Masih Kompetisi

1340 Words
Pertandingan basket antara kedua tim masih berlangsung dan semakin sengit. Kedua tim rupanya sama-sama tangguh. Anak-anak PPB sepertinya kewalahan untuk menghadapi tim lawan. Jannes yang mendapat predikat the best of three point -nya PPB, kali ini lebih banyak melakukan shooting yang gagal. Dan tim dari SMANTHREE berhasil menyusul angka. Melihat wajah yang putus asa dari tim PPB, kami semakin terus menyemangati mereka. Dan begitu juga dengan anak-anak SMA PPB yang sedang menyaksikan pertandingan saat ini. Terutama Tina yang hampir tak pernah berhenti meneriakkan yell-yell semangat untuk Jannes. Saat ini aku lihat wajah-wajah resah dari para pendukung PPB yang poinnya semakin tertinggal. Dan ... shoot! Lagi-lagi dia melakukan three poin. Oh ya ampun! Kenapa aku merasa senang. Dia kan lawan bukan kawan. "Gokil si Rezky emang jago banget three poin!" seru Tia yang kagum dengan permainan dari Rezky. "Gue tau. Soalnya dulu gue kan punya mantan pacar anak basket SMANTHREE. Gue tau banget soal Rezky. Entar deh kita ngobrolin tentang dia," tutur Tia selanjutnya. "Anak-anak dari tim PPB udah mulai kewalahan menghadapi permainan dari tim lawan. Waduh..., gawat dah, alamat kekalahan di depan mata neh!" Lasmi terus nyerocos kayak beo yang baru bisa ngomong. Pada kuartal ketiga pertandingan masih dimenangkan oleh tim dari SMANTHREE yang mengungguli poin 40:49 Sementara PPB tertinggal 9 angka. Pak Handoko yang merupakan coach basket dari PPB mulai menyusun strategi untuk melakukan perlawanan. "Aduh..., nggak tega deh liat wajah lelah mereka!" kataku dengan rasa belasungkawa dan duka cita. "Iya tapi kita nggak boleh sampai pesimis dulu. Masih ada waktu dan kesempatan untuk menggunakan strategi buat ngejar poin. Kita harus tetap semangatin mereka, guys!" kata Tia yang duduk di belakang aku. Pertandingan terus berlanjut semakin memanas. Hingga pada kuartal terakhir PPB masih tertinggal poin, waktu yang tersisa hanya 15 menit lagi. Jannes dan Asep yang merupakan pemain terbaik PPB terus berusaha untuk three poin. Waktu semakin sempit, dan tim PPB belum juga mampu untuk bisa menyamai atau bahkan mendahului kedudukan. Dan ... oh!!! Three poin lagi buat SMANTHREE...!!! Otomatis PPB semakin jauh tertinggal. Ini merupakan ancaman besar buat seluruh tim PPB, para pendukung yang datang, dan ... kami tim cheerleader. Hingga detik terakhir, tim basket dari SMANTHREE masih terus menambah poin. Dan pada akhirnya ... pertandingan pun berakhir dengan poin akhir 52:64. Dan SMANTHREE berhasil memenangi kompetisi di musim terakhir untuk SMA se-Bandar Lampung ini. "OMG...! Kita kalah guys!!!" teriak Dewi dengan wajah frustrasi dan kedua telapak tangannya ditempelkan di pipi. "Guys, kita samperin mereka!" kataku sambil berjalan. "Mereka sudah berusaha keras, kok! So, kita harus tetep kasih mereka selamat dan nenangin hati mereka." Saat ini aku melihat anak-anak dari tim PPB memberikan ucapan selamat buat tim pemenang dari sekolah SMANTHREE dengan sikap yang suportif. Dan, kenapa orang itu terus-terusan menatap aku? Walau pun sedang sibuk menerima ucapan selamat. Sekarang ini, dia sedang berpelukan gaya cowok dengan Asep. Tapi pandangan itu ... masih sempat mengarah padaku. "It's oke guys! Kalian keren, kalian hebat!" kataku merangkul pundak mereka. Pak Handoko juga terlihat memberikan pelukan semangat pada mereka. Begitu juga kedua tim yang berlaga saling berpelukan dengan sikap suportif. Di tengah kajadian itu ada desiran hebat yang aku rasa begitu melihat tatapannya dari dekat. "Hai, Osy!" "Eh, hai! Tau ... nama gue dari mana?" tanyaku dengan heran. "Gue! Sy, ini Rezky temen gue. Ky, ini Osy sepupu gue yang elo tanyain terus dari tadi. Oke, kalian ngobrol ... gue nyamperin yang lain dulu. Bye...!" "Eh, hei Ris!" aku berusaha untuk mencegah Risa tapi nggak dihiraukan olehnya. Tinggal aku dan ... dia. Ooh Tuhan... makhluk apa ini... ganteng banget...! Ya Tuhan... senyumnya... bikin detak jantung nggak karuan! Hati aku sampai bergetar saat melihat dia dengan tubuh yang keren, tampang oke, tinggi sekitar 170 centi meter. Kulitnya putih bersih berseri, aromanya memikat, bentar ... kok jadi kayak iklan tepung. Ah, terserah deh, pokoknya wajah keren itu sekarang ini sedang memerah dan berkeringat karena udara yang sangat panas, dan keringat yang mengucur deras di sekitar wajahnya justru ... membuatnya semakin terlihat keren. Ya Tuhan, inikah yang disebut dengan maksud Tuhan paling seksi, eh ... maksud aku tampan. "Hei?" Rezky melayangkan satu tangan di hadapan wajah aku, dan aku pun langsung terpental dari negri khayalan yang selalu ada pangeran tampan yang bertemu lalu akhirnya bertekuk lutut dengan gadis biasa yang nggak cantik-cantik banget. "Oh sory, kenapa?" aku tersentak. "Ehm, ya ... gue Rezky. Gue suka dengan yell-yell elo tadi. Berasa ditujukan buat gue gitu. PANGERAN BASKET YEYEYE...! Lucu." Dia berceloteh sambil tersenyum geli. "Lucu?" tanya aku dengan rasa nggak percaya lalu mengernyit. "Mm, ya lucu. Eh... maksud gue..., ya lucu, tapi keren kok!" katanya lagi kemudian tersenyum akrab. "Gitu ya. BTW, selamat ya udah menang!" aku menjulurkan tangan untuk memberi selamat padanya. "Tengkyu. Itu juga berkat yell-yell dari kamu," balas Rezky mengakui. "What? Nggak salah?" aku terkesiap tak percaya dengan apa yang baru saja dia akui tadi tentang yell. "Ehm, entahlah ... perasaan gue yang bilang gitu," jawabnya agak kikuk tapi sepertinya dia nggak bohong. "O oke, gue ... ke sana dulu!" aku kembali pada teman-teman tanpa menunggu reaksinya. Ya ampun, ternyata mereka banyak yang memperhatikan. Jadi salah tingkah nih. "Ehm! Wah..., ada yang lagi berbunga-bunga nih, kayaknya...!" ledek Tia. "Apa-an sih, pulang yuk!" "Iya, udah sore nih!" imbuh Tina sambil menyisir rambutnya yang sebahu dengan jari. "Eits! Tunggu dulu guys...! Pada mau geser ke mane buru-buru amat?" cegah Risa. "Mau baliklah, udah sore Ris, entar dimarahin Nyokap gue!" kataku. "Oke. Tapi ... gue mau tanya, sesuatu. Rezky minta nope lo, boleh nggak gue kasih ke dia?" tanya Risa sedikit nggak jelas. "Nope?" aku balik bertanya. "Iya... maksud gue nomor hape, masak nggak ngerti sih, lo norak!" sahut Risa. "Kasih aja Ris, kasih...!" sergah Tia seenaknya "No! Enak aja sembarangan kasih! Mm..., gue mau ngasih asalkan..., dia yang minta sendiri ke gue," kataku memutuskan. "Oke. Sebenernya gue bisa aja langsung kasih, tapi entar lo nggak terima. Ya udah deh, entar gue suruh dia minta sendiri," balas Risa. "Tengkyu. Gue balik ya, bye!" pamitku pada Risa sepupuku itu. "Oke. Bye!" balasnya sambil lalu. Kami pun kembali pada anak-anak PPB untuk pulang bareng. Ketika aku berjalan dengan yang lain tiba-tiba saja ada yang memanggil. Aku kenal suara itu, suara yang baru saja aku dengar hari ini, tapi kenapa cepat sekali melekat di hati. "Boleh nggak gue minta waktu elo sebentar aja?" tanya dia yang baru saja aku kenal atau mungkin juga justru belum aku kenal. "Umm..., ya," jawabku dengan sedikit malu. "Gue ... mau minta nomor hape elo, boleh?" dia bertanya dengan santai tapi tegas dan alisnya yang hitam dan tebal ditambah lagi dengan matanya yang tajam seperti mata elang itu membuat dirinya semakin tegas. "Ehm, gimana ya...," saat aku sedang menimbang-nimbang rasa teman-teman justru malah mendesak aku untuk segera memberikan saja nomor ponselku. "Bo-boleh. Mm, bentar ya!" kataku. "Sebut aja nomornya!" pinta Rezky karena melihat aku yang tak juga menemukan pena untuk mencatat nomor ponsel. Aku pun akhirnya terpaksa berhenti untuk mencari pena yang entah terselip di mana di dalam tas sekolahku ini, "Mana hp-nya?" aku menengadahkan tangan dengan pasrah saja kemudian Rezky menyerahkan hp-nya, dan aku mengetikkan nomor ponsel aku di sana. "Nih!" kata aku setelah selesai. "Oke. Thanks! Kamu hati-hati ya," ucap dia yang bernama Rezky tadi. Aku hanya bisa menganggukkan kepala saja, lalu aku pun kembali pada teman-teman yang sudah siap untuk mengejek aku dengan suka rela. Entah seperti apa wajah aku saat ini karena menahan rasa malu. Bukan hanya teman-teman yang sudah siap untuk mengejek aku. Entah seperti apa wajah aku saat ini karena menahan rasa malu. Bukan hanya teman-teman aku saja tapi juga dari seluruh penjuru sekolah yang mungkin hanya kenal dengan Rezky bukan aku. Tapi yang membuat aku sampai merasa sangat senang hari ini adalah karena ... teman-teman aku bisa menerima kekalahan dengan berjiwa besar. Tidak terlihat wajah muram karena tidak terima dengan kekalahan tadi. Aku merasa sangat kagum sama kalian semua ... tim basket dari PPB meski pun kalian kalah.... Dan aku juga sepertinya merasa sangat kagum dengan salah satu pemain dari tim lawan yang tampan rupawan bernama...? Astaga Osy, kamu jangan jadi pengkhianat bangsa! * * *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD