newbies who just plunged into the world of writing...
aku sangat hobi membaca novel, aku suka menulis, tapi jujur aku insecure sama tulisan aku sendiri ...
aku malu, tulisan aku jelek dan gak bagus.sampai akhirnya aku memutuskan untuk menulis disini...
semoga saja tulisan ku dapat di terima ☺️
Gio, gue boleh pulang sm loe?
Gio, ini gue bawain makan.
Gio, mau kemana?
Gio, kenapa sih pacaran sama dia! gue suka lihatnya.
Gio, jangan cuek-cuek sama Kara bisa gak?
Gio, Gio, dan Gio saja yang ada di pikiran Kara. Meski sering di abaikan, tetapi gadis itu tak menyerah untuk bisa mendapatkan hati lelaki yang sudah 4 tahun mengisi relung jiwanya.
Plakkkkk
Diantha menampar pipi kanan kirinya secara bergantian.
Dengan cepat kedua tangannya di genggam Dio.
"Sakit tha, kenapa di tampar pipinya? Tuh kan jadi merah," wajah Dio cemas melihat pipi wanitanya memerah akibat ulah konyolnya sendiri.
"BENTARRRRR, AKU IZIN MAU PINGSAN DULU KAK," kekonyolan Diantha selanjutnya meminta ijin untuk pingsan.
Dio tertawa lepas, Diantha sangat unik.
"Kak aku pingsan sekarang yah?"
Baru saja Diantha ingin menjatuhkan badannya untuk pingsan, sebuah tangan melingkar di pinggangnya.
"I LOVE YOU DIANTHA, I LOVE YOU MORE"
"Oke aku pingsan sekarang"
Tangan Dio yang melingkar di pinggangnya makin dipererat dan berakhir Diantha sekarang berada dalam pelukan Dio.
Ya Allah tolong Diantha, gak mau mati konyol dadakan karena serangan jantung. Ahhh Dio, aku lebih i love you more sama kamu.
"Loe harus jadi pacar gue." ucap Arka penuh tegas pada Lyra.
Gadis polos dan lugu itu hanya mematung dengan mulut setengah terbuka.
Tak percaya dengan apa yang baru saja di ucapkan lelaki di depannya itu.
"Arka ngomong apa sih?"
"Loe jangan salah paham dulu, gue mau loe jadi pacar pura-pura gue. Bisa di bilang loe pacar kontrak gue."
Lagi-lagi Lyra melotot tak percaya.
"Gue gak mau."
Lyra melangkahkan kaki meninggalkan Arka sendirian di atas atap gedung sekolah, namun langkahnya terhenti mendengar ucapan Arka.
"Nasib beasiswa loe ada di tangan gue Lyra."
Lyra membalikkan badannya menatap tak percaya pada Arka. Dia baru ingat, orang tua Arka penyumbang dana terbesar di sekolah ini. Apapun yang akan orang tuanya katakan, pasti sekolah akan menurutinya. Termasuk menyangkut jika beasiswanya dicabut.
"Loe jahat." Dua kata yang dia lontarkan pada Arka sebelum dia bener-bener pergi meninggalkan lelaki itu sendirian di atap.
Kepergian Lyra atas penolakan ajakan Arka. Membuat lelaki itu tersenyum penuh arti.
Apa sebenarnya rencana Arka pada Lyra?
"Oke Deal," Qhila bersalaman tangan dengan pria di depannya, Dio.
Selembar kertas putih bertuliskan beberapa point isi perjanjian yang telah disepakati bersama dan di tanda tangani oleh keduanya.
"Gue yang nyimpan surat ini," kata Dio, lelaki itu kemudian memasukkan selembar kertas itu kedalam sebuah map biru.
"Oke," Qhila mengacungi jempolnya.
Apa yang sebenarnya terjadi pada keduanya, mengapa ada surat perjanjian?
"Aku lelah, aku ingin bahagia juga."
"Tuhan, ijinkan aku menyusul ayah dan ibu." Dengan berlinang airmata, Senja menangisi hidupnya, dia sedang berada dititik terendah dan ingin mengakhiri semuanya.
Dia capek dengan keadaan yang tak pernah berpihak baik padanya.
"Kumohon, bertahan. Aku mencintaimu Senja." Pradirga Dion Utama.
"Yakkk!! Kim Jaehee," teriak Sun Chaeyoung.
"Berhentiiiiiii,"
Jaehee tidak memperdulikannya, lelaki itu tetap saja berlari secepat kilat.
"Astaga, kenapa dia ikutan mengejarku!" ucap Jaehee sambil menengok kebelakang namun tetap berlari.
Brukk... (Jaehee menabrak sesuatu yang keras dan akhirnya terjatuh).
Dia menabrak sebuah tiang listrik.
"Aishh, sudah kubilang berhenti, inilah akibatnya."
Chaeyoung berlari menghampiri Jaehee yang telah terkapar lemas tak berdaya akibat benturan tiang listrik.
"Chaeyoung," Jaehee menatap Chaeyoung dan memasang ekspresi wajah yang membuat Chaeyoung ingin memukul kepalanya.
"Sepertinya Ayah akan benar-benar memotong leherku."
Chaeyoung sangat di buat pusing dan kewalahan menghadapi kelakuan Jaehee yang tak lain adalah suaminya.
"Ily-"Alian menggantung ucapannya, menatap gadis di depannya yang tertunduk menahan tangis, jika Alian melanjutkan ucapannya, bisa di pastikan air mata gadis itu akan keluar begitu saja.
"Aku mau ke kamar, jangan pedulikan aku kak." gadis itu Prilly Quenzha, berbalik dan berjalan menuju tangga. Kakinya baru saja memijaki satu anak tangga, badannya diputar dan menabrak sesuatu yang selalu membuatnya merasa nyaman.
"Maaf," sata kata yang di ucapkan Alian tak mampu lagi menahan air matanya.
"Aku bilang jangan pedulikan aku," Ily berusaha melepaskan pelukan Alian, namun pelukan itu makin terasa erat.
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu."
kalimat yang baru saja di lontarkan Alian membuat jantung Prilly rasanya ingin lepas.
Apa? dia tidak salah dengarkan?
Benerkah itu Alian yang berucap? kakak sekaligus orang yang Prilly cintai.
Tidak seharusnya aku mencintainya.
Tidak seharusnya aku berharap lebih.
Ini salah, semuanya harus di akhiri, agar tak ada lagi yang semakin terluka.
Tapi semakin aku coba, perasaan ini justru semakin besar, rasa kehilangan ini begitu menyakitkan.
Tapi aku harus melepasnya.
Arka Langit Binantara, kenapa harus kamu yang hadir di hidup aku?, kenapa takdir harus mempermainkan diriku, disaat aku merasa kamu adalah orang yang di takdirkan untukku.