Setelah menyimpan kotak dari Ardi kini Fazella kembali fokus belajar saat bel sudah berbunyi, bagi Fazella sekolah adalah hal paling menyenangkan selain rumah Viana. Saat anak-anak lain menganggap rumah mereka paling nyaman, bagi Fazella itu tidak mungkin karena di rumahnya ada sosok adik yang menyebalkan bagi Fazella. Jadi ia lebih memilih sering menginap di rumah sang Ummi saat di tinggal pergi oleh kedua orang tuanya. Baginya keluarga Setyo Anam adalah keluarga kedua yang membuatnya nyaman. Di rumah itu ada sosok Ayesha yang membuatnya bisa cerita tentang apa saja yang ia alami di sekolah, selain itu di sana juga ada Azlan dan Adnan yang sering ia minta uang. Dan hal itu membuat kedua pria itu mengalah dan selalu memberikannya uang jajan. Berbeda dengan Faro sang adik yang lebih suka menginap di rumah neneknya. Entahlah Fazella lebih nyaman di rumah Viana.
“Zell, ke kantin yuk,” ajak Ratu saat bel istirahat berbunyi.
“Malas, paling kamu minta traktiran,” ucap Fazella.
“Gaklah, aku yang traktir deh kali ini,” ucap Ratu.
Fazella memicingkan matanya mendengar ucapan Ratu, jika sahabatnya itu mengatakan akan mentraktir dirinya, pasti ada maksud tersembunyi.
“Perasaan ku gak enak nih. Pasti ada udang di balik jadi tumpah,” ucap Fazella.
“Yee, seudzon muluk deh. Ayolah Zella, aku lapar nih,” ucap Ratu.
“Berapa hari gak makan kamu?” tanya Fazella seraya membereskan bukunya.
“Satu abad, Neng,” jawab Ratu.
Fazella terkekeh mendengar ucapan sahabatnya itu. Mereka pun akhirnya pergi ke kantin untuk makan, sebenarnya Fazella selalu membawa bekal, tapi jika sahabatnya mentraktirnya, ia bisa apa kalau tidak menerima nya. Kan sayang. Sesampainya di kantin, Fazella mencari tempat duduk sementara Ratu pergi memesan makanan.
“Hai Zella,” sapa Ardi.
“Wah tumben Kak Ardi ke kantin? Jangan bilang mau menanyakan soal kado tadi?” tebak Fazella.
“Ya elah, Zell. Aku biasanya juga ke kantin, hanya saja setelah memesan aku langsung pergi,” ucap Ardi, Fazella hanya mengangguk saja.
“Ngapain di sini? Mau menggoda Fazella ya?” tuduh Ratu yang tiba-tiba saja datang dengan membawa dua mangkok mie ayam.
“Iya dong, kan dia cantik enak untuk di goda. Gak kayak kamu!” ucap Ardi.
“Nih kuah masih panas loh Ar. Kalau buat nyiram muka mu seru nih,” ucap Ratu.
“Maafkan aku Ratu ku Sayang, aku hanya bercanda, baiklah aku pergi dulu, daa Zella.”
“Minggat sono, eneg aku liat muka genitmu itu,” ucap Ratu.
“Bodo amat!” ucap Ardi.
“Ooo bocah laknat!” cibir Ratu.
Sementara Fazella hanya menggelengkan kepalanya melihat dua orang yang selalu saja berantem saat bertemu. Sahabat Fazella hanya Ratu, karena Fazella bukanlah siswi populer, jadi ia tak banyak memiliki teman. Sebenarnya Fazella adalah cucu dari pemilik sekolahan tempatnya belajar, tapi tidak ada yang tahu kecuali para guru di sana, dan Ratu. Bagi Fazella memberitahu siapa dirinya hanya akan membuat siswa lain mencari muka agar bisa naik kelas. Hal itu sangat di benci oleh Fazella.
“Mau nambah, Zell?” tanya Ratu saat melihat mie ayam milik Fazella tinggal sedikit.
“Oh tidak! Aku sudah kenyang, Ra,” ucap Fazella.
“Baiklah.”
“Zella,” sapa seorang siswi pada Fazella.
“Iya Mel?”
“Kenalin aku sama kakak kamu yang mengantarmu tadi dong!” ucap gadis bernama Syamel itu.
“Siapa?” tanya Fazella pura-pura tidak tahu.
Ini bukan pertama kalinya ia di minta memperkenalkan Adnan atau Azlan pada siswi yang memergokinya di antar salah satu pria tampan itu. Dan hal ini yang paling di benci Fazella. Yang benar saja ia akan memperkenalkan kedua kakaknya itu pada cabe-cabean sekolah. Oh Fazella tidak pernah ikhlas.
“Tadi aku lihat kamu diantar sama cowok ganteng, pasti kakakmu kan?” tanya Syamel.
“Itu pacarku! Mau jadi pelakor kamu?” ucap Fazella.
“Ish sombong banget, awas ya aku akan merebut dia darimu!” ucap Syamel seraya pergi meninggalkan Fazella dan Ratu.
“Wah, kamu selalu saja pelit, Zell!” cibir Ratu.
“Bodo amat,” ucap Fazella.
“Kalau kenalin ke aku, boleh kan?” tanya Ratu.
“No, no! Tidak boleh. Aku kan sudah bilang kedua kakakku itu limited edition. Jadi butiran amuba seperti dirimu di larang mendekati mereka,” ucap Fazella.
“Baiklah, kalau begitu bayar sendiri mie ayamnya,” ucap Ratu seraya mengerucutkan bibirnya.
“Baiklah, aku akan membayarnya dan nanti aku akan meminta ganti rugi pada Tante, Mona,” ucap Fazella.
“Enak aja. Mamaku bisa marah kalau tahu aku menipumu,” ucap Ratu.
“Makanya, sana bayar,” ucap Fazella.
“Dasar laknat!” cibir Ratu.
Fazella hanya mengedikkan bahunya mendengar ucapan Ratu.
Setelah selesai membayar kini Ratu dan Fazella kembali ke kelas. Meskipun jam istirahat belum berakhir mereka berdua memutuskan untuk diam di kelas, karena cuaca cukup panas untuk berdiam diluar ruangan. Akhirnya mereka memilih berdiam diri di kelas seraya bercanda dan menunggu bel masuk.
Jam pelajaran telah usai, kini Fazella dan Ratu berjalan ke luar sekolah. Karena cuaca benar-benar panas Fazella pun menggunakan tasnya sebagai penutup kepala, begitu juga dengan Ratu. Fazella duduk sendiri di bangku depan sekolahnya, saat Ratu sudah di jemput oleh sopirnya. Tak berselang lama sebuah motor gede berwarna hitam menghampirinya, dan Fazella tahu itu siapa.
“Mbak Ayesha, kenapa bisa ada di sini?” tanya Fazella.
“Untuk menjemputmu lah,” ucap Ayesha seraya memberikan helm pada Fazella.
“Tadi katanya mau di jemput Pak Tono,” ucap Fazella.
“Pak Tono sibuk, sudahlah ayo naik,” ucap Ayesha.
Fazella mencebikkan bibirnya. Hal paling menakutkan adalah saat ia di bonceng oleh Ayesha menggunakan motor sport. Baginya itu sangat mengerikan, pasalnya Ayesha suka ngebut, dan menantang malaikat Izrail. Namun kali ini tidak ada pilihan lain bagi Fazella, jadi mau tidak mau ia harus mau di bonceng Ayesha.
“Mbak Ayesha, gak kuliah?” tanya Fazella saat sudah naik motor.
“Gak,” jawab Ayesha. Lalu ia menghidupkan mesin motornya dan melaju dengan kencang membelah jalanan yang sedikit padat. Dengan jantung yang mulai senam, Fazella berpegangan dengan erat pada perut Ayesha. Jika tidak berpegang maka bisa di pastikan tubuh kecilnya akan bertemu dengan aspal yang mulus. Setelah melakukan senam jantung, kini Fazella merasa lega karena Ayesha menghentikan motornya di restoran Ummi nya.
“Kita makan di sini ya, Zell. Aku lapar banget ini,” ucap Ayesha.
Fazella hanya mengangguk, ia tak sanggup berbicara karena ia masih menata degup jantungnya. Kini keduanya masuk ke restoran itu dan pergi keruangan Viana. Di sana keduanya makan makanan yang di pesan oleh Viana.
“Ummi tinggal ya, jika kalian kurang bisa telepon orang dapur,” ucap Viana lalu meninggalkan kedua gadis itu.
“Siap Ummi,” jawab Fazella dan Ayesha serempak.
“Mbak.”
“Hm.”
“Nih,” ucap Fazella seraya menyodorkan sebuah kotak pada Ayesha.
“Apa ini?” tanya Ayesha.
“Dari Kak Ardo, Kakaknya Kak, Ardi,” ucap Fazella.
“Hah!”
"Gak usah, 'Hah'! Mau gak? Gak mau aku ambil ini," ucap Fazella.
"Lagian ngapain juga ngasih ginian? Sudah tau aku benci sama dia," ucap Ayesha.
"Mbak? Bagaimana rasanya jatuh cinta?" tanya Fazella pada Ayesha.
"Kenapa tiba-tiba kamu tanya gitu, Zel? Kamu suka sama siapa?"
"Adalah, seorang pria yang sangat aku cintai, tapi dia sama sekali gak tertarik ke aku," ucap Fazella lesu.
"Wah, berita besar ini! Adnan? Fazella jatuh mulai jatuh cinta sama seseorang!" teriak Azlan yang tiba-tiba saja tiba. dan teriakannya membuat Fazella dan Ayesha kaget. Sementara raut wajah Adnan sudah berubah menjadi dingin setelah mendengar ucapan Azlan.
"Siapa pria yang kau cintai, Fa?" tanya Adnan dingin.
"Pria itu kamu. Mas," batin Fazella.