5. Perasaan Marcello

1153 Words
“Berani-beraninya gadis dekil itu dekat dengan Marcello,” ucap wanita yang sedari tadi menatap kearah Fazella dan Marcello. “Bukankah dia saudaranya si kembar? Mana mungkin Marcello menyukai gadis itu apalagi dia tahu kalau gadis itu adalah saudaranya si kembar.” “Darimana Cello tahu jika gadis itu saudaranya si kembar?” “Tadi pagi gadis itu minta uang pada si kembar.” “Ohh, aku paham sekarang. Baiklah kalau begitu, ayo kita pergi,” ucap wanita yang sedari tadi merasa sakit hati dengan kedekatan Fazella dan Marcello. Kini rombongan Fazella sudah kembali kesekolahnya. Begitu juga dengan Fazella dan juga Ratu, kedua sahabat itu kini sudah membawa tas di punggung masing-masing dan sudah mau pulang. “Zel. Kak Marcello tadi ganteng banget ya. Uuuhh! Tapi sayang masih gantengan Kakak kamu,” ucap Ratu. “Heleh. Awas saja ya kalau kamu naksir,” ucap Fazella. “Memang kenapa kalau aku naksir salah satu dari mereka?” “Siap-siap saja patah hati! Saingan kamu itu banyak, mana bohai-bohai dan seksi. Jauh sama kamu yang trepes ini,” ucap Fazella. “Sesama trepes dilarang saling mengatai,” ucap Ratu. “Noh mobilmu datang, sana balik,” ucap Fazella. “Kamu pulang sama siapa?” tanya Ratu. “Di jemput Ayah.” “Oh, ya sudah kalau gitu aku duluan ya, daa!” “Daa.” Setelah lima belas menit menunggu, Huda sang ayah pun tiba menjemput Fazella. “Ayah lama banget sih jemputnya? Pegal tau nungguinnya,” gerutu Fazella. “Maafkan Ayah, Sayang. Tadi Ayah bertemu dengan teman Ayah, jadi ngobrol sedikit,” ucap Huda. “Bunda pulang juga?” “Iya, sekarang si rumah nenek “ Fazella hanya ber oh ria saja mendengar ucapan sang Ayah, hingga deringan ponselnya mengagetkan Fazella. “Halo, siapa ini?” “Ini aku.” “Aku-aku! Ini siapa? Aku gak kenal sama kamu!” ucap Fazella ketus. Sementara Huda hanya geleng-geleng kepala mendengar nada bicara sang putri yang lebih mirip dengan Rani. “Aku Marcello, Zel.” “Oh, Kak Cello. Maaf Kak, kena bentak soalnya tidak tahu kalau ini nomornya Kakak. Oke aku simpan nanti. Oh iya ngomong-ngomong ada apa Kak?” “Tidak ada, hanya memastikan saja apa kamu sudah pulang sekolah?” tanya Marcello. “Sudah, ini sudah ada di jalan,” ucap Fazella. “Ya sudah kalau begitu, hati-hati ya. Aku tutup dulu.” “Siapa?” tanya Huda saat Fazella sudah meletakkan ponselnya kedalam tasnya. “Teman aku Yah,” jawab Fazella. “Teman apa cowok idaman?” goda Huda. “Apaan sih, Yah. Katanya tidak boleh pacaran dulu sebelum lulus sekolah.” “Pintarnya anak Ayah,” ucap Huda. ** Kini Azlan dan Adnan sudah pulang dari kuliah, mereka tengah duduk disebuah gazebo yang terdapat di taman belakang rumah mereka. Zalan yang sibuk dengan laptop miliknya, dan Adnan yang tengah sibuk membaca buku. Ya matanya fokus ke buku, tapi pikirannya tengah memikirkan senyuman manis gadisnya. Gadisnya? Apa pantas Adnan menyebut Fazella sebagai gadisnya, saat dia menjadi pecundang yang sembunyi dari perasaannya, dan menutupi dengan ekspresi wajah dingin bak es balok berjalan. “Kesambet apa kamu, Nan?” tegur Azlan saat melihat Adnan tersenyum tak jelas. “Apaan sih?” “Ngapain senyum-senyum gak jelas gitu?” “Ini ada yang lucu,” ucap Adnan. “Sejak kapan buku matematika asa yang lucu? Memangnya barusan angka itu berubah jadi wajah Fazella.” “Sialan kamu!” ucap Adnan seraya pergi meninggalkan Azlan. “Dasar bocah.” Hari berganti hari, hampir satu bulan setelah pertemuan Fazella dan Marcello. Kini keduanya semakin akrab dan sering bertemu, tentu saja tak ada yang tahu kedekatan mereka, kecuali Ratu dan Ayesha. Karena terlalu sering melihat Fazella menerima telepon dari Marcello di depan Ayesha, hingga Ayesha pun tahu siapa Marcello dan kedekatan keduanya. “Zel, nanti nginep di rumah ya? Mbak lagi malas mau ngapa-ngapain. Besok kan minggu, ya ya ya!” rengek Ayesha pada Fazella. Ya kini keduanya tengah berada dirumah Diandra. “Mbak Ayes suka maksa deh! Ya udah kalau Mbak Ayes maksa, aku nanti nginep di sana,” ucap Fazella. “Nah gitu dong. Besok kita jalan-jalan ya.” “Gak bisa Mbak,” tolak Fazella. “Kenapa?” “Aku ada janji sama Kak Cello,” ucap Fazella. “Widiiihhh! Songong nih ya. Yang mau kencan sampai-sampai aku di lupakan,” ucap Ayesha. “Siapa yang mau kencan coba? Biasanya kan juga gitu atu Neng,” ucap Fazella. “Ya ya ya! Terserah Anda Nona Fazella.” Fazella hanya tersenyum melihat wajah masam Ayesha. Sebenarnya ia tidak mau pergi berduaan dengan Marcello, biasanya jika Marcello mengajaknya pergi nongkrong, Fazella akan mengajak Ratu. Namun kali ini Marcello hanya ingin pergi berdua saja tanpa mengajak Ratu. Dengan terpaksa Fazella mengiyakan ajakan Marcello itu, toh hanya kali ini saja bagi Fazella. Lagipula sang pujaan hati juga tidak pernah mengajaknya pergi berdua, jangankan pergi berdua, mengetahui perasaannya saja tidak. Keesokan harinya Fazella pergi ke kafe tempatnya bertemu dengan Marcello. Tentu saja setelah pagi tadi dapat ceramah panjang kali lebar kali tinggi dari sang Ummi karena mendapat laporan dari Ayesha jika dia akan pergi berkencan, sungguh menyebalkan tingkah Ayesha bagi Fazella. “Sudah lama menunggu, Kak?” tanya Fazella yang baru saja sampai di kafe. “Belum, baru beberapa menit yang lalu. Kamu naik apa kesini?” tanya Marcello. “Di antar sama Mbakku,” jawab Fazella. “Mau pesan apa?” “Jus alpukat saja,” ucap Fazella. Marcello pun memesankan jus untuk Fazella. Perbincangan mereka pun berlanjut, bagi Fazella, Marcello orangnya sangatlah asyik jika di ajak ngobrol. Itu sebabnya Fazella bis dekat dengan Marcello. “Zel?” “Iya. Kenapa Kak?” “Bolehkah aku mengatakan sesuatu?” tanya Marcello. “Kak Cello seperti apa saja. Bicara tinggal bicara juga, masih aja nanya. Kayak ke siapa aja,” ucap Fazella. “Aku menyukaimu, Zel. Maukah kamu menjadi kekasihku?” tanya Marcello. Sementara Fazella mematung mendengar ungkapan perasaan Marcello. Ia senang Marcello mau mengungkapkan perasaan padanya, tapi di sisi lain, hatinya masih ada dan akan tetap ada sosok Adnan selamanya. Fazella bingun dan bimbang, apakah ia akan menerima perasaan Marcello atau menunggu sosok dingin Adnan yang tak kunjung bisa ia cairkan. Fazella menghela napasnya mencoba menetralkan detak jantungnya. “Kak, Kakak tahu kan bagaimana aku? Aku tidak bisa menjalin hubungan saat aku masih berseragam SMA, Ayah bundaku, melarangku untuk berpacaran. Mereka ingin aku fokus sekolah dulu. Jadi maafkan aku Kak, jika aku tidak bisa menerima perasaan Kakak,” ucap Fazella. “Ya aku tahu itu. Baiklah, aku akan menunggu sampai kamu siap untuk menjalin sebuah hubungan, dan aku akan menunggu sampai kapanpun itu,” ucap Marcello seraya tersenyum. Tanpa di ketahui oleh Marcello dan Fazella, sosok Adnan mendengar pertanyaan cinta Marcello pada gadis pujaannya. Namun sebelum Fazella menjawab, Adnan sudah terlebih dahulu pergi dari kafe itu dengan hati yang hancur. Ia merasa kalah sebelum berperang. Ia mengira jika Fazella akan menerima perasaan Marcello, ia pergi tanpa tahu yang sebenarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD