full time rebahan😂
my story :
1. Elia : Daughter Of Illios (COMPLETE)
2. Tale Of Macaria : Goddess Of Blesed Death (COMPLETE)
3. Voice (COMPLETE)
4. In The Dark and Light, I Love You (ON GOING)
if you wanna know me. come to my Insta.
IG : @vender896
"Liang Ning, seorang Iblis dilarang untuk mencintai manusia. Aku sudah melanggar perjanjian antara kaumku dan kaummu. Aku tidak mungkin melanggar satu larangan lagi untuk sesuatu yang kau sebut cinta." ucapnya dengan tenang, namun sorot matanya sendu. Liang Ning yang merasakan emosi Asta dalam dirinya tidak akan menyerah begitu saja. "Aku tahu. Namun kau tidak bisa menipuku, Asta. Kau sudah lama tinggal dalam tubuhku. Jiwaku dan jiwamu adalah satu. Apa yang kau rasakan, aku juga merasakannya. Kau tidak bisa membohongi diri sendiri, Asta. Kau mencintai Zhao Wei, begitupula aku. Aku tidak keberatan hidup seperti ini selamanya. Kau temanku, dan aku menolak untuk kehilanganmu." tegas Liang Ning. "Tapi aku tidak bisa membahayakan mu. untuk pertama kalinya dalam keberadaanku, aku memiliki seorang teman. Kau mengajarkanku memahami setiap emosi yang aku dapatkan di dunia ini. Dan hanya kau satu-satunya yang tidak ingin kutemui di Neraka. aku peduli padamu Liang Ning. Pikirkanlah Zhao Wei. Dia lebih baik hidup denganmu. Jika itu kamu, aku tidak akan menyesal untuk meninggalkanmu." Air mata berlinang di kedua mata Liang Ning. Tidak pernah menyangka bahwa perpisahan ini sangat menyakitkan. Jika perpisahan ini terjadi beberapa bulan yang lalu, mungkin Liang Ning akan bahagia. Tapi perpisahan ini terjadi setelah ia mengenal dan memahami Asta. Dia membenci perpisahan ini. "Jangan bersedih, Liang Ning. Aku akan selalu mengawasi mu dari Neraka. Meskipun begitu, aku tidak ingin bertemu denganmu di sana. berjanjilah bahwa kau tidak akan pergi ke Neraka setelah kematian mu. Hanya itu yang kuinginkan darimu." Dalam satu tarikan nafas, Asta mengerahkan kekuatannya untuk menghancurkan dirinya sendiri. Mengabaikan teriakan kesakitan dan kepiluan Liang Ning dalam pikirannya. Untuk pertama kalinya, Asta tidak menyesal untuk mengakhiri keberadaannya.
sejak kecelakaan yang merenggut kedua orang tuanya, Claretta mendapatkan sebuah keistimewaan yang mengubah hidupnya. ia dapat melihat makhluk tak kasat mata yang tak bisa orang lain lihat. karena kemampuannya itu, dirinya harus menerima jika kini hidupnya tidak akan semudah sebelumnya dan karena kemampuan ini pula, dirinya harus terpaksa pindah sekolah ke sekolah asrama yang sangat tak disukainya.
kesialannya tak hanya di sana saja, Retta dihadapkan oleh sebuah tragedi yang menyelimuti sekolah barunya itu dan menjadikan sekolah tersebut memiliki kutukan untuk para siswanya. Sialnya, Retta harus menghadapi kutukan sekolah yang terjadi padanya itu dan berusaha keras untuk lepas dari kutukan tersebut.
jalannya kali ini tidak akan mudah. apalagi dirinya bertemu dengan salah satu hantu yang tak bisa ia lihat seperti hantu lainnya. lalu bagaimana Retta berusaha untuk lepas dari kutukan tersebut? dan siapa hantu yang selalu mengganggunya lewat bisikan-bisikan itu?
Adelia Larasati. seorang Mahasiswi yang kini tengah disibukkan dengan pengerjaan tugas akhirnya, ia bekerja keras untuk menjadi yang terbaik. ia berusaha keras untuk diakui, dibanggakan, dan diterima oleh kedua orang tuanya.
suatu hari, setelah ia melakukan bimbingan dengan dosen pembimbingnya, di perjalanan pulang ia mengalami sebuah kecelakaan yang tak terduga. awalnya ia mengira bahwa hidupnya akan berakhir, karena rasa sakit pada sekujur tubuhnya membuatnya bahkan tak bisa meringis. namun, semuanya berubah saat ia terbangun disebuah peti mati dengan menempati tubuh seseorang yang seharusnya sudah meninggal dunia.
"Dalam hidup, hitam dan putih selalu berjalan berdampingan. Kita tak bisa hanya berjalan bersisian dengan putih saja. Karena hitam juga mengikuti kita. Kita juga tidak bisa memilih untuk berdampingan dengan putih saja. Karena hitam juga bersama kita. kita tidak bisa memilih satu diantara keduanya. Karena sejatinya hitam dan putih selalu bersama. Dimana putih berada, disana hitam mendampinginya."
-Diana Eva De Helien-