08 MPH

719 Words
Meisya berjalan keluar dari toilet dan berniat melanjutkan langkah kakinya kearah ruangan suaminya. Braaak "Awwssh" ringis Meisya saat ada yang menabraknya dengan keras, hingga punggung nya terbentur kedingding. "Maaf nyonya," ucap Dewi. "Ti-tidak apa-apa," balas Meisya saat melihat Dewi lah yang menabraknya. "Upsss!" Dengan sengajanya ia menumpahkan kopi panas kearah lengan Meisya. "Aakkkh" pekik Meisya saat merasakan lengannya yang terasa terbakar. "Maafkan saya ya nyonya," ucap Putri dengan wajah yang di sedih-sedihkan. Meisya langsung berlari ke arah toilet, berniat mencuci lengannya yang sudah mulai melepuh. Namun naas tangannya terlebih dahulu di pegang oleh Dewi. "Mau kemana nyonya?" tanya Dewi sambil mencengjram kuat tangan Meisya yang terkena kopi panas tadi. "Aarrghh.. lepasin saya," rintih Meisya. "Hahaha seneng banget gue liat lo tersiksa kayak gini," tawa Putri. "Kumohon lepassh.. ini sakit," ucap Meisya memohon kepada Dewi. "Ck tadi aja lo sok sombong. Sekarang apa? Mohon-mohon juga kan lo," sinis Putri menatap Meisya tak suka. "Jika Anda tidak mau melepaskan tangan saya, saya akan memberitahu ini semua kepada suami saya!" ancam Meisya berharap Dewi dan anaknya takut. Bukannya takut Dewi dan Putri semakin mempermainkan Meisya. "Apa lo bilang? Suami? Nggak salah tuh. Kayaknya bentar lagi bakal jadi milik gue," sombong Putri. "Jaga mulu kam--" Plak Putri dengan santainya menapar pipi kanan Meisya. Putri melangkah mendekati Meisya, lalu ia mencengkram dagu Meisya dengan kuat. "Mulut lo yang seharusnya dijaga!" balas Putri. Meisya memejamkan matanya sambil merasakan betapa sakitnya lengan yang di cekal Dewi, dan dagu yang dicengkram Putri. Meisya berharap ada yang menolongnya. Sedangkan diruangannya, Bara sedari tadi merasa gelisah karena tidak melihat Meisya kunjung kembali. Padahal didalam ruangannya ini sudah terdapat kamar mandi. Tapi mengapa wanitanya lebih memilih toilet umum. Bara semakin gelisah saat sudah hampir 15 menit Meisya keluar. Ah rasanya Bara ingin segera menemui istrinya. Semenjak Meisya ikut dengannya pergi kekantor, semenjak itu Bara tak ingin sedikit berpisah dengan Meisya. Sudah cukup sekarang ia sudah tidak fokus dengan perkerjaannya. Bara buru-buru pergi keluar dan mencari istrinya. Disaat ia ingin hampir ditoilet, terdengar suara gaduhan dari sana. Bara semakin mempercepat langkahnya disaat pikiran-pikiran aneh bermunculan di pikirannya. Deg Dan benar saja. Bara mengepal tangannya dengan kuat, hingga terlihat jelas urat dilengannya. Rahang Bara sudah mengeras serta wajah yang merah padam. "LEPASKAN!!" teriaknya dengan murka. Bara berjalan menghampiri mereka lalu mengambil alih tubuh Meisya dan langsung memeluk tubuh lemas wanitanya. "Kalian berdua," geram Bara sambik menunjuk wajah Dewi dan Putri secara bergantian. "saya akan membalas ini semua lebih dari yang kalian lakukan terhadap istri saya!" peringat Bara tajam, lalu ia pergi meninggal kan Dewi dan Putri yang sudah bergetar hebat. "Ma ini gimana Mah?" tanya Putri gelisah. "Tenang sayang. Mama yakin tuan Bara tidak akan memutuskan kerja samanya," ucap Dewi meyakinkan anaknya. *** Braaaak Bara menendang pintu ruangannya, lalu ia berjalan kesofa dan menidurkan istrinya disana. "Ba-bara perih hiks," adu Meisya saat merasakan lengannya yang sudah terasa sangat perih. "Panggilkan dokter cepat!" perintah Bara kepada Brian. "Baik tuan," balas Brian. Bara meniup-niup lengan Meisya dan mengibaskan tangannya diatas lengan istrinya. Ia berharap apa yang ia lakukan bisa mengholangkan sedikit rasa sakit dari lengan istrinya. Seorang dokter wanita masuk kedalam ruangan Bara, dan langsung mengecek keadaan Meisya. "Beri salep ini kepada nyonya setiap hari, saya yakin belas lukanya nanti akan segera menghilang," ucap dokter tersebut setelah mengobati Meisya. Bara langsung mengambil salep tersebut dan menyuruh dokter itu untuk keluar. Bara melangkah mendekati wanitanya, yang sekarang sudah memejamkan matanya dengan keadaan tangan yang di letakkan diatas bantal sofa. Bara mengecup kening istrinya berulang kali, dan membuat Meisya terganggu dan memilih membuka kelopak matanya. "Sakit?" tanya Bara lirih. Dan dijawab anggukan pelan oleh Meisya. Praaaang Satu vas indah yang berada dimeja tiba-tiba pecah karena dilempar oleh Bara. Membuat wanita yang berbaring di depannya langsung terkesiap. "BRIAN!!!" teriak Bara memanggil nama pengawal pribadinya. "Ada apa tuan?" tanya Brian. "Aku ingin besok keluarga Dewi menerima akibatnya karena telah melukai istriku. Hancurkan perusahaan tak berguna miliknya!" perintah Bara geram. "Baik tuan," Brian pun keluar dari ruangan Bara. Bara mengelus dagu Meisya yang hampir terluka karena cengkraman kuat tadi. Apalagi kuku Putri yang sangat panjang, seakan kuku itu ingin di tanjapkannya ke dagu Meisya. "Ja-jangan sakiti tante Dewi Bar," cicit Meisya pelan. Seburuk-buruknya Dewi kepadanya, Meisya masih menganggapnya sebagai Tante nya. "Keputusan ku udah bulat sayang. Jadi mau kamu cegah gimana pun , hal itu bakal terjadi," balas Bara.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD