bc

Becoming Mafia's Husband

book_age16+
1.2K
FOLLOW
7.9K
READ
revenge
sex
fated
second chance
kickass heroine
mafia
single mother
billionairess
gangster
tragedy
like
intro-logo
Blurb

Sofia Marchetti terpaksa melanjutkan pekerjaan mendiang suaminya, menjadi pemimpin perusahaan dan klan mafia terbesar di Sisilia—Klan Marchetti.

Setahun berlalu, Sofia berada dalam keputusasaan. Semua orang memintanya mundur dari tahta kepemimpinan. Hingga, seorang pria ditemukan hanyut di pantai pribadinya. Siapa sangka, pria tersebut adalah Nikolas Valerio—Nik. Miliuner asal Yunani yang dinyatakan meninggal saat helikopter yang dia kendarai jatuh di lautan Mediterania.

Mendapati Nik amnesia, Sofia punya rencana lain. Demi menyelamatkan perusahaan dan kedudukannya, Sofia mengaku pada Nik sebagai istrinya dan Theo–anak Sofia dan mendiang suaminya, sebagai anaknya dengan Nik. Bermain peran sebagai keluarga bahagia.

Semua berjalan lancar, awalnya. Perusahaan mulai membaik dan cinta pelan-pelan bersemi. Namun, saat cinta itu siap Sofia ungkapkan, tiba-tiba Nik ingat semua hal! Akankah Nik tetap tinggal atau memilih pulang ke hidupnya yang dulu? Mengingat, Sofia telah membohonginya selama ini. Menutupi juga bahwa Sofia seorang ketua Mafia.

chap-preview
Free preview
#1 - Helicopter
Gerakan pelan dan suara dengkuran halus berhasil membangunkan Nik. Sesaat pria itu mengerjapkan mata berulang kali hingga akhirnya matanya terbuka sepenuhnya. Pemandangan pertama adalah langit-langit kamar. Berwarna putih dengan beberapa ukiran artistik di pinggirannya. Satu hal yang muncul di kepala pria itu, ini bukan griya tawang apalagi kamar tidurnya. Sekali lagi dia merasakan gerakan di sampingnya. Hanya saja kali ini, sesuatu seperti menyentuh perutnya. Refleks, Nik merunduk dan mencari tahu. Selimut hanya menutupi panggul hingga ke bawah, sementara bagian pusar sampai ke dadanya telanjang. Sesuai dugaannya, ada tangan mulus tergeletak di sana.  Nik menoleh pada sisi kirinya. Seorang wanita berambut pirang panjang tengah terlelap di sana. Rambut wanita itu menutup hampir seluruh wajahnya hingga Nik kesulitan mencari tahu seperti apa wajah wanita yang semalam dia tiduri. Meskipun dia tidak terlalu mabuk dan sangat sadar saat mereka b******a di ranjang, tetapi dia terlalu malas untuk mengingat bagaimana wanita tersebut. Seks selalu menyenangkan, tapi tidak berkesan, batinnya. Bagi Nik seks hanya sekadar kebutuhan fisik. Memilih untuk melakukannya pada wanita yang secara sengaja menyodorkan diri padanya. Fair enough and no hurt feeling. Belum pernah sekalipun dia b******a dengan wanita yang sangat dia inginkan. Dan dia merasa bahwa hari itu tidak akan pernah datang. Segera Nik meraih ponsel di nakas. Pukul 6 pagi, sudah waktunya dia pergi. Pelan-pelan dia menyingkirkan tangan si wanita penghibur, lalu beranjak dari tempat tidur. Menggeleng sejenak saat mendapati pakaian mereka berceceran di lantai. Nik mengerang sebal, pasti bajunya lusuh dan akan terlihat buruk. Diambilnya ponsel. Satu orang yang wajib dia hubungi setiap pagi, sang sekretaris, Veronica atau Vero. Wanita yang 5 tahun lebih tua dari Nik. Telah menikah dan bahagia serta setia. Aman dan dia tidak berani macam-macam. Cekatan dan juga cerdas. Paket sekretaris yang pantas dibayar mahal olehnya. “Vero,” sapa Nik dengan suara rendah. Dia tidak ingin membangunankan wanita penghibur itu. Bukan gayanya mengucapkan selamat tinggal pada wanita yang sudah dia tiduri. “Kirimkan mobil jemputan dan pakaian baru untukku.” “Baik, sir. Anda di mana?” Nik mengerang sebal. “Aku tidak tahu! Kau kan bisa melacak keberadaanku melalui ponselku. Dan aku tidak ingin seorang pun di hotel ini tahu aku di sini atau sampai ada CCTV yang tersebar bahwa aku barusan tidur dengan wanita di sini. Jadi, cepatlah kirim mobil karena aku ingin pergi.” “Oke, sir. Saya sudah mencari keberadaan Anda di hotel Lux. Barusan supir pribadi Anda menerima pesan saya untuk menjemput Anda di basement.” Senyum Nik puas. Vero memang mengesankan. Cekatan, cepat, dan sangat mahal. “Bagus, saya tidak merasa menyesal membayarmu mahal, Vero.” Vero terkekeh pelan. “Mr Valerio, pukul 8 nanti, Anda akan ada penerbangan menuju Roma. Ada rapat yang harus anda hadiri. Kemudian, keesokan harinya Anda akan ada rapat di Sisilia.” Nik manggut-manggut. Sambil mendengarkan rentetan acara yang Vero ucapkan, Nik mengenakan pakaiannya dengan cepat. Hingga sebuah ide muncul dari kepalanya. Sudah lama dia tidak terbang seorang diri. “Untuk malam hari … aku kosong, bukan?” tanya Nik seraya mengenakan jas-nya. Bagian terakhir dari pakaiannya sekarang. “Ya, Anda kosong karena besok pagi Anda akan melanjutkan rapat ke Sisilia menggunakan helikopter.” “Kalau begitu pesankan aku helikopter malam harinya. Aku akan terbang lebih dulu ke Sisilia. Besok paginya, silakan kau dan tim menyusul.” “Kau … akan menyetir sendiri, Nikolas?” Nik mendengkus. “Pertanyaan bodoh. Tentu saja! Aku sudah lama tidak terbang, Vero. Aku ingin menikmati malam.” “Kurasa akan lebih baik kalau kau menggunakan jasa pilot lain. Kemungkinan rapat akan selesai sekitar pukul 7 malam, Nik.” “Aku ingin pergi sendirian Vero!” “Baiklah, baiklah, Mr Valerio.” Nik menutup panggilannya pada Vero, lalu bersiap beranjak. Namun, sesuatu di tempat tidur menarik perhatiannya. Wanita berambut pirang itu juga sudah terjaga. Selimut putih melilit d**a hingga sekujur badannya. Menyunggingkan senyum pada Nik. Menggoda, tetapi tidak terlalu sukses membuat Nik tertarik untuk mendekat apalagi sampai mengulangi kegiatan mereka semalam. “Kau tidak ingin morning service-mu, sir?” tanya wanita itu yang langsung dibalas dengan gelengan Nik. “Aku sedang buru-buru dan terima kasih untuk tawarannya. Bersantailah di sini selama yang kau mau. Kau juga bisa memesan makanan apa saja. Bebas, kau tentukan saja sendiri.” Nik merogoh saku celana. Mengambil beberapa lembar uang Euro dari sana, lalu menaruhnya di sisi tempat tidur. “Sekali lagi terima kasih.” “Sungguh murah hati sekali, Mr Nikolas Valerio. Kudengar kau akan menyetir helikoptermu malam ini?” Nik mengangguk enggan dan heran mengapa dia masih di sini serta berbasa-basi dengan wanita asing. “Aku tidak punya waktu untuk berbincang.” “Jadi ini ucapan selamat tinggal?” “Tentu saja selamat tinggal!” Nik mulai tidak sabaran. “Aku tidak tertarik dengan hubungan jangka panjang, maaf aku tidak mau memberi harapan. Kedua, aku tak terlalu suka berhubungan seks dengan wanita yang sama lebih dari sekali. Itu terlalu membuat para wanita berharap lebih dari sekadar hubungan fisik. Selamat tinggal.” Buru-buru Nik melangkah menuju pintu. Namun, wanita penghibur itu kembali berteriak, “Hati-hati menyetir helikoptermu seorang diri! Semoga sampai ditujuan dengan selamat.” Nik hanya mengangguk singkat, tanpa bersusah payah untuk menoleh. Dia tidak butuh dikhawatirkan. Lagi pula, dia adalah pilot helikopter yang sudah terlatih dan bersertifikat. Jadi, tak akan ada kejadian apa pun ke depannya. Dia sangat yakin akan hal itu. *** Tepat waktu, rapat di Roma berakhir pukul 7 malam. Vero tengah berjalan mendahuluinya, menggiring Nik keluar dari kantor klien mereka menuju keluar gedung. Mobil jemputan mereka sudah menunggu di parkiran lobi. Supir pribadi Nik langsung membukakan pintu. Mempersilakan dirinya masuk lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Vero di depan. Tak lama, mobil pun melaju. Mereka harus bergegas ke griya tawang yang dia beli di Roma beberapa saat lalu. Pertemuan hari ini tidak buruk. Meskipun sempat bersitegang karena dua pihak yang jelas memiliki tujuan yang berbeda, tetapi akhirnya mereka menemukan jalan tengah. Rumit. Namun, Nik menyukai seni ini, berada di tengah orang-orang yang saling bernegosiasi untuk menemukan kesepakatan yang sama-sama menguntungkan dua belah pihak. Itulah mengapa Valerio Tech berkembang sangat pesat. Hanya butuh 5 tahun, Nik sukses membuat perusahaan IT-nya ini menjadi yang terbaik di Yunani dan segera di Eropa. Dengan catatan, perusahaan ini sama sekali tidak disokong dana oleh sang Ayah, Xaver Valerio. “Helikopter Anda sudah siap, sir, terparkir manis menunggu anda di helipad penthouse.” Suara Vero mengembalikan Nik pada dunia nyata. Senyum pria itu mengembang lebar. “Bagus. Aku tidak sabar sampai Sisilia lebih dulu.” “Anda pasti menyukainya. Selain keindahan pulau itu dengan pantai mereka, aku mendengar para wanita Sisilia sangatlah cantik.”  Nik mendengkus. Semua orang mengira isi kepalanya hanya berisikan wanita cantik. Salah besar. Dia ingin mendatangi pulau itu karena alasan pertama yang Vero sebutkan, keindahan Sisilia. Seorang diri mencari ketenangan ditemani deburan ombak. Untuk semalam. Bukan mencari teman tidur, Nik rasa tidak membutuhkan itu malam ini. Tak lama, mobil akhirnya berhasil masuk dalam basement bangunan tempat griya tawangnya berada. Supir membukakan pintu untuk Nik dan Vero. Keduanya bergegas berjalan cepat menaiki lift. Menekan tombol paling atas. “Kau butuh aku menelepon seseorang di Sisilia untuk menemanimu malam ini, Mr Valerio?” Vero melontarkan pertanyaan begitu pintu lift terbuka. Griya tawang super mewah dan eksklusif langsung disuguhkan di depan mata Nik. Kaca-kaca besar dengan pemandangan Italia terlihat indah di sana. Nuansa cokelat kayu-kayu membuat tempat ini terkesan hangat dan nyaman. Di luar sana, ada taman kecil dengan helipad berada. Tujuan utamanya saat ini. “Kalau aku ingin seseorang menemaniku, Vero, maka aku akan mencarinya sendiri atau memintanya sendiri. Jadi, tidak terima kasih untuk tawarannya.” “Baiklah. Kalau kau butuh apa-apa aku siap sedia 24 jam untukmu, Nik.” “Trims.” Nik tersenyum tipis. Menghargai kebaikan sekretarisnya. Mereka terus berjalan melintasi area ruang tamu. Vero dengan cekatan membukakan pintu kaca. Suara baling-baling helikopter terdengar. Dan adrenalin Nik langsung berpacu. Dia benar-benar tidak sabar ingin segera terbang. “Nik!” Panggilan Vero melambatkan langkahnya. “Aku harus mengingatkan bahwa rapat besok di Sisilia pukul 10. Kurasa, malam ini jangan terlalu memaksakan diri hingga kelelahan.”  Nik mengangguk patuh. “Hati-hati di jalan.” Vero menunjuk helikopter. “Jangan sampai kau menjatuhkannya.” “Woman! Kenapa semua orang meragukan kemampuanku. Kau sudah tau bahwa aku sangat terlatih dengan benda ini, jadi aku tidak akan jatuh.” “Aku tau, sir. Hanya menggoda saja. Jadi, sampai bertemu besok di Sisilia.” “Jaga baik-baik perusahaan, Vero. Aku … tidak mau diganggu malam ini. Kau mengerti.” Vero mengangguk, menurut. Nik pun bergegas naik ke helikopter. Menduduki sisi pilot. Menatap bagian cockpit canggih yang familier ini. Rasanya sudah sangat lama sekali dia tidak berada di balik kemudi helikopter. Mungkin sekitar tiga bulan terakhir saat dia hanya berpusat di Yunani. Segera dia menggunakan headphone dan menyalakan mesin. Sebelum pergi, Nik melambaikan tangan pada semua orang yang mengantarkan kepergiannya. Kemudian, pelan-pelan dia pun mulai menjalankan helikopter naik ke udara. Memiliki lisensi untuk menerbangkan sebuah helikopter bukanlah hal mudah, tapi juga bukan hal susah. Nik hanya perlu beberapa kali ujian dan dia lulus. Dia terlalu jenius hanya untuk gagal menerbangkan benda ini. Dan juga terlalu kaya untuk tidak dikabulkan keinginannya. Angin yang berembus, lampu dari bangunan-bangunan kecil di bawah sana berkelap-kelip, dan suara baling-baling adalah perpaduan sempurna. Tak lama, bangunan mulai menghilang berganti dengan lautan luas dan gelap. Nik tersenyum puas. Dengan ahli, dia menggerakan tuas helikopter untuk mengikuti arahan map. Jika tidak ada halangan, maka perkiraan sampainya kurang dari setengah jam lagi. Cukup lama dia melintasi lautan, tiba-tiba saja sesuatu yang aneh terjadi. Nik hendak menaikan helikopter yang posisinya agak turun, tapi gerakan heli ini malah oleng. Agak panik, Nik kembali menggerakan tuas kontrol. Namun, helikopter tetap bergeming datar. “s**t!” u*****n Nik meluncur dari mulutnya. Kepanikan belum berakhir karena tahu-tahu saja suara ledakan keras muncul dari belakangnya. Refleks, Nik menoleh. Pupil mata pria itu melebar saat mendapati bagian ekor helikopter berasap dan tak lama api mulai terlihat. “MAYDAY! MAYDAY!” teriak Nik pada mikrofon headphone-nya. Namun, tak seorang pun yang merespons. Sekali lagi, Nik berusaha tenang. Menurunkan helikopter ke lautan sambil terus meneriakkan pertolongan, “MAYDAY! MAYDAY!” Sayangnya, suara ledakan lain seolah menandakan bahwa ini adalah akhir. Tak ada pertolongan selain dirinya sendiri yang berusaha. Nik melepaskan semua alat komunikasi dan juga sabuk pengaman. Bergerak gusar ke pintu helikopter, kemudian dia menendang benda ini kuat-kuat. Mendapati lautan sudah sangat dekat dengan kaki helikopter, Nik mulai bergerak. Dia terjun memasuki laut Mediterania. Berharap kepandaiannya dalam berenang dapat menolongnya. Nik berdoa, semoga dia selamat dan dapat ditemukan.  ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The crazy handsome

read
465.4K
bc

A Secret Proposal

read
376.5K
bc

My Hot Boss (Indonesia)

read
661.8K
bc

The Seed of Love : Cherry

read
112.1K
bc

Satu Jam Saja

read
593.5K
bc

When The Bastard CEO Falls in Love

read
370.4K
bc

Bastard My Ex Husband

read
383.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook