Setiap hari Senin aktivitasku selalu saja lebih padat dari pada hari-hari biasanya. Aku rasa hal seperti itu dialami oleh hampir seluruh makhluk di muka bumi ini, deh. Hari ini aku harus melatih cheerleader dan mengganti mading yang lama dengan yang baru. Tugas aku sebagai ketua mading. Hari ini aku tidak ikut mengisi daftar mading.
Saat aku sedang tergesa-gesa untuk segera masuk ke dalam kelas, tiba-tiba saja aku dihadang sama semua teman-teman yang kemarin ikut menyaksikan pertandingan basket. Tapi bukan masalah pertandingan kemarin yang ingin mereka bahas melainkan ..., "Gimana? Udah ditembak belom...?" tanya Mila. Terdengar seperti sebuah kepastian bukan pertanyaan.
"Matik dong gue kalo ditembak!" kilahku.
"Udah jadiankan? Hayo ngaku aja deh?" Tia ikut memaksakan kehendak bahwa tebakkannya itu benar.
"Serius. Siapa nembak siapa coba? Dan nggak ada yang jadian!" jawabku dengan jujur sekaligus juga kesal dengan tingkah mereka yang sangat berlebihan dan sok tahu kalau menurut aku.
"Sumpeh lo, bohong banget, kan?" tuduh Tina yang memandang curiga. Menuduh aku berbohong lebih tepatnya.
"Iya. Gue emang jalan ama Rezky kemaren dan itu semua rencananya Risa yang ngebantuin Rezky. Bukan sengaja gue yang mau jalan ama dia. Tapi, beneran deh, gue sama dia nggak jadian kok!" kataku mengakui.
"Oh..., kacian!" ledek Yeni seenak jidatnya.
"Sabar ya!" sambung Tia.
"Tenang aja Sy, tinggal nunggu proses!" serbu Tina sok yakin.
Kata mereka satu persatu dan itu cukup membuat keningku sampai berkerut. Aku menggeleng frustrasi dengan sikap mereka dan bukan frustrasi karena nggak ditembak Rezky. Menurut aku perkataan mereka semua itu sudah memojokkan jiwa jombloku, "What? Lo semua pada gila ya? Seolah-olah gue yang udah ngarep banget buat ditembak sama dia! Nggak secepat itu juga kali guys, kalian semua yang punya otak mikir dong!" aku cukup emosi kali ini. Bersandar di dinding kelas IPA satu, melipat kedua tangan di d**a dengan kesal. Aku pun membuang wajah dan juga pandangan dari mereka semua.
"Sory, sory... Sy. Kita nggak maksud gitu, kok. Kita seneng aja kalo elo bisa jadian ama Rezky yang super keren itu." Kata Tia yang seperti mencoba untuk bisa menenangkan aku yang sewot. Jelas aja siapa yang nggak sewot coba.
"Iya Sy, kita seneng banget waktu ngedenger Rezky naksir elo. Makanya kita nggak sabar denger berita selanjutnya dari lo," imbuh Dewi.
"Bener?" tanyaku untuk meyakinkan. Aku sebenarnya nggak marah. Tapi pertanyaan dari mereka semua tadi itu udah membuat aku jadi tersinggung dan juga terpojok.
"Beneran. Sumpah! Kita semua seneng bangetlah kalau misalkan cowok yang paling keren, paling kece, dan yang pastinya paling populer SEANTERO - SMANTHREE itu bisa jadian ama anak cewek dari PPB. Apalagi, kalo ternyata ... cewek yang beruntung itu adalah elo sahabat kita." Tina nggak mau ketinggalan untuk ikut bersuara.
"Oke. Gue ngerti, apa yang kalian rasain. Tapi nggak secepat itu juga kali!" aku beranjak. "Udah ah. Gue buru-buru mau masang mading. Ayo bantuin gue!"
"Oke!" jawab mereka bersamaan.
Kami pun lalu berjalan ke ruang seni untuk mengambil mading-mading yang baru hasil dari karya anak-anak PPB. Biasanya aku membuat puisi atau gambar, tapi kali ini tidak. Tia, Tina, Lasmi, Dewi, Yeni dan Mila membantu aku untuk memasang mading.
Setelah aku pikir lagi, nggak ada salahnya kalau aku berbagi sedikit cerita pada mereka untuk mengurangi rasa ke- kepoan mereka semua. "Gue tau kalau elo semua pasti pada penasaran dengan cerita gue yang jalan sama Rezky kemaren yang entah ada badai apa tiba-tiba muncul di depan mata gue. Oke gue bakal cerita sedikit ke elo semua tentang kejadian kemaren. Kemaren itu ... dia bilang suka sama..."
"Tuh kan, dia suka sama lo,Sy?" sergah Lasmi yang beneran sok tahu, sok paham, dan ..., ah sudahlah nggak baik terlalu banyak ngebuka aib orang.
"Eh..., entar dulu. Bukan bilang suka sama gue, tapi sama..., yell-yell gue. Yell-yell kita maksudnya!" kataku untuk menjelaskan kepada mereka semua yang kadang entah pakai otak apa enggak saat berpikir.
"Ah, itu kan cuma basa-basi doang!" Mila menempelkan puisi-puisi dari karya anak kelas satu di dinding mading.
"Iya. Ka-mu-fla-se! Padahal hatinya udah suka sama elo, tapi masih terlalu pagi buat langsung bilang suka!" imbuh Tia sambil sibuk memasang lukisan karya dari Cecilia anak kelas dua.
"Nah..., itu ngerti, pinter! Jadi kita tunggu aja tanggal mainnya. Betul nggak, Sy?" kata Tina yang berpendapat sekaligus juga meminta pendapat.
"Iya. Itu baru temen gue!" balasku setengah bercanda. Tanganku masih terus sibuk membagikan pada mereka kertas-kertas yang harus dipajang di mading. "Awesome! Gila! Sumpah ini gila banget nggak sih! Semakin hari jepretannya si Andra makin keren," aku berseru kagum lalu menunjukkan selembar foto seekor kucing yang sedang melompat untuk menangkap seekor kupu-kupu di antara bunga-bunga yang sedang mekar dan terlihat sangat cantik. Hasil foto Andra anak kelas dua yang punya hobi memotret hewan dan pemandangan.
Setelah itu, kami semua langsung masuk ke dalam kelas. Sepulang dari sekolah nanti, aku harus gerak cepat untuk melatih cheerleader. Mengingat itu, aku jadi teringat pada ucapan dari Rezky yang menyukai yell-yell aku. Dan itu membuat aku jadi sampai tersenyum sendiri. Ya, saat pertandingan itu dia memang selalu melihatku setiap kali aku menyerukan yell-yell yang pastinya sama sekali nggak aku tujukan buat dia. Aneh. Kenapa dia bisa merasa begitu? Benar-benar aneh dia itu.
Wait! Kalau memang begitu, artinya aku dong yang udah membuat tim PPB sampai gagal masuk babak final. Tapi, aku kan nggak maksud berbuat begitu. Jadi, bukan salah aku kalau aku yang udah tanpa sengaja bikin Rezky jadi tambah semangat untuk menang. Lagian ..., dia juga memang hebat! Hah..., memangnya apa yang hebat dari yell-yell aku itu, sampai bisa jadi segitu spesial di matanya?
PPB... PANGERAN-PANGERAN... BASKET... YEYEYE...!!!
Yeah... mungkin memang yell dengar biasa dan cinderung aneh kalimat dari yell-yell aku itu, tapi yang namanya fungsi sebuah yell adalah untuk memberikan semangat kepada tim yang sedang bertanding.
Dan ... dia memang layak untuk disebut sebagai ... Pangeran Basket!
... terus, pangeran di hati akunya, kapan? astaga Osy, nyebut dong jadi cewek, nggak punya harga diri banget ngarepin cowok buat nembak!
Ehm, tapi... sedikit berharap sih, boleh dong ya!
- - - - - - - - - - - * * * - - - - - - - - - - -