bc

My Sugar

book_age12+
1.7K
FOLLOW
14.5K
READ
others
love-triangle
possessive
goodgirl
drama
sweet
bxg
icy
friendship
like
intro-logo
Blurb

*Telah dibaca sebanyak 267 ribu orang di w*****d*

*Louis Family 2*

Sandra tidak mengerti mengapa dirinya dengan Peter sering sekali bertemu di saat yang tidak terduga. Banyak yang menduga Sandra menguntitnya padahal sebenarnya tidak. Peter adalah seorang pria yang begitu dingin dan ia juga merupakan idola dari sekolahnya sendiri.

Sandra hanya ingin hidupnya berjalan dengan nyaman karena jika ia terus menerus memiliki Peter disampingnya, dia akan kewalahan terhadap kebencian satu sekolahnya. Keduanya mengalami rasa cinta di masa akil balig mereka hingga nanti keduanya dipertemukan kembali di saat mereka sudah dewasa disaat keduanya sudah berbeda dari sebelumnya.

chap-preview
Free preview
01. Kebetulan yang Berkali-kali
Sandra’s POV "s**l!" Aku berlari secepat mungkin ke sekolah. Sebenarnya jarak antara sekolah dan rumahku tidak sejauh itu. Ini semua karena kemarin aku mendapat pekerjaan tambahan sampai aku harus pulang jam 1 pagi. Tubuhku masih lemas, namun aku memaksakan diriku untuk tetap berlari secepatnya, nafasku juga benar-benar tidak beraturan, dengan terengah-engah aku berhenti sejenak dan memegang kedua lututku untuk mengatur napasku. Aku benar-benar lelah, namun aku tidak punya pilihan lain selain kembali berlari masuk ke gerbang sekolah terlebih dahulu. Ini adalah tahun ketigaku menjalani kehidupan sebagai anak sekolah menengah di SMA Internasional Garuda, salah satu sekolah terbaik di Indonesia. Sekolah ini berlokasi di Batam, dan tentu saja sekolah ini berisi siswa kaya raya dan tentu saja pintar. Untungnya aku mendapat 50% beasiswa dari sekolah elit ini, itulah mengapa orang yang tidak berada sepertiku bisa bersekolah di sekolah ini. Orang tuaku meninggal lima tahun yang lalu, meninggalkanku sendirian dalam suatu kecelakaan. Itulah yang memaksaku untuk bekerja, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sekolahku. Aku benar-benar lega ketika aku sudah melewati gerbang sekolah, namun aku tidak ingin menyia-nyiakan waktuku karena sesi pertama ini adalah pelajaran yang begitu penting dengan guru yang begitu menyebalkan juga tentunya. Aku hanya tidak ingin kena hukum oleh guru menor itu jika aku terlambat ke kelasnya. "Sandra!" teriak Bianca yang sedang melambai padaku ketika aku sudah sampai di dekat kelas ku. Bianca Keene, sahabatku sejak kami berumur sepuluh tahun. Dia yang memaksaku ke sekolah di sini, berkat bantuannya, jadi aku bisa mendapat beasiswa 50%. Aku meminta banyak info melaluinya mengenai sekolah ini dan tips-tips agar lolos dan akhirnya aku benar-benar bisa jebol ke sekolah ini. Karena aku salah satu siswa yang tidak berada, aku kesulitan untuk memiliki teman, namun menurutku itu tidak masalah karena memiliki Bianca saja sudah cukup untukku. Dikatakan menyesal atau tidak, aku lebih menikmati sekolah ini, terlebih fasilitasnya yang begitu memanjakan para muridnya. Aku sangat suka perpustakaannya yang begitu lengkap dan luas sehingga aku sendiri memiliki spot tersendiri untuk menyendiri dan membaca buku-buku perpustakaan yang begitu beragam isinya. "Cepat! Guru kita yang itu cantik ingin masuk!" teriak Bianca yang ikutan panik melihatku yang hampir telat ini. Aku segera berlari dan akhirnya aku duduk di kursiku, bukan hanya aku, tetapi juga beberapa teman sekelasku melakukan hal yang sama. Aku membuka bukuku tepat sebelum Donna masuk. Aku menarik napas ketika dia melihat sekeliling dan akhirnya mata kami bertemu. Dia menatapku dengan arogan, seakan dia berusaha ingin mencari kesalahanku, "Tumben... saya pikir kamu terlambat hari ini, Sandra Baker," Aku mengangkat bahu dengan senyuman ajaib di bibirku, "Bisakah aku menganggapnya sebagai pujian?" ujarku dengan sedikit sombong. Aku tidak perduli jika dia menganggapku sebagai siswi yang sombong, itu semua juga karena sikapnya yang bossy dan menyebalkan. Dia memperlakukan murid-muridnya dengan sesuka hatinya, bukan hanya aku, tetapi juga siswa-siswi lainnya juga merasakan hal yang sama mengenai guru menor ini. "Tidak juga," katanya ketika dia ingin mengakhiri percakapan pagi kami. “Bagaimana denganmu, Bianca. Apakah kamu sudah menyelesaikan PR mu?" tanyanya yang beralih kepada Bianca yang menegapkan tubuhnya ketika ia mendengar namanya dipanggil. "Tentu saja sudah, bu," ujarnya dengan sedikit terbata-bata, PR? PR apaan? Aku melihat Bianca dengan bingung, mengapa aku tidak tahu kalau ada PR? Dia melirikku dengan bingung, tapi kemudian dia menyadari sesuatu dan itu mengubah ekspresinya dalam sekejab. Guru menor itu menyadari percakapan batin kami dan ia pun terlihat menunggingkan senyumnya. "Sepertinya akan ada hukuman pagi hari ini," kata Donna ketika aku menatapnya dengan senyum masam. Pada akhirnya, aku ketimpa s**l. *** Ugh! Tanganku sakit sekali! Aku menunggu dering bel sekolah, yang berarti sesi pertama selesai. Aku benar-benar ingin menyelesaikan hukuman bodoh ini. Orang-orang terus menertawaiku ketika mereka melihatku berdiri di luar kelas dengan tangan terangkat. Hanya ada aku seorang disini karena aku sendirilah yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah s****n itu. Aku menghela nafas dalam-dalam ketika aku mendengar bel berbunyi. Kulihat Donna keluar dari ruang kelasku dan dia terus berjalan dengan arogan, mengabaikanku yang masih berdiri di sini. Begitu melihatnya pergi, aku menurunkan tanganku dan memegang pundakku yang begitu sakit. Aku melihat Bianca mendekatiku dengan sungkan, walaupun ini salahnya, namun aku merasa aku tidak bisa marah kepadanya, "Sandra, aku minta maaf," kata Bianca dengan sangat. Aku mengerti betul jika ini adalah murni ketidaksengajaannya, tidak mungkin dia berniat untuk mencelakakanku. Lihatlah dia, ia bahkan tidak berani menatapku. Aku tersenyum ketika aku menepuk pundaknya, memberitahunya bahwa aku tidak mempermasalahkan masalah itu. Lagipula manusia mana yang tidak pernah melakukan kesalahan? "Tidak masalah, jangan khawatir," ujarku menenangkannya. "T-tapi," "Sudahlah, toh juga sudah lewat, btw aku duluan dulu ya," ujarku yang kemudian bergerak untuk meninggalkannya. Aku melihat jelas jika Bianca berbalik menatap kepergianku dan dia pun bertanya kepadaku, "Mau kemana?" teriaknya ketika aku mulai menjauh. "UKS," jawabku padanya. Aku sangat lelah dan aku harus menghabiskan pagiku dengan hukuman konyol itu. Aku benar-benar ingin tidur siang di UKS. Aku tidak peduli jika Tati, perawat yang menyebalkan itu terus berbicara omong kosong kepadaku. Aku berjalan dengan begitu santai hingga aku sampai ke UKS yang merupakan kamar kedua bagiku jika aku sedang lelah. Aku membuka pintu dan tidak ada orang di sini. Aku berjalan ke kotak P3K, untuk mendapatkan minyak kayu putih agar aku bisa memijat pelipisku yang pening ini. Ketika aku duduk dan memijat pelipisku, aku melirik seseorang yang tampaknya menyelimuti dirinya dengan kepalanya yang tertutup juga. Orang itu terlihat meringkuk dan bahkan tampak sangat tidak nyaman. "Umm... menurut penelitian, tidur dengan kepala tertutup itu tidak baik, karena asupan oksigen ke otak akan berkurang," ujarku sembari melihat-lihat siapa yang ada di balik selimut itu, Aku terkesiap ketika tubuh orang itu, yang bergerak lagi dan tiba-tiba kepalanya keluar. Dia melirikku dan aku bisa melihat wajahnya yang pucat sekarang. Jantungku berdetak begitu kencang ketika mata kami bertemu, bisa kubilang saat ini aku sedang membeku untuk sementara waktu. Aku berbalik untuk memutuskan rantai tatapan kami ke lemari untuk mencari minyak kayu putih, ah... rasanya aku tidak sanggup untuk menatap Peter. Dia adalah Peter Fernando Louis, alias Peter, pria berparas tampan ini sangat dipuja di seluruh sekolah. Tatapan dingin dan aura misteriusnya membuat jantungku berdetak sangat kencang tanpa alasan. Aku tidak mengerti mengapa aku bisa merasakan ini karena sebenarnya aku menyukai orang lain. Setelah diperhatikan lagi, Peter sepertinya sedikit menggigil dan itu membuatku entah mengapa ingin mendekatinya, tapi aku merasa agak ragu. Aku tersentak ketika tiba-tiba aku mendengar sesuatu jatuh, dan ternyata itu gelas Peter. Sepertinya dia ingin mengambilnya tapi dia menjatuhkannya. Aku segera mengambil gelas baru yang ada di lemari dan saya mengambil air hangat untuknya. "Apakah kau baik-baik saja?" tanyaku, ketika aku mendekatinya dan memberinya air. Peter mengambil air yang kuisi untuknya dan meminumnya. Ia tampaknya kehausan dan sepertinya sedari tadi tidak ada orang di sini sehingga tidak ada yang bisa memberikannya air. "Pelan-pelan," Aku memperingatinya. Kenapa daritadi dia tidak memintaku untuk membantunya mengambil air? "Apa kamu mau lagi?" Dia menjawab dengan menggelengkan kepalanya. Aku mengembalikan gelas itu di nakas dan hendak kembali ke ranjang yang seharusnya menjadi tempatku untuk tidur. Namun, ada beberapa kata yang ingin kukatakan kepada Peter yang membuatku kembali ke tempat dimana Peter sedang berbaring. "Jika ada yang sesuatu yang kau butuhkan, jangan ragu untuk memanggilku," kataku dengan senyumku yang tulus. Aku tidak berbohong, aku ingin membantunya dengan tulus. Dia tampak mengangguk padaku. Aku kembali hendak berjalan ke ranjangku, namun Peter berkata sesuatu yang membuatku terdiam sejenak, "Terima kasih," ujarnya yang sempat membuatku terdiam sejenak. Aku berbalik dan bertanya kepadanya,"Untuk apa?" "Untuk kemarin," dia menatapku kali ini. Jantungku berdebar kian kuat, ingatanku kembali kepada kemarin sore, sangat mengerikan ketika aku mengingat kembali ketika ia tiba-tiba jatuh dari motornya. Saat itu, dengan kaget, aku langsung mendekatinya. Wajahnya pucat dan napasnya tercekat, untugnya ia memakai jaket dan tidak ada luka lecet yang begitu berarti. Karena aku tidak tahu dimana rumahnya, aku membawanya ke rumahku karena dia jatuh di dekat rumahku. Aku meninggalkan motornya yang besar itu bersama dengan petugas keamanan yang menjaga di sana, karena tidak mungkin aku bisa mengendarainya. Tapi bagaimanapun, entah bagaimana aku selalu bertemu dengannya dan itu tidak sengaja! Aku tahu ini sangat konyol, tetapi aku tidak pernah berniat menguntitnya atau apalah itu. Aku berani bersumpah jika aku tidak pernah menguntitnya. "Tidak masalah. Jangan memaksakan diri untuk pergi ke sekolah jika tubuhmu belum fit," saranku kepadanya. Aku heran, jika dia pada akhirnya berakhir di UKS, kenapa dia tidak di rumah saja supaya ada orang yang merawatnya? Dia mengangguk dan melepaskan pandangannya dariku. Ketika aku berpikir bahwa tidak akan ada yang ingin dikatakan, aku berbalik untuk berjalan menuju ranjangku. Tidak kusangka, dia memegang tanganku dan itu membuatku sangat terkejut, "A-apa?" tanyaku dengan kaget, Apakah normal jika aku sangat terkejut? "Tetap di sini," pintanya. Aku menurunkan tangannya dan menjauh darinya. "Mau kemana?" dia bertanya padaku seakan tidak ingin aku meninggalkannya sendirian, Tunggu, mengapa dia bersikap begini? "Aku ingin mengambil kursi, tenanglah…" ujarku, melepas tangannya dan menarik kursi di sudut sana, lalu duduk di samping tempat tidurnya. Ketika aku duduk, aku melihatnya yang sepertinya mulai tertidur. Bukan hanya dia, aku juga merasa sangat mengantuk dan tiba-tiba saja tertidur. Yang kutahu, mengantuk memang bisa menular katanya. Aku meletakkan tanganku di ranjang Peter dan rasanya sangat nyaman sampai aku terbangun ketika mendengar suara bel berbunyi. Aku membuka mataku perlahan sebelum aku langsung bangkit dari ranjangku dan melihat sekitarku. Aku bertanya-tanya, mengapa aku ada di sini? Yang membuatku heran adalah, Mengapa aku tidur di tempat tidur Peter?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hubungan Terlarang

read
501.9K
bc

HYPER!

read
559.3K
bc

I Love You Dad

read
283.2K
bc

I LOVE YOU HOT DADDY

read
1.1M
bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
308.4K
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
928.9K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
55.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook