Lagu Kesukaan

1245 Words
Saat malam tiba dan aku pun mulai sibuk berkutat pada buku-buku sekolah, entah sudah berapa puluh kali mata ini melirik ke arah layar handphone yang aku letakkan begitu saja di atas meja belajar tidak jauh dari buku yang sedang aku pelajari. "Helo Osy..., kenapa jadi ngarep gini?" kataku sambil menepuk dahiku beberapa kali. Sebaiknya mungkin aku matikan dan aku singkirkan saja benda ini. Teringat dengan ucapannya kemarin, yang membuat aku melayang, "Malam akan menjadi indah karena ada kamu di pendengaranku." Itu kalimat terindah yang pernah aku dengar. Aduh... gimana ini, aku jadi teringat terus dengan wajahnya yang ... sumpah perfect bangeeettt....! Handphone -ku bergetar tepat saat aku ingin mematikan, aku lalu menyambut dengan antusias, "Halo?" "Hai. Gimana hari ini?" aku langsung mengenali suaranya. "Baik. Semua berjalan dengan baik. Seperti biasa," jawabku apa adanya. Lagi pula itu pertanyaan yang sangat standar, nggak ada yang spesial yang harus dijawab. "Oh. Hanya biasa. Nggak ada yang luar biasa, dan nggak ada yang spesial." "Apa?" aku tersentak karena ucapannya seperti bisa mendengar hatiku saja. "Iya. Semoga suatu hari nanti..., akan ada yang luar biasa." "Aku...," aku menggantung kalimat, kemudian menutup buku sekolah agar bisa bicara serius dengannya. "Akukan hanya ngejawab seadanya? Ya, itulah yang aku rasain. Tadinya aku kira pertanyaan pertamanya ... pertanyaan basi. Lagi apa? Tadi makan apa?" "Kalo pertanyaannya lagi apa dan makan apa, aku sudah tau jawabannya..." "Emang apa jawabannya?" tanyaku penasaran. Aku pindah ke tempat tidur, bersandar memeluk guling. "Pasti kamu..., lagi mikirin aku, dan makan apapun pasti enak karena mikirin aku. So, aku nggak perlu tanyain itu kan?" katanya, entah serius atau bercanda. "Ah, apa? Gombal juga kamu ya?" itu cukup membuatku tertawa. "Apa aku salah?" "Mm...?" aku terdiam. Sejujurnya ..., Rezky benar. "Oke. Aku nyerah. Ya..., aku memang mikirin kamu seharian ini. Tapi, bukan berarti aku jadi pemakan segala juga kaleeek!" "Hahaha...! Sory deh, kalo gitu. Mm, kamu tadi pasti lagi belajarkan?" nada suaranya berubah serius. "Iya sih. Tapi sekarang udah nggak kok." Memejamkan mata sambil menggigit jariku. "Berarti aku yang ganggu belajar kamu." "Oh, nggak gitu juga sih! Kamu nggak ganggu kok. Ya, aku memang sudah selesai belajarnya," kataku sedikit bohong. Padahal lebih tepatnya aku tidak jadi belajar karena kebayang dia terus. Aku menyisir rambut ke belakang dengan jari, lalu berhenti di tengkuk. "Hei?" ternyata selama beberapa detik berlalu kami hanya diam. "Sory, mm, aku memang nggak pintar bicara. Oh ya, kamu lagi suka lagu apa?" "Aku? Mm..., ya banyak sih. Tapi ada satu lagu yang lagi aku suka banget nyanyiin. Lagu Ungu yang gini, menatap indahnya senyuman... di wajahmu... membuat aku terdiam dan terpaku..." "Sama. Mengerti akan hadirnya cinta terindah... saat kau peluk mesra tubuhku...." Hening sesaat. "Osy." "Iya?" "Apa kamu sudah pernah merasakan sesuatu yang sangat spesial dan sangat berkesan di hati? Sebagai cewek, khususnya?" tanyanya, terdengar sangat serius. "Mm..., aku ngerti maksud pertanyaan kamu. Sebenarnya relatif sih, tapi kalo yang benar-benar bikin melayang belum pernah. Maksudku ... belum ada yang membuat aku bergetar...." "O gitu...! Suatu saat nanti pasti ngerasain kok. Mm..., sekarang udahan dulu ya! Besok-besok kita ngobrol lebih lama lagi. Oke?" "Ya, udah," jawabku pasrah. Dan jujur, aku belum mau mengakhiri. "Sekali lagi, ini akan jadi malam terindah. Karena ada suaramu, dan ada kamu dalam ingatanku sebelum tidur nanti. Dan..., udara akan terasa sejuk karena ada suaramu menggema di sudut-sudut ruang napasku," katanya lembut. Saat ini juga aku sepertinya sudah melayang di udara. "Tengkyu. Kata-katamu indah. Sekarang aku sudah..., melayang aku takut jatuh. Jadi plis, kamu jaga aku jangan sampai jatuh. Karena ... aku pasti hancur..." "Aku pasti jaga kamu. Nggak akan aku biarkan apa yang kamu takutin itu terjadi." Kami sadar selama beberapa detik berlalu tanpa bicara. Tapi kami menikmatinya. Mungkin, terlalu berat untuk pamit, meski hanya untuk malam ini saja? Itu yang kurasa, begitu pun dengan dia, kurasa. "Oke. Good night bye!" akhirnya aku yang mengalah. "Good night. Sampai ketemu besok. Mm, aku harap ... besok akan ada hari yang lebih indah lagi. Dan, aku bisa lebih bebas untuk bisa mengucapkan kata-kata indah untuk kamu...." Aku juga berharap itu terjadi. Tapi, aku tak sanggup untuk mengucapkan langsung padanya. "Bye!" "Bye...!" balasku satu kali lagi. Dan akhirnya pembicaraan kami pun berakhir. Aku meletakkan handphone asal saja, lalu merebahkan diri sambil memeluk guling dengan gemas. Perasaan apa ini? Bukan pertama kalinya aku merasa tertarik pada cowok, tapi kali ini terasa berbeda. Aneh! Desirannya begitu hebat. Ini baru bicara jarak jauh, gimana nanti kalau aku bicara serius empat mata dengan dia? Oh... ya ampun, aku bisa pingsan! Dia cowok paling sempurna yang pernah aku temui di muka bumi ini. Rambutnya hitam berkilau dan potongannya rapi. Wajahnya sangat tegas, alis mata hitam dan tebal sangat serasi dengan sepasang mata elangnya yang begitu tajam bila menatap. Kata-katanya begitu lembut dan menyejukkan hati, seakan bisa memadamkan api. Ini ... mungkin yang dirasakan cewek-cewek yang menyukainya, dan yang mengejarnya seperti apa yang sudah dikatakan oleh Risa kepada aku. __ * __ Pada keesokan harinya. Aku kembali bersekolah seperti biasa. Dan seperti biasa juga anak-anak masih saja menggodai aku dengan iseng meski kemarin aku sempat agak marah pada mereka semua. Ya mau gimana lagi? biar gimana pun juga... mereka semua itu adalah sahabat aku. Aku ceritakan seadaanya saja. Kami duduk-duduk di ruang olah raga, mengobrol sambil melihat anak-anak cowok main basket. "Jadi, kita kalah gara-gara elo Sy?" tuntut Janes tiba-tiba setelah melempar bolanya ke dalam keranjang dengan santai. "Sory...! Gue sama sekali nggak maksud gitu kok! Lagian..., dianya aja yang ngerasa kalo yell-yell itu buat dia." Sebenarnya aku nggak perlu ngerasa bersalah, tapi apa ruginya kalau aku minta maaf. "Yeah! Gue juga cuma bercanda doang kok, Sy! Mereka emang hebat." Jannes melempar bola pada Asep, lalu menghampiri kami yang sedang duduk. Lawan terberat kita ya, tim basket mereka itu!" seru Jannes lalu menenggak habis jus yang diberikan oleh Tina. "Yo'i! Kita juga udah ngerasa hebat bisa ngelawan mereka. Ya, mereka juga pasti berusaha keras, karena nggak mau kalah di kandang sendiri," imbuh Asep. "Iya..., kita nggak kecewa kok! Walau pun itu pertandingan musim terakhir kita di kelas tiga. Kalian tetap semangat ya, latihan cheer!" kata Sincan. Tangannya nggak berhenti untuk memutar bola dengan satu jari. "Ya itu juga dukungan terakhir kita buat kalian dong, Can..., kan kita sudah kelas tiga juga!" ujar Tina. "He-eh..., udah ada kok, yang bakal gantiin kita nanti. Yaa... tinggal dilatih aja!" kata aku untuk meyakinkan mereka. "Iya bagus itu. Kita harus ninggalin kenangan-kenangan baik sama generasi penerus PPB. Kita memang nggak masuk final, tapi ... tim Cheer kalian itu udah keren banget! Apalagi ada penampilan spesial... dari sang pelatih!" seru Asep, sibuk mengelap keringat yang membasahi keningnya dengan satu tangan. "Ehm! Numpang tanya sih, itu pujian apa sindiran?" tuduhku. "Pujianlah...!" jawabnya yakin tapi meragukan. "Tengkyu...!" ucap aku sambil melebarkan senyum. "Itu juga karena gue kaleee...!" protes Tia. "Tengkyuuu...!" ucapku pada Tia sambil memeluknya erat dengan sikap yang konyol. "Udaaah... ayo pada masuk kelas...!" tegur Jannes, tangannya menarik pelan lengan Tina. Kami semua kembali ke dalam kelas. Saat berjalan menuju kelas, aku memperhatikan tingkah dari teman-teman aku yang sering membuat siapa pun geleng kepala. Saat sedang asik berjalan, kami melihat Kaka sedang duduk berdua dengan pacar barunya. Aku otomatis langsung mengkhawatirkan bagaimana perasaan Tia jika melihat adegan itu. Tapi yang aku lihat dia biasa saja, lega rasanya melihatnya sudah bisa bersikap biasa saja tanpa ada sisa rasa cemburu di dalam hati. Dan aku pun segera merangkul pinggulnya yang langsing. Hm... memang berat rasanya melepas perasaan ... cinta. Halah..., kayak yang udah pengalaman aja kamu itu, Sy! * * *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD