Tanggung Jawab Yang TertukarDiperbarui pada Sep 4, 2022, 04:11
"Awww, ampun, Buk!"
"Dasar kamu, bikin malu keluarga! Mau ditaruh di mana muka ibuk, hah! Susah payah ibu besarkan kamu malah sengaja melempar muka ibuk dengan kotoran!"
Ibu terus saja menyeret tubuhku dengan membabi buta. Aku sakit selama 3 hari dan ibu membawaku ke dokter umum terdekat, saat diperiksa, dokter itu mencurigai aku hamil, sehingga meminta aku melakukan test kehamilan. Bagaikan di sambar petir, ternyata aku hamil. Ibu murka, dia langsung mengajak pulang. Turun dari angkot di ujung gang Ibu langsung menyeret tubuhku seperti sekarung beras. Pakaianku penuh tanah, kotor dan basah , terdapat luka lecet di beberapa bagian karena ibu menyeretku di jalanan setapak yang banyak lubang. Hujan baru reda dari dari atas sana. Aku hanya bisa menangis memohon pengampunan.
Tetangga kanan kiri yang melihat langsung berkerumun karena penasaran.
"Buk, ampun Buk!"
Aku terus memohon, memegang kedua kaki ibu erat. Tangisku tak terbendung lagi, aku bingung bagaimana menjelaskan ini semua padanya. Sampai di depan rumah, Ibu melepaskanku. Tertatih aku mencoba berdiri, menahan perihnya hati dan tubuh ini. Ibu yang biasanya sangat penyayang, kini seperti monster yang menyeramkan.
"Aku sampai menjadi tukang cuci dari rumah ke rumah untuk membiayaimu sekolah, kini setelah sebesar ini, tega kau lakukan semua ini padaku, Ve?"
"Maafkan, Ve, Buk."
Aku menangis seraya memegang kedua kakinya. Salah satu tetangga yang melihat mendekat.
"Ada masalah apa ini, Leni?
"Tanya saja sama anak sialan ini. Bikin malu!"