pun merasa kagum. Kirana menjadikan Agni sebagai panutannya di setiap tindakannya.   Agni seorang perfectionis pun membuat Kirana menjadi wanita satu-satunya yang bisa membuat lelaki itu nyaman. Kirana selalu belajar untuk menjadi seperti Agni, membangun diri menjadi seorang yang ambisius dan tegas.   Setiap hari, Agni selalu membuat Kirana bekerja hampir melupakan makan siangnya. Seperti saat ini, Agni mengajak Kirana bertemu dengan klien. Mulai meeting dari jam sebelas siang sampai jam setengah dua.   “Kamu lapar?” Tanya Agni saat sudah berada di dalam mobilnya.   “Di depan ada restoran Jepang, mungkin anda tertarik,” jawab Kirana yang mengetahui jika bos perfecnya itu tengah menahan lapar.   Hanya senyuman yang dilempar oleh Agni akan kepekaan sang sekertaris.   Tak berapa lama, mereka pun sudah memasuki restoran yang menyediakan berbagai macam sushi dan makanan khas Jepan lainnya.   “Saya pesan sushi, sasimi, chiken katsu, sama ramen,” Kirana memesan untuk dirinya dan juga Agni.   Kembali Agni tersenyum karena Kirana semakin mengerti apa yang di inginkannya.   Tak menunggu lama, makanan yang di pesan pun datang. Kirana segera menyuguhkan chiken katsu pada Agni dan ramen untuk dirinya. Sedangkan sushi dan sasimi di depan mereka.   “Besok kita ada undangan pesta di hotel Star,” ucap Agni.   “Baik pak, besok saya akan siapkan semuanya,” jawab Kirana tanpa merasa aneh dengan apa yang di katakan sang bos.   “Aku sudah menyiapkan semuanya, dari baju untukku dan juga gaun untuk mu,” ucap Agni, menikmati makanannya.   “Baik pak, sayang mengerti,”   Semakin sedikit Kirana berbicara, semakin membuat Agni penasaran. Sebenarnya Kirana hanya mengikuti apa yang di lakukan Agni. Pemikiran yang kadang tak sejalan pun membuat keduanya semakin mengetahui apa yang tak di suka satu sama lain.   Selesai makan siang di jam yang bisa di sebut sore, Agni dan Kirana kembali ke kantor. Seperti biasa Agni selalu berjalan di depan Kirana. Banyak tatapan mata tertuju pada kedua orang yang terlihat seperti dua gunung es tengah berjalan.   Mulai keluar mobi, sampai memasuki lift, Kirana maupun Agni takm banyak bicara. Berjalan tegap hingga memasuki ruangannya, Kirana terus mengikuti dari belakang. Melepas jas Agni dan menempatkan pada punggung kursi milik Agni.   “Bacakan agendaku untuk besok,” Agni duduk di kersi kebesarannya.   Tanpa menjawab, Kirana langsung membacakan satu persatu jadwal yang sudah ia susun satu minggu sebelumnya. Setelah membacakan jadwal Agni, Kirana langsung keluar dari ruangan sang bos.   Hhfffttt   Kirana menghela nafas panjang. Setelah hampir seengah hari keluar bersama dengan Agni, Kirana merasa terlepas dari sebuah ikatan yang mengikat dadanya.   “Hey, sudah bebas, ya?” Tanya Jaka.   “Ah, mengagetkan saja kau ini,” Kirana langsung menegakkan duduknya.   “Santai, lu itu terlalu serius ikut pak boss terus,” ucap Jaka kembali.   “Cih, wejangan gak berfaedah,” Kirana kembali duduk menyandarkan punggungnya.   “Mau berfaedah? Lu bisa datang ke rumah gue, terus minta doa restu sama emak…” belum selesai ngomong, Kirana langsung melempar Jaka dengan buku tebal yang di gunakan untuk mecatat jadwal Agni.   “Hahaha di bilangin juga,” dengan gelak tawanya, Jaka menggoda Kirana yang marah namun masih menunjukkan senyum manisnya.   “Itu mau kamu saja Jakaaaa!!” teriak Kirana yang di dengar langsung oleh Agni.   “Apa ini taman kanak-kanak?” tanya Agni dengan suara dinginnya.   “Maaf pak,” Kirana langsung terdiam dan menundukkan kepalanya.   “Jangan tundukkan kepalamu! Angkat dan busungkan dadamu, tunjukkan kau wanitaku,” ucapan ambigu yang membuat Jaka berfikir dua kali, namun tidak dengan Kirana.   Wanitaku sama dengan orangku, itu yang ada di kamus besar milik Kirana dalam mengartikan ucapan Agni.   “Baik pak,” jawab tegas Kirana dengan langsung menuruti apa yang di katakan Agni.   “Sumpah lu itu benar-benar wanita didikan Agni,” ucap Jaka setelah kepergian sang bos.   “Ya, begitulah,” Kirana mengakat bahu.   Waktu terus berjalan, dan jam pulang pun sebentar lagi. Namun tiba-tiba Agni menghampiri Kirana di ruangannya.   “Siapkan proposal untuk perusahaan Prisma, kita meeting di restoran Golden,” Agni menghentikan aktivitas Kirana yang membereskan barang miliknya.   “Baik pak,” jawab Kirana yang tak pernah menolak keinginan sang bos.   Setelah mendengar jawaban Kirana, Agni pun meninggalkan ruangan yang berisikan dua orang itu.   “Jam pulang kantor kurang lima menit lagi, buk. Masak kita harus menyiapkan laporan itu sih?” jengkel Jaka.   “Kamu pulang saja, aku yang akan menyiapkan semuanya,” ucap dingin Kirana.   “Baiklah, selamat bekerja lembur, sayang….” goda Jaka sambil melangkah keluar dari ruangan.   Sepeninggalan Jaka, Kirana langsung terduduk lemas. Memandang ponsel yang masih terhubung dengan seseorang yang mengajaknya pulang bersama.   “Semangat, Kiranaku gak akan mengeluh karena masalah kecil ini, kan?” ucap dariujung ponsel Kirana.   “Aku gak akan pernah mengeluh, tapi aku memikirkanmu yang sudah jauh-jauh menjemputku ke sini,” ucap Kirana iba.   “Aku bisa pulang lagi. Tenang lah, aku baik-baik saja. Kita bisa keluar bersama, nanti.” Bima menyemangati sahabatnya yang di tugaskan lembur dadakan.   Kirana memutus sambungan telfonnya, karena Agni sudah menunggunya di luar ruangan miliknya.   Berjalan di belakang Agni dangan membawa tas dan proposal, KIrana melihat Bima masih berada di lobi tempat kerjanya. Mengernyitkan dahi dan sedikit senyum untuk ungkapan maafnya, Kirana berlalu begitu Agni memasuki mobilnya.   “APa dia pacarmu?” tanya Agni tiba-tiba.   “Bukan, dia bisa di bilang sebagai kakak, juga sahabat,” ini lah kali pertama Kirana berbicara sedikit panjang. “Terus, dia siapamu?” Tanya Agni masih penasaran.   “Sahabat.” pungkas Kirana.   Perjalanan kembali sepi tanpa perbincangan, hingga tempat tujuan. Setibanya di restoran Golden, Agni langsung berjalan tanpa melihat ke belakang. Kirana dengan langkah tertati mengikuti langkah Agni.   “Mama!” seru Agni yang melihat wajah ayu sang bunda.   “Kenapa kaget, Agni?” senyum yang di lontarkan Galuh Ajeng pun membuat Agni curiga.   “Hai, cantik,” sapa Galuh pada Kirana.   “Malam nyonya,” sapa sopan Kirana.   “Jangan terlalu sopan sama tante, ini sudah bukan jam kerja,” Galuh memberi tempat pada gadis cantik yang di bawa oleh putranya.   “Katakan, ada apa ini?” Ucap Agni to the point.   “Jadi gini, Agni. Mama sama tante Rosmila mau besanan,” ucap Galuh Ajeng terptus.   “Apa masalahnya?” tanya singkat Agni.   “Maksud nyonya, ingin menjodohkan pak Agni dengan nona Nimas Anggraeni,” jelas Kirana.   “Aku tau, tapi apa kamu tak sakit hati ketika kekasihmu di jodohkan dengan gadis lain, tepat di depan matamu?” Agni menatap ke arah Kirana yang terlihat kebingungan.   Semua mata tertuju pada kedua orang yang tengah bertatapan mesrah. Namun Kirana yang merasa bingung pun menatap ke arah yang lainnya.   “O, a, a, hehehe iya… aku sakit sampai tak bisa berfikir,” tawa canggung yang Kirana keluarkan membuat Galuh Ajeng menatapnya serius, menuntut penjelasan.   “Ehem, Aku hanya mau menikah dengan Kirana. Kami sudah pacaran sekitar satu tahun setengah,” ucap Agni langsung mengajak Kirana pergi meninggalkan pertemuan yang berkedok meeting itu.   Masih tak percaya jika rencana yang di susun oleh Galuh Ajeng itu berhasil, ketiga orang itu masih melongo menatap kepergian Agni yang memeluk punggal Kirana selama berjalan.   “Jeng, jeng. Coba cubit aku. Aku gak sedang mimpi kan? Mereka beneran pacaran kan?” Masih tak percaya, Galuh Ajeng pun meminta untuk di cubit sahabatnya itu.   “Agni jauh lebih tegas dari yang Anggre kira lo te,” ucap gadis yang sebentar lagi menikah dengan lelaki pilihannya.   “Huum,” jawab serempak Galuh Ajeng dengan Rosmalia.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Perfect Marriage Partner

read
821.2K
bc

Way Back Into Love || Indonesia

read
13.1K
bc

Hate You But Miss You

read
1.5M
bc

Super Psycho Love (Bahasa Indonesia)

read
88.6K
bc

Aira

read
93.1K
bc

Secret Marriage

read
949.3K
bc

Istri Simpanan CEO

read
214.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook