Perjalanan dinas ke Bali di mulai pagi hari sekali. Bukan karena kesenangan, tapi Kirana harus menyiapkan apa yang harus di bawa oleh Agni.
“Berasa jadi istrinya saja aku ini. Semua-semua di kerjain sekretaris pribadi. Hais…. beneran tak perlu harus menikah dulu sebelum menjadi seorang istri kalau seperti ini jadinya. Cukup jadi sekertaris pribadi saja sudah cukup,” gerutu Kirana yang hanya di tanggapi dengan senyum puas dari Agni.
Memperhatikan kerjaan sang sekretaris bonus mendengarkan gerutuan sekretaris cantik nya. Berdiri bersandar di pintu, melipat kedua tangan di d**a menunjukkan betapa bangganya dia menjadi seorang bos.
Kirana yang tak sadar akan kehadiran Agni pun masih terus saja menggerutu mengeluarkan uneg-unegnya. Setelah selesai dengan apa yang harus di kerjakan, Kirana baru menyadari kehadiran seorang Agni yang berdiri menyandar di pintu ruang kerjanya tersebut.
“Bapak!!” kaget Kirana dengan suara memekik.
“Lanjutkan, aku kan bos yang baik dengan mengajarkan kamu menjadi seorang istri tanpa harus menikah dulu.”
“Baik apanya?” jawab Kirana yang tak terima dengan wejangan yang di berikan oleh Agni.
“Ya baik lah. Coba sekarang kamu pikir, aku mengajari kamu menjadi seorang istri yang baik dan benar sebelum menikah. Dari pada nanti kamu menikah tanpa tau apa yang harus di kerjakan, pasti kamu akan sakit hati di omongin sama mertua kamu ke sana kemari,” Agni dengan argumennya sendiri.
“Bisa gitu?” tanya Kirana yang keheranan dengan ucapan Agni.
“Bisa dong, dengar-dengar ibu mertua itu suka ngegosip sama teman-teman arisannya. Jelek-jelekin lah itu si menantu kalau gak bisa apa-apa, makanya seharusnya kamu itu berterima kasih dengan saya yang sudah mengajari kamu dengan gratis,” ucap Agni mantap.
“Ya ya terima kasih banyak. Tapi asumsi bapak itu sepertinya hanya ada di lingkungan bapak deh. Calon mertua saya saja masih belum tampak, masak bapak sudah seenaknya saja mengajarkan calon menantunya segala hal seperti ini,” ucap Kirana yang masih tak terima dengan cara pikir Agni.
“kau ini kalau di kasih tau suka bandel ya, dengerin saya. Hampir semua mertua itu ngomongin menantunya, jelek-jelekin menantunya. Jadi kamu harus belajar sedini mungkin biar gak dapetin perlakuan seperti itu,” kekeh Agni dengan pendapatnya.
“iya in aja deh biar bapak gak sepaneng mikirin teorimu sendiri. Aku saja sudah sepaneng mikirin teori yang di bikin BigHit,” jawab Kirana asal.
“Otak kamu itu ke Korea saja, sudah jangan mikirin oppa-oppa yang jelas tak mengenal mu. Pikirin saja nanti aku pakai baju apa buat di perjalanan,” pungkas Agni sebelum meninggalkan Kirana.
“Pakai setelan baju dari karung goni saja pak, biar ikut merasakan zaman penjajahan dulu!” seru Kirana sedikit teriak karena Agni sudah sedikit jauh darinya.
Mendengarkan teriakan Kirana, Agni langsung berputar arah kembali ke ruang kerjanya dan mencari wanita itu. Mendekat pada wanita yang tengah merapikan berkas di atas meja. “Aku mau pakai baju setelan karung goni, asal kamu pakai baju kemben biar aku bisa melihat permaisuri zaman dulu Chandra Kirana!” bisik Agni tepat di telinga Kirana.
“Tunggu saya menikah dulu pak. Buat menyenangkan hati bapak, saya akan memakai baju keraton jawa yang hanya mengenakan kemben dan kain jarik,” ucap Kirana asal.
“Aku pegang kata-kata kamu,” Agni meninggalkan Kirana untuk bersiap.
Karena perselisihan tadi, Kirana dan Agni hampir saja ketinggalan pesawat ke Bali. Beruntung keadaan jalan tidak macet saat keduanya menyusuri jalanan ibu kota.
Tiga jam perjalanan kini Kirana dan Agni sudah berada di sebuah resort yang di pesan sebelum berangkat ke Bali. Resort yang di pilih Agni Tanjung Benua di mana dia akan mendirikan hotel berbintang.
“Yakin bapak cuma mengambil satu kamar?” tanya Kirana memastikan.
“Yakin! Resort ini satu kamarnya memiliki tiga ruangan. Ruangan utama itu sebagai kamar terbesar dengan pemandangan menghadap ke laut, di tambah dengan kolam renang pribadi, itu jelas sebagai kamar ku. Dan dua ruangan lagi adalah kamar yang tak seberapa besar namun masih cukup untuk kamu, pemandangan nya cukup liat pantai dan laut saja. Dan satunya itu ruang tamu.” jelas Agni dengan mengenalkan ruangan-ruangan itu pada Kirana.
“Apa bapak gak bisa berbaik hati dengan bertukar kamar dengan saya?” tawar Kirana menunjukkan ekpresi memelasnya.
“Bisa, kalau kamu mau aku ajari bikin bayi,” goda Agni pada Kirana yang langsung gelagapan.
“Ag, a a hahaha, bapak bisa saja. Gak usah di ajari pak terima kasih, biar nanti saya pesan di Go Baby saja,” jawab Kirana asal.
“Memang ada?” tanya Agni yang ingin tertawa dengan jawaban Kirana namun di tahan untuk mempertahankan kewibawaan nya.
“Ada, nanti saya ajari bapak pesannya gimana,” Kirana meninggalkan Agni yang sepertinya tengah salah meminum obat tadi pagi.
Agni hanya tersenyum menanggapi jawaban yang Kirana lontarkan sebelum meninggalkannya.
Agni membersihkan diri sebelum beristirahat. Badan lelah di tambah dengan proyek yang sepertinya akan memakan waktu lama itu pasti akan menyita waktunya, nanti.
Sedangkan Kirana di kamar sebelah sudah membuka proposal yang di bilang ada sedikit keanehan. Selama memeriksa, Kirana malah menemukan adanya kecacatan dalam proposal pihak pertama yang sangat merugikan pihak kedua, atau pihak dari perusahaan Jingga selaku pelaksana.
Dengan segera Kirana menunjukkan pada Agni yang berada di kamar sebelah. Terbiasa masuk tanpa mengetuk pintu, Kirana disambut oleh pemandangan yang tak pernah dilihat sebelumnya. Tubuh atletis yang di dapat dari rutin berolah raga, di tambah dengan air yang membasahi tubuhnya menambah keseksian tersendiri.
Kirana hanya melongo melihat Agni yang hanya mengenakan handuk di pinggang hingga lutut. Sedangkan Agni hanya tersenyum melihat respon sang sekretaris pribadinya.
“Apa yang kau lihat, Kirana?” senyum menggoda Agni sambil mendekati wanita cantik di depannya.
“Roti sobek, ab, bukan ABS, eh bukan surga, ah bukan iiiissss apa sih sudah pakai baju dulu pak!” konsentrasi Kirana terpecah dengan apa yang dilihatnya. Tapi dia masih sadar kalau baju satu koper sudah di acak-acak oleh pemilik tubuh surga itu.
“Otak kamu itu terbuat dari apa sih, pak? Sampai nyari baju semudah ini saja harus menjadikan kamar sebagai pasar dadakan seperti ini!” gerutu Kirana yang tak terima jika kerjaannya di halangi oleh hal-hal seperti ini terus.
“Tugas istri itu melayani suami. Jadi kalau istri tak menjalankan tuganya, ya seperti ini lah kejadiannya.” bisik Agni yang terus menggoda Kirana.
“Aku bukan istrimu, pak!” bentak Kirana dengan menyodorkan kemeja putih yang berlengan pendek pada Agni. Setelan celana pendek yang menambah kesempurnaan pada penampilan Agni.
“Aku mengajari mu, bukan menganggap mu.” ucap Agni sambil mengenakan bajunya di hadapan Kirana.
“Sama saja! Kau tak tau fungsi kamar mandi dengan benar kah pak? Sampai berganti baju di depanku seperti ini?” tanya Kirana yang sudah tak habis pikir dengan apa yang di lakukan oleh bosnya ini.
“Kau sudah harus terbiasa dengan melihat seperti ini. Atau kau menginginkan yang lebih? Bilang saja, aku akan memberikan khusus untuk kamu,” masih dengan menggoda, Agni rupanya tak ingat untuk apa dia datang ke pulau Dewata ini.
“Kalau bapak masih menggoda saya terus seperti ini, sudah bisa saya pastikan bapak akan tinggal di pulau ini sendiri tanpa ada yang bapak kenal!” ancam Kirana sebelum memakaikan baju yang tadi disodorkan olehny