4. Marcello

1707 Words
Azlan terlihat gemas dengan muka adiknya yang terlihat masam, saat mendengar Fazella mencintai pria lain. Azlan sangat tahu jika adik kembarnya itu menyukai Fazella, tapi ditutupi dengan sikap cuek dan dinginnya. Entah sampai kapan hal itu akan berlaku, Azlan hanya bisa melihat dan mengikuti kedua bocah itu. “Kenapa Mas Adnan melihatku seperti itu?” tanya Fazella. “Kamu belum jawab pertanyaan aku, Fa. Siapa pria yang kami sukai?” “Adalah pokoknya, Mas Adnan gak perlu kepo,” ucap Fazella seraya menyeruput jus alpukat miliknya. “Awas saja kalau kamu sampai sakit hati sama cowok. Aku orang pertama yang akan mencincang cowok itu!” ucap Adnan. “Ohhh, manis banget. Pingin deh punya cowok kayak Mas Adnan,” ucap Fazella seraya bergelayut manja di lengan Adnan. “Eh, jangan manja kamu. Ntar pacarnya Adnan cemburu,” ucap Ayesha. “Memangnya Mas Adnan punya pacar?” tanya Fazella. “Calon, Zel. Kamu kan tahu, kita itu tampan, jadi pasti banyak yang ngantri buat jadi pacar kita,” ucap Azlan sombong Sementara Ayesha dan Fazella berekspresi mau muntah mendengar ucapan sombong Azlan. Berbeda dengan ketiga manusia itu. Adnan justru tengah menahan sesuatu yang bergemuruh didadanya saat Fazella bergelayut manja pada lengannya. Jantungnya terasa mau copot saat ia bersentuhan dengan gadis yang ia sukai. Ya mungkin hanya Azlan saja yang sadar akan perasaan Adnan pada Fazella. Bukannya tak ingin mengatakan yang sebenarnya, tapi Adnan lebih menjaga perasaan keluarganya. Ia berpikir jika mengatakan perasaan pada Fazella, maka yang ia takutkan adalah renggangnya tali persaudaraan antara kedua orang tuanya dan juga orang tua Fazella. Jadi Adnan memilih memendam perasaan pada gadis yang tumbuh besar bersama dirinya. “Zel. Nanti kamu menginap di rumah lagi?” tanya Ayesha. “Entahlah Mbak. Kayaknya nanti aku ke rumah nenek saja, soalnya sudah seminggu tidak menginap di sana,” ucap Fazella. “Nanti aku antar,” ucap Adnan. “Baiklah, tapi belikan bakso nanti,” ucap Fazella. “Ini saja belum kamu makan. Masih mau minta bakso? Sehat kamu Fa?” “Sehat walafiat Masku Sayang.” Lagi-lagi jantung Adnan berdetak kencang saat Fazella Mengatakan hal yang membuatnya terasa melayang. “Terserah kamu deh,” ucap Adnan dengan nada dingin untuk menutupi kegugupannya. Setelah acara makan siang yang hampir sore selesai dilakukan oleh keempat anak muda tersebut, kini Adnan mengantar Fazella kerumah Maya sang nenek dari Fazella. Sementara Ayesha dan Azlan mereka memilih pulang bersama Viana. Di dalam mobil hanya suara musik saja yang terdengar, sementara dua insan yang ada di dalam mobil sibuk dengan pikirannya masing-masing. Adnan yang fokus pada jalanan, dan Fazella yang sibuk dengan ponselnya. “Fa?” tak ada sahutan saat Adnan memanggil gadis yang ada disampingnya. “Fazela Nurani Huda?” “Apa sih, Mas? Ganggu aja deh?” gerutu Fazella tanpa menoleh kearah Adnan. “Kamu beneran suka sama seseorang?” tanya Adnan. Hal itu sukses membuat Fazella menghentikan jempolnya dari benda pipih di tangannya. Lama tak menjawab, Fazella sibuk dengan pikirannya. Ingin menjawab apa, jelas-jelas pria yang ia sukai ada di sampingnya dan selalu ada di dekatnya. “Ya elah, malah melamun,” ucap Adnan. “Iya, aku menyukai seorang pria, tapi sepertinya pria itu tidak menyukaiku Mas,” ucap Fazella lesu. Rahang Adnan mengeras mendengar ucapan Fazella, hatinya nyeri mendengar pengakuan gadis yang ia sukai ternyata menyukai pria lain. Ingin rasanya Adnan tahu, siapa pria yang di sukai oleh gadisnya itu, dan mencoba menjauhkannya dari pujaan hatinya. Namun lagi-lagi Adnan sadar posisi mereka sudah seperti saudara dan tak akan bisa bersama. “Kenapa, Mas?” tanya Fazella. “Tidak apa-apa. Aku hanya takut kamu terluka saat perasaanmu tak terbalas. Lebih baik kamu menyatakan pada pria itu dan kamu akan tahu kemana perasaanmu akan berlabuh,” ucap Adnan. Fazella terbelalak mendengar ucapan Adnan, matanya panas mencoba membendung pertahanan air agar tidak menetes. Terasa tertampar mendengar ucapan pria yang dia sukai mengatakan jika dirinya di minta untuk mengungkapkan perasaannya. “Apakah harus seperti itu, Mas? Bagaimana jika dia menolakku dan malah menjauhiku?” tanya Fazella. “Coba saja, jangan memendam perasaan pada seseorang, karena itu sangat menyakitkan, Fa,” ucap Adnan. Fazella terdiam memikirkan ucapan Adnan, ia menghela napas panjang lalu menyandarkan kepalanya pada kursi mobil yang ia duduki. “Baiklah aku akan memasak untuk dia dan akan mengatakan perasaanku padanya. Mungkin lusa atau lusanya lagi,” ucap Fazella. Adnan hanya tersenyum kecut mendengar ucapan Fazella. Berbeda dengan hatinya yang terasa hancur lebur mendengar ucapan Fazella. Ia merasa kalah sebelum berperang. Keesokan harinya, Adnan dan Fazella kembali pada aktivitas masing-masing sebagai pelajar dan mahasiswa. “Adnan!” teriak Ayesha. “Ya ampun, Kakak! Suaranya itu loh!” tegur Viana pada anak gadisnya. “Ummi, Adnan kemana sih? Kok gak kelihatan pagi ini?” tanya Ayesha. “Loh, kamu gak tahu?” tanya Ragarta yang tengah duduk seraya membaca koran. “Tahu apa, Bi?” “Adnan sama Azlan kan, berangkat pagi ke kampus, katanya ada apa gitu tadi,” jawab Ragarta. “Kok mereka gak bilang ke aku, ya?” “Makanya jangan ngebo! Anak perawan kok jam segini baru nongol!” ucap Viana. “Ish, Ummi apaan sih! Aku kan tadi habis subuhan ketiduran,” jawab Ayesha. “Emang kamu gak kuliah?” tanya Ragarta. “Masuk siang, Bi.” Mereka pun melanjutkan sarapan tanpa Adnan dan Azlan. Sementara di tempat lain. Adnan dan Azlan mengantar Fazella ke sekolah. Gadis itu tadi pagi-pagi sekali menelepon Azlan agar mengantarkannya ke sekolah. Setelah mengantar Fazella ke sekolahnya, kedua saudara kembar itu berangkat ke kampus mereka. Seperti biasa semua mata tertuju pada kedua saudara kembar yang terlihat tampan itu. Azlan dengan senyuman yang menggoda sementara Adnan dengan wajah dinginnya. “Tumben pagi-pagi sudah ada di kampus?” tanya Awan salah satu teman mereka. “Biasa habis jemput tuan Puteri,” jawab Azlan. “Acara yang akan diadakan hari ini gak jadi diadakan hari ini. Di tunda besok,” ucap Awan. “Lah, kenapa?” tanya Adnan. “Entah!” “Tahu gitu tadi kita sarapan di rumah,” gerutu Azlan. Akhirnya mereka memutuskan untuk sarapan di kantin kampus seraya menunggu jam pelajaran mereka mulai. Satu jam berlangsung Kini mereka ingin kembali kekelas, tapi baru juga melewati lapangan suara teriakan gadis membuat Azlan dan Adnan menoleh. “Huh! Capeknya!” “Ngapain kamu kesini?” tanya Azlan pada Fazella. “Ada kunjungan kelas kekampus ini, Mas,” jawab Fazella seraya mencoba mengatur napasnya. “Sama siapa?” tanya Adnan. “Itu,” jawab Fazella seraya menunjuk pasa rombongannya. Kenapa tadi gak bilang?” tanya Adnan. “Ish, bawel banget deh. Minta uangnya dong, Mas!” ucap Fazella seraya mengadahkan kedua tangannya pada Adnan dan Azlan. “Kenapa kamu suka sekali malak kami sih, Zel?” tanya Azlan yang heran dengan kelakuan Fazella. “Buruan Mas, nanti aku ketinggalan sama rombongan aku.” “Kamu gak di kasih uang jajan sama Bunda?” tanya Adnan. “Di kasih, tapi habis buat beli cilok sama bayar ongkos kesini.” Tanpa pikir panjang Adnan mengeluarkan dompetnya lalu menyerahkan uang lima puluh ribuan pada Fazella. “Nah gitu dong, itung-itung Mas Adnan belajar nafkahin istri. Oke terima kasih Mas Adnan Sayang. Aku ke sana dulu. Daaa!” ucap Fazella seraya berlari menuju rombongannya. “Bukannya dia sangat cantik, Nan?” tanya Azlan. “Ya, dia benar-benar cantik dan manis,” ucap Adnan seraya sedikit tersenyum. “Apa kamu tidak tertarik pada Zella?” “Apaan sih, Az? Ngaco kamu ya. Masa iya aku naksir sama anaknya Bunda. Ayah kan saudaranya Ummi. Jangan ngomong yang aneh-aneh deh,” ucap Adnan seraya pergi meninggalkan Azlan yang terkekeh melihat sikap salah tingkah Adnan. “Hei, Ummi sama ayah kan gak ada hubungan darah, jadi gak apa-apa kan kalau kamu naksir Zella,” ucap Azlan. Namun Adnan tak menyahuti ucapan Azlan, meskipun ucapan yang dilontarkan saudara kembarnya itu ada benarnya juga, tapi sekali lagi Adnan tak ingin membuat canggung hubungan keluarga Huda dan keluarganya. “Tadi itu siapa, Ze?” tanya salah satu teman Fazella. “Pacarku lah,” jawab Fazella enteng. “Widih, gak tanggung-tanggung. Sekali pacaran dua, ganteng-ganteng pula,” ucap Ratu, meskipun ia sudah tahu siapa sebenarnya kedua pria tampan yang dipalaki oleh Fazella tadi. “Muka saja kelihatan polos, tapi kelakuannya tidak baik, bisanya morotin cowok saja,” ejak Marissa. “Bodo amat, yang penting dompet terisi,” jawab Fazella. Sebelum Marissa menjawab ucapan Fazella, guru mereka mengintruksikan agar mereka semua tenang agar tidak mengganggu aktivitas para mahasiswa yang tengah belajar. Setelah puas berkeliling kampus, kini rombongan Fazella diijinkan istirahat dan melihat-lihat area kampus. Begitu juga dengan Fazella dan Ratu, mereka berdua memilih menuju fakultas kedokteran, ya Ratu berkeinginan menjadi dokter, jadi Fazella mengikuti saja keinginan temannya itu untuk menuju fakultas kedokteran. “Aduh!” ucap Fazella saat tanpa sengaja menabrak seseorang. “Kamu gak apa-apa, Dek?” tanya seorang pria berjas putih yang terlihat seperti mahasiswa kedokteran. “Ha! Ak-aku tidak apa-apa. Maafkan aku karena jalan gak lihat-lihat,” ucap Fazella. “Kamu gak apa-apa kan, Ze?” tanya Ratu. “Iya, aku gak apa-apa.” “Kalian siswa SMA yang tour ke kampus ini kan?” “Iya, Kak.” Jawab Fazella dan Ratu serempak. “Kenalkan, aku Marcello.” “Aku, Fazella dan ini temanku, Ratu,” ucap Fazella seraya menerima uluran tangan Marcelo. “Ayo aku antar lihat-lihat,” ajak Marcello. Tanpa pikir panjang Fazella dan Ratu menyetujui ajakan Marcello. Mereka bertiga pun berkeliling kampus dan kini berakhir di sebuah kantin. Marcello memesankan kedua gadis SMA itu makanan. Ternyata di kantin itu ada beberapa teman Fazella dan Ratu juga. Tak butuh waktu lama, Fazella dan Marcello terlihat begitu akrab, hingga keduanya pun bertukar nomor telepon. Sesekali Fazella terlihat tertawa saat berbicara dengan Marcello. Namun tanpa ada yang tahu ada seseorang yang sedari tadi melihat kearah mereka dengan tatapan dingin. “Kamu kenapa, Zel?” tanya Marcello yang melihat gelagat Fazella tiba-tiba saja berubah dari yang tadinya ceria kini terlihat gelisah. “Tidak apa-apa Kak, hanya saja aku merasa ada yang tengah mengawasi kita,” ucap Fazella seraya celingukan seperti tengah mencari seseorang. “Mungkin hanya perasaanmu saja, Zel. Namanya juga kantin pasti banyak yang lihatin kita, apalagi aku ini tampan,” ucap Marcello mencoba mencairkan suasana. Fazella kembali tertawa mendengar ucapan Marcello. Dan tawa Fazella tersebut mampu membuat hati seseorang semakin sakit.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD